Mrs. Flat Belongs to Mr. Cold

🇮🇩Akira_Cherry13
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 5.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

ST. Ives, London

Seorang perempuan yang sedang menggunakan pakaian santai sedang berjalan-jalan santai menikmati pemandangan pantai. Perempuan itu sangat cantik, dia juga memakai kacamata hitam yang menambah gayanya menjadi tampak sangat elegan. Banyak sekali orang yang melihat ke arahnya sambil menggangumi kecantikannya.

Sedangkan perempuan itu hanya memasang ekspresi datarnya saat mengetahui ia sedang menjadi pusat perhatian. Ada yang menatapnya kagum, intens dan ada juga yang menatapnya seperti ingin memilikinya.

Perempuan itu bergidik ngeri saat membayangkan perkataannya yang terakhir. Kalian pasti bertanya-tanya kenapa dia berada di pantai saat ini bukannya ke kantor? Jawabannya karena dia sedang malas ke kantor.

Suasana di pantai itu sangat ramai. Ada anak kecil yang sedang bermain dengan pasir, berenang, ada yang sedang duduk berjemur dan ada juga sepasang kekasih yang sedang bermesraan di sana.

Perempuan itu pun menatap sepasang kekasih tersebut dengan tatapan sedihnya. Namun, tidak ada seorang pun yang tahu perasaannya.

"Aku harus kuat. Gak boleh lemah," ucap gadis itu dalam hatinya.

Perempuan itu terus berjalan santai sembari mendengarkan lagu yang dia sukai dengan menggunakan earphone-nya. Kakinya terus melangkah sampai dia melihat sebuah kafe di pinggir pantai. Dia berjalan ke arah kafe itu.

Sejenak dia mengamati kafe itu lalu memutuskan untuk masuk. Ia segera mengantri untuk memesan minuman kesukaannya. Dia mengedarkan matanya ke sekeliling. Kafe tersebut sangat ramai, tapi tetap nyaman.

"Mau pesan apa, Nona?" tanya seorang pelayan.

"Saya mau pesan hot dark chocolate," jawab Triana.

"Baiklah. Tunggu sebentar, Nona." Pelayan itu mengangguk sopan kemudian berlalu untuk menyiapkan pesanan Triana.

Setelah menunggu selama 5 menit, hot dark Chocolate pesanannya pun siap. Dia membayar dan mengambil minumannya sembari tangannya yang lain sibuk mememainkan ponsel.

Saat dia membalikkan badan untuk mencari tempat duduk yang kosong, dia menabrak sesuatu.

Perempuan itu terjatuh, begitu juga minumannya.

"Aww," ringis perempuan itu. "Shit, minumanku," ucap perempuan itu kesal.

"Kalau sedang berjalan pakai mata, Nona," ucap seorang laki-laki yang berada di hadapannya.

Perempuan yang sedang kesal itu segera berdiri. Dia menatap bengis orang yang menabraknya.

"Kenapa Anda menghalangi jalan saya?" tanya perempuan itu dengan ekspresi datarnya.

"Anda yang berjalan gak lihat-lihat, lalu menabrak saya dan lihatlah jas saya sekarang," jawab laki-laki itu.

"Terus apa peduli saya dengan jas Anda? Anda yang menabrak saya duluan," ucap perempuan itu tak mau ngalah.

"Saya yang menabrak Anda? Untuk apa? Andalah yang duluan menabrak saya," ucap laki-laki itu.

"No! Yang benar itu Anda yang menabrak saya!" ucap Triana.

Orang-orang di sekeliling mereka tidak ada yang berani menyaksikan perdebatan seru itu. Semua orang di sana tahu siapa laki-laki rekan debat Triana.

"Cih ... udah jelas Anda tidak lihat sekeliling, malah asik memainkan HP lalu menabrak saya," kata laki-laki itu. "Apa perlu kita ke manager cafe ini untuk melihat CCTV?" tanya laki-laki itu lagi dengan wajah datarnya.

"Baiklah," jawab perempuan itu. Lalu mereka berjalan bersama ke arah manager kafe itu untuk melihat CCTV.

Manager kafe langsung memutar tayangan CCTV tanpa meminta banyak alibi karena dia mengenali lelaki yang mendatanginya. Laki-laki bertubuh tinggi itu adalah orang yang paling berpengaruh di dunia bisnis, tidak ada seorang pun yang menolak pesona dan kepintarannya dalam dunia bisnis.

Wajah perempuan itu memerah saat melihat rekaman CCTV. Dia merasa kesal sekaligus malu saat melihat segala kejadian dalam video itu.

"Bagaimana? Sudah puas?" tanya laki-laki itu, merasa menang.

"Sialan!" maki perempuan itu dalam hatinya.

"Ya sudah. Sekarang apa maumu?" tanya perempuan itu datar.

"Belikan saya jas yang baru sekarang!" jawab laki-laki itu.

"Apa? Jas baru? Jasnya aja masih bagus gitu. Buang-buang duit aja nih cowok," batin perempuan itu.

"Untuk apa saya harus membelikan jas baru untuk Anda. Jas Anda aja masih bagus dan nampaknya itu jas masih baru juga," ucap perempuan itu sambil melihat jas yang dikenakan lelaki di hadapannya.

"Sepertinya jas itu mahal," batin perempuan itu lagi.

"Why? Gak mampu membeli, ya?" tanya laki-laki itu angkuh.

"Cih ... tentu saja saya mampu membelinya, dasar idiot!" jawab perempuan itu kesal. Enak saja laki-laki ini meremehkan dirinya, laki-laki itu tak tahu siapa dia sebenarnya.

"Kau mengatakan saya idiot?" tanya laki-laki itu dingin sambil melototkan matanya ke perempuan itu.

"Tentu saja Anda idiot! Siapa yang tak mampu membeli jas itu?" jawab perempuan itu datar.

"Baiklah! Ganti dan kirim hari ini juga!" kata laki-laki itu sambil menyodorkan name card-nya.

"Baiklah," ucap perempuan itu.

Setelah mendengar jawaban perempuan itu, laki-laki itu pun berjalan keluar dari kafe. Dia menaiki mobilnya kemudian pergi meninggalkan bangunan itu.

"Dasar laki-laki menyebalkan! Idiot!" ucap perempuan itu. Ia segera mengantre untuk membeli minuman karena minuman yang tadi dia pesan telah tumpah.

"Hari ini sungguh sial!" umpat perempuan itu dalam hatinya.

Terdengar suara bel kafe, menandakan ada seorang pengujung yang masuk ke dalam tempat itu. Orang tersebut melihat seorang perempuan dengan pakaian yang sangat mencolok. Setelah sejenak mengamati, dia merasa kenal dengan perempuan yang mencolok itu.

Ya, itu adalah sahabatnya.

Tanpa pikir panjang, dia langsung berjalan untuk menghampiri sahabatnya itu.

"Hai," ucapnya sambil menepuk pundak perempuan itu.

Perempuan itu tersentak lalu menoleh.

Ternyata itu adalah sahabatnya sendiri, Isabella Aurora.

"Astaga Isabella, lo menggangetkan gue aja," ucap Triana sambil mengelus dada karena kaget.

"Udahlah,Triana. Gak usah lebay gitu deh," ucap Isabella sambil cengar-cengir.

"Aahhh ... dasar!" ucap Triana. "Mau minum apa lo?"

"Lah tumben banget, lo tanyain gue duluan. Apa lo mau mentraktir gue?" tanya Isabella.

"Cih ... enak banget lo, beli aja sendiri. Apa lo berubah jadi miskin sekarang?" tanya Triana meledek.

Sedangkan Isabella yang mendengarnya pun hanya bisa mengerucutkan bibirnya. Lalu dia pun ikut mengantri juga.

Triana dan Isabella pun duduk bersama.

"Gak seperti biasanya lo ke kafe sore begini? Biasanya kan jam segini lo masih ada di kantor," ucap Isabella

"Lagi malas dan sakit kepala di kantor," jawab Triana.

"Hah! Apa? Malas? Tumben sekali. Biasanya lo gak pernah malas kalau masalah begituan."

"Tadi ada seorang klien gue yang menyebalkan. Dan setelah bertemu dengan klien itu, gue langsung ingin pulang saja ke rumah. Mood gue udah hancur karena klien tersebut," terang Triana.

Isabella yang mendengar gerutuhan sahabat nya pun hanya ketawa pelan. Triana adalah seorang gadis yang gila kerja, dia tidak pernah bosan, lelah.

Istilah itu tidak ada dalam kamus nya, tapi hari ini triana mengucapkan kata itu.

"Sungguh mengejutkan. Ini pertama kali nya kamu mengucapkan kata itu, biasa nya aku yang sering mengucapkan kata itu," ucap isabella sambil terkekeh.