Chereads / Cintaku Terkunci Di Namsan Tower / Chapter 14 - BAB 14. Chika Yang Malu

Chapter 14 - BAB 14. Chika Yang Malu

Chika masih enggan bangkit dari pembaringannya, cuaca yang dingin membuat dia semakin ingin bergelung di dalam selimutnya. Chika kembali melamun membayangkan betapa kerasnya dia mengumpulkan uang tabungannya, yang akhirnya dia berikan kepada Jose untuk disimpan sebagai tabungan bersama, sudah tentu Jose tertawa lebar karena Chika akhirnya menyetujui semua rencananya.

Jose yang kini menyimpan uang Chika dengan liciknya berselingkuh dan Chika meminta uang itu kembali, tetapi dengan enaknya Jose menolak semua permintaan Chika.

"Memang laki – laki buaya, tidak punya rasa malu," rutuk Chika lagi.

Chika membalikkan tubuhnya, tadi dia bergelung membelakangi Sany. Kini wajahnya mengahadap Sany. Walaupun matanya terpejam tetapi memang sudah sejak tadi dia terbangun.

"Lebih baik aku memikirkan ciuman Kak Damian tadi malam, dari pada memikirkan Jose si penipu itu," pikirnya lagi.

Walaupun Chika sudah pacaran, tetapi ciuman tadi malam adalah ciuman pertama buat Chika. Chika tersenyum bahagia, tidak dia sangka ciuman itu membuat jantungnya berdebar tidak karuan. Dirinya seperti tersedot di dalam pusaran arus dimana hanya dia dan Damian saja yang berada di dalamnya. Chika bahkan mengusap bibirnya dengan lembut, seolah -olah masih bisa dia rasakan manisnya ciuman Damian. Membayangkannya saja jantung Chika berdebar sangat kencang apalagi ketika dia mengalaminya semalam. Damian telah mengusik rasa cintanya yang sempat terluka karena penghianatan Jose.

Chika masih saja mengusap bibirnya dengan lembut, dan seyuman itu masih saja tersungging disana. Chika tidak menyadari Sany yang sudah terbangun melihat ekspresi dirinya, dan Sany tersenyum bahagia.

Kak Damian sepertinya berhasil menarik perhatian Icha, buktinya dari tadi senyum – senyum terus sambil meraba bibirnya sendiri, bisik Sany di dalam hati.

"Hmmm, hmmm. Duh yang lagi jatuh cinta. Selamaaaat pagi Ichaaa, mikirin Kak Damian ya," goda Sany.

Chika yang mendengar suara Sany spontan membuka matanya dan menatap Sany tepat di kedua bola matanya. Sany tersenyum menggoda Chika, Chika yang malu segera menutup seluruh wajahnya dengan selimut. Dia tertangkap basah oleh Sany.

"Cha ayo dong dibuka selimutnya, kok di tutup? Aku kan pengin lihat wajahmu yang sudah seperti kepiting rebus, hahahahha." ejek Sany lagi.

Tiba – tiba Chika menarik selimutnya dan mengambil bantal yang dia pakai, bantal itu kini melayang menimpuk wajah Sany. Sany yang kaget langsung membalas Chika dan akhirnya mereka perang bantal diiringi derai tawa bahagia. Sany terus saja mengejek Chika hingga akhirnya mereka saling kejar – kerajaran, selimut bahkan sprei sudah seperti kapal pecah. Mereka saling melempar dengan bahagia dan saling mengelak.

Sany yang terkena timpukan selimut Chika, kini penampilannya sangat lucu. Sprei yang menutupi wajahnya dia tarik menyisakan rambut yang kusut masai. Chika segera berlari berputar ke arah Sofa menghindari balasan dari Sany. Chika menjulurkan lidahnya dengan lucu dan rambutnya juga kusut masai bahkan menambah kelucuannya.

Tiba – tiba pintu terbuka, seseorang melogokkan kepalanya dengan rasa penasaran memandang ke arah mereka dengan bingung. Penampilan Chika dan Sany membuat orang yang melihatnya akan tertawa persis seperti bocah taman kanak- kanak yang sedang bermain rebutan mainan.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Damian dengan kebingunan.

Raut wajahnya melongo menatap pemandangan di depannya. Tempat tidur persis seperti kapal pecah, bantal dan selimut berserakan di lantai pada posisi yang tidak beraturan. Ditambah lagi penampilan dua wanita di depannya, dengan wajah memerah akibat saling kejar -kejaran, juga rambutnya yang kusut masai.

"Lho mengapa seperti kapal pecah begini? Kalian berdua apa yang sedang kalian lakukan?" tanyanya lagi dengan wajah penuh tanda tanya.

Chika dan Sany sangat malu. Wajah mereka merona merah, dan saling pandang serta saling menyalahkan. Kini mereka perang mata, dan saling menatap tajam. Tapi wajah mereka tersungging senyuman bahagia.

"Lho kok ngak ada yang jawab?" tanya Damian lagi.

"Segera rapikan tempat tidur kalian, jangan menunggu petugas hotel yang membersihkannya. Segera Kakak akan menunggu kalian sampai selesai," kata Damian dengan santainya.

Damian mengambil tempat duduk yang ada di ruangan itu, Chika yang melihatnya tiba – tiba terserang kepanikan. Dia segera merapikan rambutnya yang kusut masai dan tersenyum malu melihat Damian.

"Wah, kok Kak Damian bisa muncul tiba – tiba ya?" pikir Chika lagi.

Damian tersenyum simpul melihat Chika yang salah tingkah. Dia senang melihat tingkah Chika yang lucu.

"Kak, nanti Icha bersihin kamarnya dech. Kami janji sebaiknya Kakak nunggu di kamar Kakak saja ya," kata Icha kembali.

Dengan susah payah Chika mengucapkan kata itu, karena bagaimanapun untuk mengingat kejadian semalam saja ada perasaan malu dalam diri Chika. Apalagi sekarang orangnya berada tepat di depannya.

"Bagaimana Aku menghindari Kak Damian, di kamar hotel seperti ini?" pikirnya lagi.

"Tenang saja, abaikan saja Kakak. Kalian segera berbenah kemudian kalian ikut Kakak untuk sarapan pagi bersama."

"Tapi Kak, bagaimana Kakak bisa masuk ke kamar kami? Dari mana Kakak mendapatkan kunci kamar kami?" tanya Sany lagi.

"Ya pasti dari pihak hotel dong. Apa mungkin Kakak buat sendiri kuncinya?" katanya sambil menggoda Sany.

"Sudah cepatin membereskan kamarnya kemudian kalian mandi dan Kakak akan menunggu kalian disini. Abaikan saja Kakak," katanya tersenyum sambil memandang ke arah Chika.

Walaupun Sany yang bertanya tetapi pandangan matanya tetap tertuju kepada Chika, membuat Chika semakin salah tingkah.

"Bagaimana mungkin kami mungkin aku mengabaikannya? Lha orangnya saja duduk disana gede lagi," pikir Chika dengan kikuk.

"Udah buruan sana hari ini Kakak akan membawa kalian ke tempat yang pasti akan kalian sukai, apalagi kalian pencinta drakor bukan?" kata Damian seperti mengiming – imingi anak kecil dengan permen gulali.

"Benar Kak?" tanya Sany dengan semangat.

"Iya benar, Kakak akan membawa kalian kesana, sebaiknya kalian segera cepat. Sebelum Kakak berubah pikiran," ancam Damian lagi.

"Baik kami akan segera siap." katanya lagi.

"Ayo Cha, segera kita bereskan tempat ini." Ajak Sany lagi.

Sany dan Chika segera merapikan tempat tidur itu seperti sedia kala. Mereka segera bergegas untuk menyelesaikannya karena bisa saja Damian tiba – tiba merubah pikirannya bukan?

"Uhh, capek juga ya Icha," kata Sany lagi.

"Iya Kita juga kelewatan tadi. Asyik bermain, sampai lupa betapa kacaunya tempat ini tadi karena kita."

"Ayo dong, hurry up. Mau Kakak batalin? Susah ya jadi Emak – Emak, kerja kok sempat-sempatnya bergosip contohnya ya seperti kalian berdua ini," kata Damian dengan nada mengejek.

"Ya sudah dech kami akan cepat Kak. Tapi salah seorang dari kami harus meminjam kamar mandi Kakak ya. Karena Kalau kami berdua disini tentu saja akan lama," tukas Sany lagi.

"Boleh, kalau begitu Chika saja yang ikut dengan Kak Damian. Sany tetap mandi di sini ya."

"Baik Kak, bagus juga Icha yang ikut Kakak. Saya setuju Kak," Sany segera menyetujui rencana Damian. Tapi bagaimana dengan Chika.

"Aduh, bagaimana ini?" pikir Chika lagi.