Chereads / Cintaku Terkunci Di Namsan Tower / Chapter 22 - BAB 22. Kesempatanmu Sudah Hilang

Chapter 22 - BAB 22. Kesempatanmu Sudah Hilang

Chika yang telah dibawa paksa, hanya memandang jalanan yang di lewatinya. Pemuda yang telah memaksanya ikut melirik Chika dari kaca spion yang ada di depannya. Dia melihat raut ketakutan sekaligus cemas Chika, karena Chika terus saja menggigit bibir bawahnya dan membuat pria itu semakin gemas melihatnya.

Sekarang Chika melihat pengemudi itu, tatapan mereka sekarang saling bertemu di kaca spion dan Chika menatap ke arah kaca tersebut dengan tatapan permusuhan.

"Sudah jangan cemberut terus, kamu jauh kelihatan lebih tua sekarang." katanya sambil menggoda Chika kembali.

Chika hanya mendengus dan membuang pandangan matanya dengan kesal. Dia tidak ingin melihat pria di depannya lagi.

"Tetapi saya harus bertanya , kemana kami akan pergi," pikir Chika dengan kebingungan.

Chika tidak ingin bertanya apapun kepada siapapun untuk saat ini karena kebingungan masih melanda dia.

"Mau kemana kamu membawa aku? Aku bukan tidak ada hubungannya dengan kamu. Sebaiknya kamu melepaskan aku sebelum salah satu temanku menghubungi Polisi," kata Chika kembali.

"Ha, haha, hahhah. Apa kamu pikir saya bodoh? Tdak akan ada yang melaporkan dirimu. Jadi sebaiknya kamu tenang saja ya."

Chika menatap pria itu lagi dan berusaha untuk melepaskan dirinya kembali lagi dengan membujuk pria itu.

"Untuk apa kamu membawa aku pergi dari sana. Padahal kamu orang asing bagiku," kata Chika dengan marah.

"Kamu boleh marah, tapi saya tidak perduli sama sekali. Kamu harus membawa aku kembali ke Dongdaemun! " jerit Chika kembali.

"Jangan jerit – jerit dong, telingaku belum budeg ya," katanya kembali.

Chika tidak perduli dan terus saja meminta pria di depannya untuk segera mengantarkannya kembali ke Dongdaemun Plaza. Chika tidak dapat membayangkan bagaimana khawatirnya Sany sekarang.

"Nach kita sudah sampai, sekarang kamu sudah boleh turun," kata pria itu lagi.

Chika melihat pria itu memasuki sebuah rumah besar dan berhalaman luas. Kemudian dia keluar dari mobilnya dan membuka pintu belakang dan mempersilahkan Chika untuk segera keluar. Bukannya keluar Chika malah melipat tangannya dengan kesal. Pria tersebut tidak sabaran untuk menunggu Chika, kemudian dia melihat ke arah Chika. Lalu menarik tangan Chika agar Chika segera turun dari mobil. Mau tidak mau Chika akhirnya segera keluar dari mobil. Walaupun dia sudah keluar dari mobil tetapi Chika tidak bergerak. Dia diam terpaku di samping mobil itu. Pria itu akhirnya menggendong Chika di pundaknya, karena tubuhnya yang besar maka berat tubuh Chika tidaklah masalah bagi dirinya sendiri. Chika yang terkejut segera memukul punggung lelaki itu agar segera menurunkannya.

"Turunkan aku! Apa kamu sudah gila? Siapa yang mengijinkanmu untuk menyentuh aku!" jerit Chika dengan marah.

Pria itu sama sekali tidak memperdulikannya bahkan dia tetap menggendong Chika di pundaknya. Setelah sampai di ruang tamu, dia melemparkan Chika begitu saja mengakibatkan kepala Chika terbentur di sofa. Untung saja sofa itu sangat lembut kalau tidak maka kepala Chika akan cedera.

Chika merasakan pusing sesaat, kemudian dia segera duduk sambil memijit keningnya. Gendongan pria itu membuat aliran darahnya sesaat terganggu sehingga dia merasakan pusing. Sekarang semuanya sudah normal kembali, semburat merah kini terlihat di raut wajahnya.

"Apa maksud semua ini? Mengapa kamu membawa paksa aku kemari. Kamu ini siapa sebenarnya? Ada urusan apa aku denganmu? Kenal saja pun tidak," cerocos Chika dengan marah.

"Kita tidak ada hubungan? Apa kamu tidak sadar? Setelah kamu salah mengambil koperku dan mengatai aku bukannya kamu masih berhutang maaf kepadaku?" tanya dengan dingin.

"Apa hanya gara- gara itu saja kamu membawa paksa aku kemari? Kamu kira siapa dirimu. Kamu bukan apa -apa bagiku. Baiklah kalau kata maaf yang kamu inginkan, sekarang juga aku akan meminta maaf padamu. AKU MEMINTA MAAF PADAMU! Puas?" kata Chika dengan marah.

Pria di depannya hanya tersenyum dan menanggapi kemarahan Chika dengan enteng. Dia sama sekali tidak terusik dengan tingkah Chika yang kasar, justru kemarahan Chika membawa daya tarik tersendiri baginya.

"Kamu jangan tersenyum seperti itu!" bentak Chika dengan kesal.

Chika mendengus marah dan memandang pria itu dengan tajam. Dia sama sekali tidak memahami kenekatan pria ini.

"Kamu tahu, kamu itu sudah gila?" tanya lagi.

Pria itu menatap Chika dengan dingin.

"Ya, aku memang sudah gila. Gila karena dirimu dan saya tidak akan perduli dengan pendapatmu sendiri," katanya lagi.

Mendengar jawabannya, membuat darah Chika semakin mendidih dan ingin sekali menerkam pria di depannya ini dengan perasaan muak. Chika bahkan tidak tahu dimana dia sekarang. Bagaimana menghubungi Sany saja dia tidak tahu, apalagi menghubungi Damian.

"Damian,"

Deg, perasaan Chika langsung tidak enak memikirkan kemarahan Damian. Chika bahkan cenderung menyesal mengapa dia bisa mengenal pria dihadapannya ini.

"Sial, sungguh sial nasibku. Mengapa bisa aku mengenal dia? Padahal aku bahkan tidak mengenal dia sama sekali. Orang ini benar – benar orang yang sudah kehilangan akal sehatnya," katanya lagi.

Chika menatap tajam pria di hadapannya dengan tenang.

"Sebaiknya aku tenang dan mencoba memikirkan cara supaya aku dapat kabur dari tempat ini." Pikir Chika kembali.

"Baiklah, sekarang apa maumu. Aku sudah meminta maaf bukan? Lepaskan aku sekarang juga. Kita tidak pernah bersinggungan selama ini, jadi sebaiknya kita menjaga hal itu. Saya akan menjauh dari hidupmu dan anggaplah kejadian ini tidak pernah terjadi. Jadi sebaiknya kamu mengantarkan aku sekarang juga ke Dongdaemun Plaza kembali. Saya harap kamu bersedia melakukannya," kata Chika kembali.

"Melupakanmu? Justru itu yang aku tidak mau. Siapa yang mau melupakanmu? Jangan terlalu percaya diri," katanya lagi.

"Untuk apa kamu melakukan hal ini kepadaku? Apakah kamu menyukaiku?" tanya Chika dengan berani.

Baru ini pertama kali Chika menyodorkan dirinya sendiri, dan tentu saja dia merasa tidak nyaman.

"Menyukai dirimu? Kamu pikir aku melakukan ini karena aku menyukaimu? Jangan kegeeran. Kamu itu tidak ada apa – apanya bagiku, kamu hanya berhutang maaf padaku itu saja titik." Lanjutnya lagi.

Chika memandang pria dihadapnnya dengan marah.

"Hanya meminta maaf? Apa dia sudah gila? Dia melakukan kejahatan seserius ini hanya agar aku meminta maaf kepadanya? Dasar manusia edan," maki Chika di dalam hatinya.

Chika menatap pria di hadapannya dengan marah dan semakin kesal.

"Kalau begitu aku akan meminta maaf kembali kepadamu, dan setelah itu lepaskan aku."

Pria di hadapannya memandang Chika dengan seksama, kemudian segera ia memberi Chika jawaban yang menohok.

"Sewaktu di Namsan Tower aku sudah memberikan kesempatan untukmu agar kamu segera meminta maaf kepdaku. Sekarang kesempatan itu sudah hilang, kamu tidak mungkin meminta maaf lagi!"

Chika yang mendengar perkataannya memandang pria itu dengan kebingungan.

"Bukankah sifat seperti ini seperti kekanak- kanakan? Apa yang dia inginkan dariku sekarang?" keluh Chika dengan galau.

Chika tidak dapat meraba keinginan pria di hadapannya karena semua yang dia katakan masih di luar nalar Chika dan pria ini tetap bersikeras tidak akan melepaskan Chika, kepala Chika semakin pusing memikirkannya.