Pagi itu, Mayang berangkat kerja seperti biasa. Karena mobilnya masih dibengkel, maka dia berangkat dengan menggunakan transportasi umum. Begitupun Novi yang mulai terbiasa berangkat sendiri. Dia pun menggunakan bis untuk berangkat ke sekolah.
Di depan gedung berlantai dua itu, Mayang menghela nafas. Dia harus bersikap sebiasa mungkin apalagi nanti ketika bertemu dengan Stevan. Pria jangkung dengan tingkat kemesuman paling tinggi.
Mayang sudah berantisipasi untuk mengatasi rasa gatal itu. Dia sengaja menggunakan tissue tebal untuk mengganjal penutup gunungnya. Supaya ASI bisa tersumbat. Dan nanti ketika gatal mendera maka Mayang akan menggunakan alat pemompa ASI itu lagi.
Ketika masuk ke area bank. Mendadak dia mendengar suara orang bercakap yang tidak lain adalah sekuriti yang menangani mobilnya kemaren dan juga Stevan.
Dia membelalakkan mata. Rupanya bannya kemaren bocor akibat ulah mereka. Sengaja supaya Mayang mau pulang bersama dengan Stevan.
Namun, Mayang tidak serta merta marah. Dia tahu kalau sampai dia marah maka bukan tidak mungkin berita tentang dirinya dan Stevan akan beredar luas. Yang akan mengakibatka skandal. Itu akan menghancurkan reputasinya. Maka dia lebih memilih untuk menahan amarahnya dan berlalu begitu saja.
Mayang melakukan aktifitas kerja seperti biasa sampai tidak terasa waktunya pulang.
Mayang bisa bernafas lega karena hari ini tidak ada masalah yang terjadi. Setidaknya Stevan tidak berbuat macam-macam dengannya. Karena tidak ada celah bagi pria jangkung itu untuk berbuat demikian. Mayang memang sangat pandai mengantisipasi segalanya.
Sampai akhirnya, Mayang pulang.
Ketika Mayang tengah fokus menyetir tiba tiba sesuatu mengalihkan pandangannya dari jalan.
Ada seorang anak laki laki yang seumuran Novi tengah di seret seret oleh seorang lelaki dewasa di sebuah komplek pertokoan.
Melihat hal itu, Mayang tergugah rasa ibanya dan menepikan mobilnya di area pertokoan yang masih sepi itu.
Dia melihat anak itu ditarik ke arah samping bangunan tua yang terlihat sudah lama tidak dipakai lagi. Dia berusaha mengejar mereka hingga ke arah belakang bangunan tua yang terlihat tidak terawat itu.
"Apa yang Mas lakukan kepada anak itu?" Mayang menghardik saat pria itu sedang berusaha untuk menghajar anak itu.
"Siapa kamu? Jangan berani ikut campur ya?" gertak balik Sang preman. Kalau dilihat dari penampilannya sepertinya dia adalah preman penjaga khawasan ini. Tubuhnya besar berotot dipenuhi tattoo. Wajahnya garang. Tentu anak kecil yang ada di dekatnya ketakutan.
"Hentikan! Atau saya akan lapor polisi."
Preman itu terdiam sejenak mendengar ancaman Mayang. Mayang bisa bernafas lega karena tidak sia-sia dia bersikap tegas. Dia sangat kasihan dengan anak itu sampai babak belur karena dipukuli sang preman.
Terlebih saat preman itu melepaskan anak itu begitu saja. Mayang pun yang merasa sudah membantu anak itu segara berlalu dari sana.
"Mau kemana kamu?"
Mayang terperanjat tatkala tangannya dicekal oleh preman itu.
"Apa yang anda lakukan! Lepaskan!"
"Enak saja. kamu menyuruhku melepas anak itu. Sebagai gantinya kamu yang ikut denganku."
"Enggak, aku enggak mau. Aku sudah bersuami. Jangan macam-macam ya sama saya." Mayang mengertak. Berusaha bersikap tegas. Walaupun itu malah menjadi boomerang baginya karena preman itu malah semakin berhasrat.
"Justri aku suka sama wanita yang bersuami."
Mayang tidak bisa berkutik tatkala tubuhnya diseret paksa menuju sebuah gedung kosong. Entah kenapa, Mayang sama sekali tidak memberontak. Dia bagaikan keledai yang pasrah dimakan harimau.
"Kenapa anda membawa saya ke sini? Apa yang akan anda lakukan?" Mayang berkata setelah tubuhnya di dorong masuk ke sebuah ruang kosong di gedung itu. Sekarang di depannya terlihat Preman dengan mata menyala penuh nafsu siap menerkamnya.
Preman itu melepas hak celananya sebelum berjalan mendekati Mayang.
"Jangan macam-macam ya sama saya, atau saya akan teriak." Mayang mengancam. Padahal sejujurnya dia terpesona dengan benda hitam berambut milik preman itu yang lebih besar dari suaminya. Pandangannya sendiri seolah terhipnotis untuk melihat di bawah sana.
"Teriak saja sesuka hatimu! tidak ada orang disini. Kecuali preman-preman sama seperti itu. Yang pasti mereka akan ikut memperkosa anda nantinya, hahaha."
Mayang panik. Terlebih saat pria itu dengan paksa membuka kemejanya. Sesuatu yang tertutup tissue tebal bersembul di sana mengeluarkan air ASI yang begitu banyak. Preman itu seperti tergiur dan langsung melahap dengan sangat nikmat dua buah dadanya.
Preman itu juga mengangkat rok span hitam yang dipakai Mayang dan menarik paksa celana dalam yang dipakai Mayang.
"Pak, tolong Jangan Pak."
"Diam! nikmati saja. Nanti juga kamu akan merasakan nikmat."
Mayang tidak menyahut karena gelombang cinta yang begitu dahsyat bergelora. Karena Preman itu menyerangnya dengan sangat nafsu. Kasar sekali cara dia bermain sampai Mayang dibuat kelonjotan.
Dia bisa merasakan bibir tebal preman itu berhamburan liar. Sambil sesekali terdapat gigitan kecil yang membuatnya tersetrum nikmat. Belum lagi tangannya yang sangat pandainya memainkan sesuatu di bawah sana dengan sangat kasarnya. Membuat Mayang berlarut.
Beberapa saat kemudian, Mayang sudah tidak mampu menahan teriakannya tatkala keluar. Klimaks yang begitu luar biasa yang tidak pernah dia dapatkan seumur hidup. Sesuatu yang seharusnya dilakukan suami malah sekarang justru dilakukan oleh preman ini. Bahkan, rasa ketika dia melakukan pemuasan diri tidak ada apa-apanya.
"Oh, inikah rasanya bersenggama dengan pria lain? Kenapa sensasinya berbeda?" Mayang membatin. Baru kemaren, untuk pertama kalinya dia bersenggama dengan Stevan. Sekarang dia merasakan nikmatnya yang berbeda. Bahkan lebih dahsyat. Terbersit penyesalan kenapa dia tidak melakukannya sejak dulu.
"Ayo teriak yang kenceng, Bu. Anda benar-benar tidak tahu malu. Teriak-teriak dalam kondisi basah kuyub seperti ini."
"Sudah Pak, tolong hentikan." Mayang berkata yang berlawanan dengan isi hatinya. Menginginkan supaya Preman itu terus melakukan aktifitasnya lagi dan lagi.
"Saya mau berhenti kalau saya sudah puas. Anda mengerti?"
Mayang menelan ludah. Dia yang dalam kondisi kepayahan melihat preman itu sungguh sangat lihai. Bahkan caranya cenderung sangat beringas. Padahal baru melakukan pemanasan. Belum yang itu.
"Pak sudah, Pak tolong hentikan."
"Lihat Bu, deras sekali."
"Ibu suka dimainin ya. Padahal saya baru sebentar melakukannya sudah basah kuyub seperti ini." Preman it uterus menggoda. Dia sedikit takjub dengan seluruh kemolekan tubuh Mayang.
"ibu pasti sudah pengen kan?"