"Sayang, kok pintunya dibuka sih?"
"Panas hawanya."
"Kan disebelah ada tetangga." Wanita itu memelankan suaranya.
"Cuek saja kenapa sih. Biasanya kan juga gini."
Dasar Daud brengsek! Sejak kapan sih dia berubah brutal seperti ini. Mayang sampai tidak kenal dengannya. Daud seolah menjadi pribadi yang baru semenjak Mayang memintanya untuk menjauh.
Mayang pun terpaksa mengurungkan niatnya mengambil celana dalam. Tidak mungkin dia melintas di saat orang lain sedang enak-enak. Dengan kesal, dia membaringkan diri di atas ranjang. Menutup telinganya dengan bantal. Sampai tidak terasa dia tertidur.
Dia hendak mengambil celana dalamnya keesokan harinya. Sial, ketika akan mandi, dia berpapasan dengan Daud yang sedang duduk santai sambil merokok dan menikmati kopi paginya.
"Pagi, Bu Mayang." Daud menyapa dengan senyum lebarnya. Mayang membalas dengan senyum kecut.
Ketika hendak berlalu, seorang wanita keluar dari kamar Mayang. Yang membuat Mayang membelalakan mata adalah wanita itu hanya menggunakan tank top dan short pants. Memamerkan tubuhnya yang aduhai. Bulat menantang depan belakang.
"Oh, iya. perkenalkan ini calon istriku. Riyanti."
Daud dengan bangga memperkenalkan wanita itu, seolah ingin menunjukan bahwa Daud sudah bisa move on dari Mayang.
"Ini tetangga baru kamu? Kok cewek sih?" Riyanti menunjukan wajah yang kurang suka. Dia memandang sinis Mayang dari atas sampai bawah. Memang umurnya jauh lebih matang, tapi soal bodi Mayang tidak kalah hotnya.
Riyanti sama sekali tidak berniat mengulurkan tangan. Apalagi Mayang yang tampak acuh saja.
"Kos bebas Sayang, semuanya boleh ngekos di sini." Daud berkata. Pria itu tahu kalau calon istrinya cemburu berat.
"Tetap saja, aku enggak terima, Yang. Kamu dan dia satu lantai. Udah gitu berjejer lagi." Riyanti bersedekap.
"Terus kenapa? Kamu berpikir aku macam-macam gitu? Mana mungkin. Di tempat kerja kita bersama. Kamu juga sering bermalam di sini."
"Pokoknya aku mau kamu pindah dari kos sini, atau dia yang pindah!" Riyanti menuding ke arah Mayang yang terlihat tenang.
"Hei! Wanita murahan! Kamu sengaja kan ngekos di sini supaya dekat dengan Daud. Ngaku!" gertak Riyanti yang sekarang berdiri tepat di depan Mayang. Wanita itu terlihat labil dengan amarah yang meledak-ledak. Sudah begitu possesif lagi. Mayang tertawa geli dibuatnya.
"Buat apa aku mendekati dia? Emangnya dia punya uang berapa?"
Daud terhenyak. Riyanti mengerutkan alis tebalnya. Jawaban Mayang sangat santai tapi menikam.
"Aku itu cuma mau mendekati pengusaha. Yang jelas kekayaannya. Bisa membuat kehidupanku terjamin. Harusnya kamu juga realistis, Say. Enggak zaman sekarang mengandalkan nafsu saja, uang lebih penting." Mayang menambahkan. Menjentikkan jari jempol dan telunjuk.
"Alah, itu alasanmu saja kan, pelakor."
"Hahaha, pelakor? Apa untungnya aku ngembat calon suamimu itu? Aku saja yakin dia tidak akan bisa membelikanku mobil. Udah-udah, aku mau mandi dulu. Buang waktu saja aku melayani kalian." Mayang bergerak menuju kamar mandi. Baru saja beberapa langkah, Riyanti meneriakinya.
"Hu…Miskin belagu! Kamu aja ngontrak di sini."
Mayang menghela nafas. Tidak perlu dia menjelaskan siapa dirinya dan alasan kenapa dia menempati kos ini. Mayang adalah calon Bos Restauran. Sangat memungkinkan baginya untuk tinggal di apartemen. Dia tinggal di sini semata-mata karena permintaan Andini. Tidak lebih.
"Bisa-bisanya, Daud memilih calon istri yang bar-bar begitu. Tidak punya etika."
Mayang melepas pakaiannya. Saat akan menggantungkannya, dia tercenung. Pakaian dalamnya yang semalam mana?
Wajah Mayang berubah pias. Siapa yang sengaja membawa pakaian dalamnya? Tidak mungkin kalau penghuni kos bawah. Ini pasti kerjaan Daud. Sial!
Mayang melanjutkan mandinya dengan hati berdebar. Memikirkan apa kira-kira yang dilakukan Daud dengan pakaian dalamnya. Tidak mungkin hanya disimpan. Yang ada dalam bayangannya Mayang adalah pria itu melakukan pemuasan diri sambil mendengus-dengus penutup gunung kembarnya dan segitiga bermudanya. Dan secara lancang menumpahkan benih hangat dan kenyal di sana. Mayang jadi geli sendiri.
Mayang selesai mandi ketika Riyanti belum selesai mengomeli Daud. Wanita itu keukeuh minta Daud untuk pindah dari kos itu. Mayang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Lantas, dengan santai dia berjalan melewati mereka. Menuju kamar.
"Hei Lonte! Aku peringatkan sekali lagi ya. kalau kamu masih tinggal disini. Akan kubuat kamu tidak tenang."
Mayang berhenti melangkah. Dengan gerakan slow motion, dia menoleh tajam ke arah Riyanti. Mendadak Riyanti berteriak kesakitan karena rambutnya dijambak oleh Mayang. Semakin kuat Mayang menariknya semakin kencang teriakannya.
"Tidak ada satupun orang yang boleh mencegah saya melakukan apapun. NGERTI KAMU!"
Riyanti tidak menyahut. Dia malah berusaha meronta. Mayang tersenyum sinis. Langsung membanting kepala Riyanti ke tembok. Membuat wanita itu semakin histeris.
"NGERTI ENGGAK!"
"AW! Iya, iya. Ampun. Lepasin aku." Riyanti dengan suara merendah. Dia tidak sanggup lagi melawan Mayang yang ternyata sangat kuat.
"Bagus! Awas saja kalau kamu berani mengata-ngataiku lagi. akan kubuat kamu koma di rumah sakit." Mayang menandaskan sebelum masuk ke kamarnya.
Riyanti yang meringis kesakitan sambil memegang rambutnya tampak mengangguk. Wanita itu menoleh ke arah Daud yang melongo.
"Kamu ini gimana sih? Bukannya nolongin aku. Malah bengong," cecar Riyanti.
"E…eh, Sori Sayang." Daud gelagapan. Dia masih terkesima dengan Mayang. Wanita itu berubah mengerikan. Entah apa sebabnya.
Tidak berapa lama, Mayang keluar dengan stelan formal yang rapi. Dia masih harus menyelesaikan dua minggu masa kerja sebelum nantinya mengurus restoran.
Ketika Mayang lewat, Riyanti sontak minggir. Dia takut kalau Mayang menganiayanya lagi. Mayang hanya tersenyum sinis. Ditatapnya kedua sejoli itu sejenak, baru kemudian dia melangkah menuruni tangga.