"Maaf pak, tapi saya tidak bisa melakukan apa yang bapak suruh tadi," tolak petugas hotel dengan halus.
Sebenarnya penolakan dari petugas hotel itu memang tidak salah. Jika tidak dipikirkan dengan baik, petugas hotel yang ia suruh bisa kehilangan. Apalagi kalau sampai pengunjung hotel yang lain tahu, citra hotel akan buruk.
Namun Kevin sudah mempertimbangkan rencana ini matang-matang. Dia mengatakan akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu.
"Tolonglah mas. Lagipula yang menjadi target itu kan istri saya sendiri mas, jadi kalau sampai dia mau melapor saya sendiri yang akan mencegahnya." Kevin masih saja berusaha membujuk. Bahkan Kevin menunjukkan wajah memelas agar petugas hotel mau membantunya.
Sepertinya masih sulit. Petugas hotel itu menggelengkan kepalanya dan masih menolak melancarkan ide gila Kevin. "Maaf pak, saya tidak bisa takut dipecat," tolak petugas hotel sekali lagi.
Kalau alasannya takut dipejat Kevin bisa memberi tawaran yang menarik. Bukanlah sesuatu yang sulit bagi Kevin, mengingat ia adalah seorang CEO. Dengan mudah Kevin bisa memberi pekerjaan baru untuk karyawan hotel itu.
Kevin lalu mengeluarkan dompetnya dari dalam saku celananya. Ia mengambil kartu namanya di sana. "Kamu bisa mendapatkan pekerjaan lain di kantor saya jika kamu takut dipecat," tawar Kevin dengan diikuti senyum patennya.
Tidak butuh waktu lama. Petugas hotel itu manggut-manggut mengerti. Setelah Kevin juga menawarkan sejumlah uang petugas hotel tersebut akhirnya mau.
Kevin mengambil beberapa lembar ratus ribuan dari dalam dompetnya, kemudian menyodorkannya kepada petugas hotel. "Ini ada sedikit uang lelah untuk kamu," ucap Kevin.
Tersirat wajah gembira dari petugas hotel. "Apa yang harus saya lakukan sekarang pak?" tanya petugas hotel dengan antusias, setelah menerima uang dari Kevin. Dan setelah itu rencana yang telah Kevin susun secara mendadak mulai dijalankan.
***
Marisa menyandarkan kepalanya pada lengan Kevin, satu jam setelah puas menumpahkan gelora asmara diantara mereka.
Marisa memejamkan matanya, tapi ia tidak mengantuk. Ia hanya menikmati suasana romantis dengan Kevin saat ini.
Kevin kemudian mulai memejamkan matanya. Tak seperti Marisa, ia perlahan tidur karena mengantuk. Mungkin karena kurang tidur dan malah sibuk membuat ide gila tadi.
Karena merasa jenuh berada di dalam kamar hotel, Marisa kemudian berniat mengajak Kevin untuk jalan-jalan. Ia tak ingin melewatkan kesempatan untuk menikmati indahnya kota Jogja.
Namun Marisa harus mengurungkan niatnya, karena ternyata Kevin sudah terlelap.
"Mau diajak jalan-jalan malah tidur," keluh Marisa. Ia mencebikan bibirnya karena kecewa. Marisa yang tidak tahu harus berbuat apa lagi lalu memutuskan untuk ikut tidur.
Siangnya Kevin terbangun karena perutnya yang sudah keroncongan. Dan cacing di dalam perutnya minta diisi oleh makanan.
Kevin lalu menepuk lengan Marisa yang sepertinya masih tertidur pulas, dan mengajaknya untuk makan siang sekaligus jalan-jalan.
"Marisa, bangun Marisa…" panggil Kevin.
Marisa akhirnya bangun. Matanya lamat-lamat terbuka dan dia mengusapnya dengan kedua tangannya.
"Ada apa?" tanya Marisa dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Ayo kita makan dan jalan-jalan. Masa' cuma di kamar aja dari tadi," keluh Kevin. Ia mengatakannya sambil membelai lembut rambut Marisa.
Marisa menghela napas. "Itu yang aku inginkan dari tadi. Tapi kamu malah tidur sejak tadi," sungut Marisa dengan nada tegas namun bercanda.
Kevin kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Apa iya?" tanyanya sok polos. "Aku tidak ingat," imbuhnya.
Yang terdengar hanyalah helaan napas dari Marisa. Sambil menarik selimut dan kembali menenggelamkan kepalanya di dalam sana.
"Apa kamu tidak mau?" tanya Kevin yang mengintip sedikit ke dalam selimut.
"Ah, entahlah, sepertinya aku masih ingin mengantuk." Marissa Tidak bersungguh-sungguh mengucapkannya. Ia hanya ingin menggoda Kevin saja.
"Hmm begitu ya?! Ya sudah aku minta ditemani oleh orang lain saja kalau kamu masih mengantuk." Kevin mencebikkan bibir meledek. Tahu Marisa menggodanya, ia lalu tidak mau kalah.
Mendengar ucapan dari suaminya Marisa dengan secepat kilat menyibakkan selimutnya. Ia sampai tidak sadar jika rambutnya kini kusut dan acak-acakan.
"Awas aja kalau sampai berani pergi sendiri," ancam Marisa.
Kevin yang dulu terkenal playboy di Jogja membuat Marisa menjadi takut, jika yang suaminya ucapkan sungguhan. Marisa sibuk memikirkan, dengan siapa Kevin akan pergi? Mantannya kan banyak, pikir Marisa was-was.
Alih-alih takut Kevin yang mendapatkan ancaman dari istrinya malah tertawa terbahak-bahak. "Nah kan takut… cemburu ya?" tanya Kevin menggoda.
"Kan kamu mantan playboy, wajarlah," sindir Marisa dengan tepat.
Kevin memeluk Marisa, kemuadian merapikan rambut istrinya yang berantakan. "Ampun ibu negara. Mana berani saya," ledek Kevin dan hanya dibalas pukulan kecil oleh Marisa. Setelah itu mereka segera bersiap-siap.
Kini Kevin dan Marisa sudah siap. Mereka menggunakan kaos couple berwarna hitam lengan pendek garis-garis dan celana pendek putih. Marisa yang sudah mempersiapkannya dari jauh-jauh hari.
Beberapa menit kemudian Kevin dan Marisa sudah berada di dalam taksi online yang dipesan oleh Marisa. Wanita itu juga sudah mengetahui ke mana tujuan destinasi pertamanya. Sementara Kevin hanya menurut saja.
Marisa menatap riang pemandangan kota Jogja dari kaca jendela mobil. Seakan tak peduli dengan cuaca panas siang itu. Saat ini yang ia rasakan hanya benar-benar sangat rindu kota ini.
Sesekali Marisa menunjuk ke suatu tempat kepada Kevin. Walau belum lama ke Jogja tapi rupanya sudah banyak yang berubah dari kota ini.
Setengah jam kemudian mereka tiba di sebuah tempat wisata yang sedang viral saat ini di Jogja.
Kevin turun terlebih dahulu dari taksi, setelah menyerahkan uang argo taksi. Dan setelah itu membukakan pintu mobil untuk Marisa.
"Aku haus, mau beli minuman di sebelah sana," tunjuk Marisa dengan jari telunjuknya.
"Oke, setelah membeli tiket aku akan memyusulmu ke sana," sahut Kevin.
Kevin kemudian berjalan ke tempat pembelian karcis. Dan setelah membayarnya ia bergerak ke tempat Marisa membeli minuman, yang letaknya tidak jauh dari sana.
Tepat pada saat Kevin datang, Marisa juga sudah membeli beberapa minuman dan makanan ringan untuknya dan Kevin. Dan setelah itu masuk tempat wisata.
Tempat yang Kevin dan Marisa kunjungi ada tempat yang didesain semirip mungkin membentuk sebuah kastil. Di tempat itu juga menyuguhkan pemandangan yang romantis. Beberapa spot foto juga disediakan untuk pengunjung.
Kevin merangkul leher Marisa. Lalu mengajaknya untuk berfoto. "Ayo kita foto di sana, pasti bagus," ajak Kevin.
Dari mulai foto yang berlatar belakang sebuah sayap yang lebar dan besar, ayunan yang terlihat sekilas seakan berada di awan, hingga sebuah labu besar sudah Marisa dan Kevin coba semua. Mereka juga menyewa costum Korea untuk berswafoto.
Ketika mereka hendak berjalan menyusuri spot yang lainnya ponsel Kevin tiba-tiba berdering. Kevin merogohnya dari dalam saku celananya. Dan ternyata dari Lia sekertarisnya.
Kevin dan Marisa menepi ke tempat yang agak sepi, agar terdengar jelas suara Lia, karena tempat awal mereka menerima telepon tadi sangat ramai.
Ekspresi Kevin terlihat mendung saat menerima telepon dari Lia. Sebenarnya apa yang terjadi?
"Kenapa wajahmu kusut? Apa yang Lia katakan tadi?" tanya Marisa penasaran.
"Dia bilang ada masalah pada dewan direksi. Dan ini menyangkut proyek besar kita dengan Adi Jaya grup," jawab Kevin lemas.