"Daud."
Mayang salah tingkah. Sumpah dia canggung setengah mati. Tapi, dia agak pangling melihat perawakan Daud.
Tubuhnya yang besar alami itu agak kehitaman. Eksotis. Mungkin pria ini sering main di luar sehingga terbakar sinar matahari. Berbeda sekali dengan sewaktu kerja di bank. Putih dan rapi, jadi terkesan polos.
Baru sekarang, Mayang mengamati betul-betul fisik Daud yang kebetulan hanya menggunakan singlet hitam. Memang luar biasa tubuh pria ini. Pundak kekarnya tampak sekal. Ada kalung titanium di leher betonnya. Lengan menjuntai kepalan besar dan mantap untuk menghujam musuh. Serta yang membuat Mayang takjub ada tattoo naga di lengannya dan sebagian yang terlihat di dada. Membuat penampilan pria ini semakin macho.
"Bu Mayang." Dia memanggil lirih. Langsung ambyar lamunan Mayang. Sampai-sampai balutan handuknya lepas dan peralatan mandinya berserakan. Hal yang terlihat oleh Daud pertama kali adalah tubuh Mayang yang polos tanpa dalaman.
Mayang buru-buru memperbaiki handuknya. Dia juga tampak gelagapan saat menata kembali peralatan mandinya yang berserakan. Daud yang tanggap berhamburan membantunya.
Setelah selesai, Mayang menundukkan kepala dalam-dalam. Berjalan dengan cepat ke ruangannya.
Mayang menyandarkan tubuhnya di balik pintu sambil menyentuh dadanya. Jantung Mayang berdegup dengan sangat kencang. Wajahnya merah padam. Betapa tidak! pertemuannya sangat tidak terduga dengan Daud. Pakai acara handuk melorot lagi. Mayang kan malu jadinya.
"Siapa Sayang?"
"Penghuni baru kamar sebelah."
"Oh, sudah ada yang menghuni ya. Bagus dong, ada temennya kamu di sini."
Samar-samar Mayang mendengar suara wanita yang pasti kekasih dari Daud. Terlihat santai saja dia berbicara tanpa mengetahui siapa yang menjadi 'teman' baru Daud. Mayang dengan kemolekan yang tidak perlu dipertanyakan. Mayang yang dulu digilai Daud setengah mati. Wanita itu pasti akan cemburu setengah mati kalau sampai mengetahui hal itu.
Mayang belum sempat melihat siapa sosok yang menjadi kekasih Daud karena tubuh besar Daud yang menutupi pintu. Tubuh besar yang tergiang-giang di kepala Mayang sampai sekarang.
'Jangan berpikir kotor. Mayang.' Mayang mewanti dirinya sendiri. Walau dia tidak menampik kalau perawakan jantan yang baru saja dia lihat cukup memancing gairah wanita.
'Mungkin itulah alasan kenapa Andini begitu terobsesi dengan Daud. Gila bener, keponakan sendiri mau diembat.' Mayang geleng-geleng kepala. Adalah hal yang biasa kalau ibu-ibu seperti Andini menganggumi pria yang lebih muda dengan perawakan seperti Daud. Selain enak dipeluk, tenaganya juga besar, serta hentamannya jangan diragukan lagi. Astaga, lagi-lagi Mayang ngelantur pikirannya.
Namun yang tidak wajar adalah Daud keponakan Andini sendiri. Tidak pantas bagi mereka bergumul. Mayang harus bicara dengan Andini besok. Siapa tahu Andini mau menghilangkan obsesi buruknya itu. Mencari berondong di luar sana yang tentu ada yang lebih gagah dari Daud.
Tunggu sebentar, bagaimana dengan dirinya? Ini adalah pertemuannya pertama kali semenjak beberapa bulan lalu, ketika Mayang terang-terangan menginginkan Daud menjauh. Pria itu menurutinya walaupun terlihat sekali luka patah hati yang dia derita.
Sekarang mereka dipertemukan kembali. Kontrakan bersebelahan. Memungkinkan mereka bertemu selalu. Jujur saja Mayang tidak masalah karena tidak mempunyai perasaan dengan Daud. Begitupun Daud yang sepertinya sudah move on dan memiliki pasangan yang baru. Apalagi dari sorot matanya tidak mengharapkan seperti tidak mengharapkan Mayang lagi.
Hanya saja sekarang sorot matanya berbeda. Begitu dalam dan misterius. Mayang jadi takut sendiri membayangkan bagaimana hari-hari kedepannya di kontrakan ini.
"Aku mandi dulu ya, Sayang."
"Iya, Sayang. Baunya acem sih, tapi aku suka hehe… Jangan lama-lama ya, Sayang."
"Kalau lama emangnya kenapa?"
"Enggak apa-apa sih. Emangnya cowok ngapain lama di kamar mandi?"
"Ikut saja kalau pengen tahu."
"Ih, Sayang genit deh."
Mayang memutar mata jengah mendengar obrolan sejoli itu. Mau mandi saja pakai acara goda-godaan segala. Daud sudah berubah ya sekarang, atau memang ini watak aslinya?
Tiba-tiba, Mayang terkesiap karena teringat sesuatu.
"Astaga, dalamanku masih tertinggal di dalam kamar mandi?" Mayang panik. Baru dia ingat penutup gunung dan kain segitiga Bermuda masih bergelantung indah di dalam. Kebiasaan Mayang yang meninggalkan pakaian dalamnya untuk dicuci sendiri.
"Haduh bagaimana ini? Malu banget kalau ketahuan Daud." Mayang gelisah. Baru saja malam pertama, dia sudah membuat kesalahan fatal.
Mayang melongok ke depan pintu. Di ujung lorong, terlihat kamar mandi dengan lampu kuning menyala yang terlihat dari ventilasi pintu. Terdengar suara guyuran air yang terdengar kasar. Gayung dihentam ke bak mandi dengan tempo yang cepat. Aduh, kenapa cowok kalau mandi tidak bisa biasa saja. Selalu bikin berisik, apalagi kalau pakai gayung.
Mayang sabar menanti. Prakiraan Daud mandi tidak lebih dari sepuluh menit. Pokoknya selesai, Mayang langsung mengendap-endap untuk mengambil dalamannya.
Guyuran air berhenti. Terdengar Daud menyapukan sabun ke seluruh tubuhnya. Berisik sekali suaranya sampai terdengar oleh Mayang. Apalagi saat menggunakan cuci muka. Menggosok gigi juga brutal. Apa tidak bisa pelan-pelan melakukannya. Kenapa selalu kasar. Mayang membatin kesal.
Benar dugaan Mayang, tidak membutuhkan waktu lama. Daud keluar dari kamar mandi. Seketika. Menguar aroma sabun begitu kamar mandi dibuka. Aromanya segar sekali. Antara keringat maskulin yang bercampur dengan sabun. Kok bisa ya baunya sesegar itu? Padahal Mayang yang kadang menggunakan lulur lama-lama, masih kalah segarnya.
Mayang membenamkan kepalanya dari balik pintu. Muncul kepermukaan hanya untuk mengintip. Pemandangan yang Mayang lihat sangat mengejutkan. Daud keluar dari kamar mandi. Sangat santai menggunakan celana dalam saja. Berjalan menuju kamar kosnya. (Mayang menyimpulkan ini kamar kos, bukan kontrakan yang dia bayangkan).
Mata Mayang lekat melihat perawakan Daud. Semakin jelas gambar tato yang memenuhi tubuh bagian depannya. Menjadi sampul atas tubuh gempal nan sekal dengan otot di mana-mana. Dia berjalan dengan posisi menunduk karena sedang mengelap rambutnya dengan handuk. Rambutnya yang acak-acakan tampak cool sekali sempat membuat Mayang terpesona.
"Cepat kan mandinya?" Suara Daud menyapa kekasihnya. Tengil kedengarannya.
"Iya, Sayang. kok masih pakai celana dalam sih?"
"Hahaha… kalau mau buka sendiri?"
Idih! Jijik sekali Mayang mendengarnya. Merinding sekujur badannya. Detik berikutnya pintu kamar ditutup. Hanya tersisa suara manja wanita itu dan Daud yang terus menggoda.
'Kalau seandainya wanita itu belum resmi kekasih Daud. Murah sekali dia. Mau-maunya diajak sekamar dengan Daud. Ditiduri. Digagahi.' Mayang membatin miris. Lupakan soal mereka, Sekarang Mayang keluar dari tempat persembunyiannya untuk mengambil celana dalam.
Baru saja akan melintas di depan kamar Daud, tiba-tiba pintunya terbuka begitu saja. Mayang refleks bersembunyi di balik dinding. Nafasnya menderu. Nyaris saja Mayang memergoki apa yang mereka lakukan.