Apartemen Soho
Panggilan dari Vian membuat Aliysia mengerjabkan kelopak mata, tidak sadar sudah melamun karena memikirkan waktu yang cepat sekali berlalu.
Ya, apalagi hari ini ia tidak berlarian di sepanjang waktu seperti sebelumnya jika ada di luar ruangan.
"Kalau begitu kamu tidur. Yang penting 'kan kamu sudah tahu namaku siapa, jadi untuk yang lain sebaiknya tidak perlu" jawab Aliysia cepat, mengelak. Ia juga berharap Vian mengiyakan dan melupakan pertanyaan tentang nama dan kejelasan tentangnya.
Jujur saja, ia tidak ingin siapapun tahu tentang siapa dirinya, apalagi kepada orang asing. Namun sayang, Vian justru menggeleng dan berdecak sebal, membuat Aliysia sadar jika suami kontraknya bukan tipe orang yang akan mudah menyerah dengan apa yang diinginkan.
Isk! Kenapa paman ini keras kepala sekali sih, batinnya sebal.
"Tidak bisa, kamu tenang saja karena aku punya waktu jam malam panjang. Jika kamu mau, aku bisa menunggumu hingga subuh nanti untuk bercerita," tandas Vian tegas dan itu semakin membuat Aliysia kesal.
Huft... Tenang, tetap tenang Aliysia. Kamu pasti bisa menjelaskan apa adanya, jelaskan saja sedikit yang penting beres dan dia tidak cerewet lagi, batin Aliysia menggerutu, diam-diam menghela napas pasrah.
"Baiklah, isk! Kamu itu dasar pemaksa. Siapa yang menyuruhmu untuk menikahiku sih, ck!"
Aliysia mendumel untuk mengalihkan suasana, sebelum akhirnya memulai sesi perkenalan, tapi sialnya dumelannya dibalas oleh Vian dengan bahu terangkat santai.
"Hn."
Cih! Dia menyebalkan, decihnya dalam hati.
"Seperti yang kamu tahu kalau namaku Aliysia Tjia, umur-
"Hanya Aliysia Tjia saja, tidak ada nama belakang lainnya gitu?" sela Vian cepat, membuat Aliysia mengatupkan kembali bibirnya dan menggeram kesal karena dengan seenaknya si pria menyela perkataannya.
"Ya! Kamu ini laki-laki yang cerewet sekali, bilangnya kalau ada yang menjelaskan jangan disela, tapi apa ini? Kamu justru menyelaku seenaknya. Oh! Jangan-jangan saat aku meminta nafkah jajan kamu tidak akan memberikannya dan justru menyela dengan seribu alasan lagi," cerocos Aliysia mengeluarkan kekesalan dan sialnya Vian kembali mengangkat bahu, benar-benar kurang ajar.
"Oke, yang menyela aku minta maaf, tapi untuk nafkah pasti aku kasih. Jangankan jajan, nafkah batin saja aku kasih, itu sih sepele," balas Vian dengan smirk menggoda, kemudian terkekeh dengan kepala menggeleng. "Bercanda, lanjut-lanjut," imbuhnya dengan bibir menahan tawa.
Sialan, awas kamu, batin Aliysia kesal.
"Ck! Awas saja kalau kamu menyela apa perkataanku lagi. Aku pastikan kalau kamu menyebalkan lagi Mama tahu tentang kita," ancamnya dengan mata memicing tajam, tapi anehnya Vian balas dengan alis terangkat sebelah.
Oh! Apa aku salah berkata, batin Aliysia bingung.
"Mama? Sejak kapan Mamaku menjadi Mamamu?" tanya Vian dengan sudut bibir terangkat.
Ya Tuhan, laki-laki ini, kenapa semakin menyebalkan sih.
Masih di dalam hati, Aliysia menahan geraman agar tidak mencakar wajah meledek Vian saat ini juga.
Ia sampai menghembuskan napas untuk menghilangkan jengkel di hati, kemudian beranjak dari duduk saat rasanya tidak tahan dengan wajah menyebalkan Vian.
"Sial! Lebih baik aku pergi dari sini ketimbang meladenimu."
Niatnya ingin pergi meninggalkan ruang tamu, tapi sayangnya Vian tidak membiarkan itu terjadi dan tiba-tiba menariklengan yang disambarnya, hingga Aliysia yang merasakan gaya gravitasi kembali duduk di sofa dengan kekehan singkat terdengar.
Kekehan Vian yang kini pun menggelengkan kepala, merasa lucu saat melihat delikan sebal dari Aliysia yang menggerutu kembali ketika duduk.
"Vian! Kamu menyebalkan."
"Astaga! Istri kontrakku galak sekali," sahut Vian dengan wajah tanpa dosa, menggoda sang istri dengan wajah dihiasi senyum geli, tapi sialnya kenapa ini berefek pada jantung Aliysia yang kini melengos sebal, mengalihkan suasana hati.
"Kamu tidak bisa serius ya?" tanyanya dengan nada kesal, menatap tajam sebagai pengalihan.
"Kata siapa? Aku justru orang yang sangat serius. Saat ini mungkin aku hanya sedang terlalu lelah," jawab Vian sambil menatap Aliysia kembali serius.
"Jadi ini kamu masih ingin tahu tentangku tidak sih? Kamu tidak sadar ya, dari tadi kamu itu bercanda terus, jangan bilang kamu sebenarnya mau bercandaan denganku dan ini hanya alasan saja," ketus Aliysia percaya diri, tidak tahu saja Vian yang sedang menyandarkan punggung di sofa mendengkus mendengarnya.
"Hum, kau terlalu pecaya diri Bocah."
"Huh!"
"Ya deh, serius ini jangan mengalihkan pembicaraan lagi dan segera jelaskan tentangmu, sedetailnya," tukas Vian kali ini benar-benar serius.
Ia sampai menatap seakan meyakinkan saat delikan curiga masih dilayangkan oleh sang istri, si bocah bar-bar yang sukses membuatnya keluar dari karakter kalem.
"Aliysia Tjia dan umurku 20 tahun kurang seperti yang kamu tahu saat kita masih di supermarket. Aku anak ketiga dari tiga bersaudara. Aku punya dua orang kakak laki-laki dan Ibuku sudah berpulang."
"Maaf aku tida-
"Tidak, tidak apa-apa." Aliysia segera menyela, ketika Vian bergumam dengan nada menyesal saat ia memberitahukan tentang sang ibu yang lama telah tiada.
"Aku sedang menunggu wisuda. Rencananya, aku ingin bekerja dan ingin keluar negeri untuk hidup lebih baik. Agar Papa dan dua kakakku bangga dengan apa yang kugapai nanti. Tapi kamu tahu sendiri, aku saat ini..."
"Aku mengerti. Karena aku sudah berjanji untuk membantumu membayar hutang, kamu tidak perlu khawatir. Saat waktunya tiba bagi kamu pergi melanjutkan pendidikan, pernikahan ini akan berakhir agar kamu bisa menggapai impianmu. Bagaimana?" sahut Vian menjelaskan dengan nada lembut, berbeda dengan sosok paman yang ditemuinya di depan gedung dan juga beberapa saat lalu, dingin dan jahil.
"Benarkah? Kamu serius " tanya Aliysia memandang dengan hati senang.
"Hum, aku bukan orang yang suka ingkar janji. Aku akan menjalani pernikahan ini sesusai kesepakatan bersama dan kamu hanya perlu memerankan tugasmu sebagai 'istri sungguhan' jika sedang ada atau bersama Mamaku. That's all, isn't it very easy? (Itu saja, bukankah sangat mudah)" menjawab Vian sambil mengangguk kecil.
"Okay! Deal sampai waktunya aku berangkat melanjutkan pendidikan ya?" sahut Aliysia sambil mengulurkan tangan dan Vian pun menyambutnya segera.
"Deal!"
Tangannya lembut, besar dan hangat. Aku harap, kamu bisa mendapatkan kebahagianmu dengan wanita yang sungguhan kamu cintai, Vian, batin Aliysia dengan senyum berseri di depannya.
"Okay. Lalu, di mana kamu kuliah?" lanjut Vian masih bertanya setelah melepas jabatan tangan keduanya.
"Universitas seni Kota M," jawabku dengan semangat.
"Seni tari, suara, lukis?"
Aliysia menggeleng dan juga mengangguk ketika ditanya dengan pilihan, membuat Vian mengernyit bingung dengan jawaban yang diberikannya.
Seperti yang diketahui jika ia adalah seorang penyanyi sekaligus mahasiswi design interior. Memiliki rencana ingin mengambil gelar master (S2) di luar negeri, agar mendapat lebih banyak pengalaman juga memudahkannya saat bersaing dengan penyanyi sopran di luar sana.
Namun sayang, ia harus berjuang sampai keluar dari rumah karena sang papa-
"Kenapa kamu menggeleng dan mengangguk? Aneh sekali."
Bersambung