Isabella yang mendengar gerutuhan sahabatnya pun hanya bisa ketawa pelan. Triana adalah seorang gadis yang gila kerja. Dia tidak pernah merasa bosan ataupun lelah. Istilah itu tidak ada dalam kamusnya, tapi hari ini Triana mengucapkan kata itu.
"Sungguh mengejutkan. Ini pertama kalinya kamu mengucapkan kata itu, biasanya aku yang sering mengucapkan kata itu,"ucap Isabella sambil terkekeh.
"Kalau begitu sekarang giliranku yang mengucapkaannya," jawab Triana dingin.
"Ya sudah. Itu terserahmu saja," ucap Isabella.
"Oo iya, ngomong-ngomong tadi ada cowok tampan yang kulihat. Aku hampir aja meleleh dibuatnya. Namun, sayangnya jas dia itu kotor seperti ketumpahan sesuatu. Kasihan sekali pria tampan itu," lanjut Isabella.
"Cih... kenapa kau malah menyebut pria menyebalkan itu. Moodku malah makin jelek daripada yang tadi," batin Triana.
" Orang yang bertabrakan dengannya pasti sedang beruntung, karena bisa berdekatan dengan nya," ucap Isabella.
"Iiihh... Enak apanya coba. Kalau berdekatan dengannya saja sudah seperti berdekatan dengan neraka jahanam," batin nya Triana lagi.
"Oi...Triana. Kenapa ya kalau kulihat-lihat, saar aku bercerita tentang pria itu, muka mu seperti kain yang tidak di setrika aja," ucap Isabella tepat sasaran.
"Tidak apa-apa, " jawab Triana singkat. Karena dia tidak mau isabella tahu kalau dia lah yang ditabrak pria itu tadi.
"Sayang banget loh Triana. He's so very handsome," kata Isabella.
" Itu saja yang kamu bahas daritadi, kapan kamu akan berhenti membahas pria itu?" tanya Triana.
" I don't know, i don't care baby." jawab Isabella cuek.
" Aku heran denganmu Triana. Kamu banyak berdekatan sama pria tampan, tapi kenapa kamu tidak mau berpacaran sama mereka?" tanya Isabella.
" Untuk apa?. Gak penting juga," jawab Triana datar.
" Ya sudah lah, gak usah di bahas lagi."balas Isabella.
Mereka berdua berhenti membahas pria itu dan mereka membahas berbagai hal di cafe itu sampai sore.
Setelah mereka berdua puas mengobrol, Triana melihat jam di tangannya dia terkejut karna sudah mau malam.
"Sial!!. Aku lupa membelikan jas pengganti untuk pria menyebalkan itu." batin Triana.
"Hm... ngomong-ngomong, aku harus pergi duluan ya Isabel. Aku ada urusan... bye bye," ucap Triana terburu-buru.
"Hm... iya bye," balas Isabella bingung.
Dia melihat Triana berjalan terburu-buru keluar dari cafe, dia hanya bisa mengendus sebal. Tidak biasa nya sahabatnya seperti itu, padahal dia jarang sekali bertemu dengan sahabatnya itu sejak Triana menjabat menjadi CEO.
Isabella juga berjalan keluar cafe dengan lemas menuju mobilnya untuk pulang kembali ke rumahnya. Sedangkan Triana berjalan memasukkin penthouse miliknya dengan terburu-buru.
" Astaga, kenapa aku bisa lupa harus membelikan jas pengganti untuk pria menyebalkan itu." batinnya.
Setelah dia masuk ke penthouse miliknya, dia langsung mengambil kunci mobilnya, lalu menaikin lift pribadi miliknya menuju parkiran basement. Setelah sampai di parkiran basement itu, dia langsung masuk ke dalam mobilnya, dan segera mengendarai mobil itu untuk pergi ke toko jas.
Tidak butuh waktu lama, dia sudah sampai di toko jas yang ditunjunya. Lalu dia masuk ke dalam dan segera memilih dan mengecek kualitas jas yang akan di belinya untuk pria menyebalkan itu. Setelah memilih, dia lalu berjalan ke arah kasir untuk membeli jas itu.
"Totalnya $7000 nona," ucap pelayan kasir itu. Triana langsung menyodorkan black card miliknya ke arah pelayan kasir itu.
" Sialan!!!. Jas seperti ini aja $7000!" batinnya kesal.
"Apa jas ini untuk suami anda nona?" tanya pelayan kasir itu. Triana yang diberi pertanyaan itu pun hanya bisa melototkan matanya, karena dia terkejut mendengar pertanyaan kasir itu.
" Idihh... Untuk suami katanya?" batinnya.
" Ee... eehhh... Bukan. Saya bahkan belum menikah," jawab Triana dingin.
"Oo begitu...Maafkan saya, karena bertanya seperti tadi nona. Saya beneran tidak tahu, kalau anda belum menikah. karena biasanya, pelanggan saya membeli jas ini untuk diberikan kepada suami mereka. Anda tahu kan, kalau jas ini sangat mahal nona," ucap pelayan kasir itu.
"Isshh... aku membeli jas itu hanya untuk mengganti jas pria menyebalkan dan dingin itu," batin Triana.
Triana hanya diam dan tidak mempedulikan si pelayan kasir itu, "Thank you," ucap Triana setelah menerima paperbag itu. Setelah itu dia pun langsung keluar dari toko jas tersebut.
" Untuk suami katanya tadi, cih..." ucap Triana kesal mendengarnya. Dia pun masuk ke dalam mobilnya, lalu mengendarai mobil tersebut menuju penthouse miliknya. Karena pekerjaannya sudah sangat menumpuk.
Dia sampai di penthousenya pukul 8 malam. Karena jalanan di malam hari sangat macet. Setelah dia sampai, dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Karena badannya sudah sangat lengket.
Setelah melakukan ritual mandinya, dia langsung menuju ke walk-in-closet miliknya untuk mengganti bajunya dengan baju yang lebih santai. Setelah itu, dia langsung mengerjakan pekerjaan yang dia bawa dari kantornya ke penthousenya. Karena pekerjaan itu sudah harus di presentasikan ke kolega bisnis nya besok.
"Aahh... Nampaknya, aku harus bergadang untuk mengerjakan semuanya ini, " batinnya.
Sebelum dia mulai mengerjakan pekerjaannya, dia mengambil HP-nya yang dia letakkan di atas meja yang berada di samping ranjangnya.
" Hallo," ucap Triana.
" Selamat malam nona, ada yang bisa saya bantu nona?" tanya seseorang di seberang panggilan itu.
" Kamu ke penthouse saya sekarang juga," ucap Triana dingin dan datar.
" Baiklah nona," jawab orang itu.
Setelah mendengar jawaban orang itu, Triana langsung menutup teleponnya.
Orang yang dia suruh tadi telah sampai di penthouse nya setelah 20 menit.
Tingg...Tong... Ting... Tong
Triana yang ternyata masih ada di ruang tamu, segera berjalan ke arah pintu dan membuka nya. Dia langsung menyodorkan paperbag yang tadi dia beli ke orang tersebut, supaya orang itu mengantarkan paperbag itu ke tempat pria menyebalkan itu.
Dia juga tidak lupa memberikan alamat pria menyebalkan itu ke orang yang disuruhnya.
Setelah orang itu mengerti, orang tersebut pun langsung pergi. Dia langsung masuk kembali, lalu berjalan kembali ke dalam ruangan kerjanya untuk memulai pekerjaan nya lagi.
Jam sudah menunjukkan jam 12 malam, tapi perempuan itu masih aja berkutat dengan pekerjaannya. Semua berkas-berkas miliknya berserakan di atas meja kerjanya. Semua berkas itu harus dia baca, kemudian dia tanda tangani.
Secara tiba-tiba, dia teringat ucapan pelayan kasir itu ke dirinya, "Untuk suami anda ya nona?"
Triana hanya menggelengkan kepala nya, dan memilih mengerjakan kembali pekerjaannya itu. Tapi tiba-tiba perutnya berbunyi keras menandakan dia lapar. Dia baru aja ingat, kalau dia belum makan malam sedari tadi.
Bagaimana kelanjutan nya.
Ikutin terus ya