Chereads / Aku Milikmu, Tuan Travis / Chapter 6 - Penolakan Travis

Chapter 6 - Penolakan Travis

Sebuah senyuman yang begitu manis terkembang di wajah Giana saat melihat sosok wanita cantik yang kini berdiri di hadapannya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau ternyata transformasi Amora akan sedrastis ini.

Wanita dengan rambut panjang ikal kecoklatan yang digerai itu berjalan mendekat kea rah Giana sehingga membuat rasa haru dirasakan oleh wanita cantik yang hampir menginjak kepala empat ini.

"Kau sungguh cantik, Amora!" puji Giana saat dia meraih tangan Amora untuk dituntun menuju ruang makan.

Amora tersipu malu. "Te-terima kasih, Tante Giana. Aku tidak akan bisa membalas kebaikanmu yang sudah sangat banyak padaku," sahutnya kemudian.

Giana tidak menjawab. Dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Saat ini dia hanya ingin membawa Amora untuk segera menuju ruang makan dan bertemu Travis. Dalam pikirannya sangat ingin melihat reaksi dari keponakan tampannya itu.

Ditambah lagi dengan penolakan Travis tadi atas saran yang diberikan olehnya. Giana menjadi penasaran apakah pria tampan itu masih akan menolak atau tidak setelah melihat Amora sekarang.

"Silakan duduk, Amora." Giana sengaja menaikkan nada suaranya untuk menarik perhatian Travis yang hanya menunduk dan focus pada ponselnya.

Berhasil!

Travis mengangkat kepalanya dan melihat sosok Amora yang kini sedang tersipu malu karena perbuatan baik Giana.

Wanita yang mengenakan dres selutut dengan motif vintage itu terlihat sangat manis. Tatanan rambutnya yang dibiarkan tergerai dengan make up tipis, membuat Amora terlihat cantik secara alami. Bahkan bibir tipis wanita itu hanya tergores lipstick saja. Bibirnya sudah terlihat berwarna merah dan ranum.

Bohong jika Travis tidak akan terpikat pada bagaimana kecantikan Amora yang begitu polos ini. Bahkan Amora sama sekali tidak membutuhkan hal-hal yang berlebihan untuk menonjolkan kecantikan alaminya.

Sikap lembut wanita ini sangat berbeda dengan apa yang tadi didapati Travis saat dia begitu kukuh ingin mengakhiri hidupnya. Sungguh inilah sosok asli Amora yang diingat oleh Travis di malam saat dia terbangun ketika sudah menghabiskan malam panjang dengannya.

"Kenapa kau melihat anak gadisku seperti itu, Pria Mesum?" Pertanyaan Giana ini membuat Travis salah tingkah dan kemudian membuang muka.

Giana terkekeh. Melihat Travis yang bersikap seperti itu membuatnya semakin ingin menggodanya. "Kau sampai seperti itu, ya! Padahal tadi ngotot sekali ketika bicara padaku. Ah, tapi memang Amora sangat cantik. Tidak heran kalau kau bersikap seperti itu," guraunya.

Travis tidak menjawab. Dia hanya berdeham dan kembali focus pada ponselnya. Giana menatap lucu pada keponakannya itu. Dia lantas melihat ke arah Amora yang sepertinya juga tersipu malu.

"Kau jangan pedulikan pria itu Amora! Dia memang aneh!" seru Giana.

"Aneh?" tanya Amora terheran.

"Iya, aneh! Lihat saja dia tertarik tapi sama sekali tidak mau berucap! Gayanya itu sok jual mahal!" gerutu Giana yang membuat hati Amora sedikit tergelitik. Dia tidak menyangka kalau Giana akan seekstrim itu mengatai Travis.

Amora memang merasakan keanehan pada diri Travis setelah mereka tiba di rumah bak istana kecil ini. Pria dengan manik mata biru sedalam lautan itu terlihat sangat cuek padanya. Padahal sebelumnya, ketika membujuk Amora agar tidak melompat dan mau ikut dengannya, sikap Travis sangat hangat.

Hati Amora bahkan goyah karena sikapnya itu dan memutuskan kalau dia akan ikut dengan Travis walau dia belum begitu mengenalnya.

"Sudahlah, jangan pikirkan dia, Amora! Lebih baik sekarang kita makan saja, oke?" Dengan begitu ramah, Giana mengajak Amora untuk makan.

Amora melirik ke arah Travis. Pria itu sama sekali tidak terlihat peduli. Dia tetap pada pikiran dan dunianya sendiri. Amora mengikuti apa yang diinginkan oleh Giana saja untuk mencari aman.

Giana memperhatikan Amora yang sepertinya tidak bisa melepaskan pandangan dari Travis. Dua orang ini sepertinya memiliki rasa penasaran yang tinggi pada diri masing-masing, tetapi tidak bisa sama-sama mengungkapkannya.

"Kalian ini membuatku gregetan," batin Giana.

Sebagai seorang tante yang sangat menyayangi Travis karena sudah merawat pria ini sejak dia masih balita karena telah menjadi yatim piatu, Giana sudah mengikrarkan dirinya untuk selalu mendampingi keponakan tercintanya ini sampai kapan pun.

Bahkan Giana sudah bertekad kalau dia akan memberikan kebahagiaan pada Travis dan selalu mengutamakannya. Itulah yang menjadi alasan Giana yang sampai saat ini belum juga mau menikah. Padahal sebagai seorang wanita, dia sama sekali tidak kekurangan apa pun dari segi fisik maupun penampilan.

"Kau setelah makan harus menemani Amora, Travis!" suruh Giana tanpa basa-basi.

Travis menaikkan sebelah alisnya. Ditatapnya Giana dengan tatapan tidak suka. "Pekerjaanku masih sangat banyak, Tante Gi. Lagipula aku tidak ingin mengganggu jam istirahat Amora. Biarkan saja dulu dia beristirahat."

"Jangan banyak alasan, Travis! Kau sama sekali tidak boleh membantahku! Kau harus membersamai Amora malam ini. Dia sangat butuh dukungan moral darimu." Giana tetap kukuh pada pendiriannya.

"Tante saja yang menemaninya!" tolak Travis tegas.

Giana menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa. Malam ini aku ada pemotretan!" sanggahnya.

Travis menyenderkan tubuhnya di kursi makan. Dia bersidekap dada dan menatap Giana sekali lagi dengan kedua alis yang bertaut. "Pemotretan apa yang dilakukan tengah malam?" tanyanya mengejek.

Giana menepuk dahinya. Dia tidak menyangka kalau akan sesusah ini beralasan pada Travis. Dia lebih suka bicara pada seekor semut kalau begini caranya.

Bahkan setiap ucapan Giana selalu mendapat bantahan dari keponakan tampannya itu. Sebenarnya Giana merasa kesal, tetapi karena dia sedang bersama dengan Amora yang kondisi jiwanya belum sepenuhnya aman, dia memilih untuk bersikap tenang dan menahan diri.

"Aku tidak masalah kalau harus sendirian, Tante Giana. Aku sama sekali tidak apa-apa. Aku sudah baik-baik saja juga, kok," seru Amora yang sudah tidak tahan melihat suasana ketegangan antara Giana dan Travis.

Giana menggelengkan kepalanya. "No, Baby! Kau tidak boleh sendirian! Aku sudah mendengar semua cerita tentangmu dari Travis! Aku akan sangat menyesal kalau terjadi sesuatu padamu!" tolaknya.

"Ti-tidak apa-apa, Tante. Aku benar-benar merasa kalau lebih baik sendirian saja. Sepertinya aku memang butuh menenangkan diri," ucap Amora pelan dan lembut. Dia tidak ingin hal ini terjadi berlarut-larut.

"Kau sudah dengar sendiri 'kan, Tante Gi? Dia tidak mau aku temani. Lagipula aku sangat yakin kalau dia tidak akan bertindak bodoh untuk kedua kalinya!" sela Travis yang merasa menang.

Giana menggelengkan kepalanya.

Betapa susahnya membuat Travis mau mengikuti kata hatinya dan tidak mementingkan egonya. Rasanya Giana ingin melempar dua orang ini ke kamar dan menguncinya.

Sayangnya, Giana tidak bisa melakukan hal itu. Dia masih waras dan tidak mau kalau Travis akan memakinya lagi nanti.

"Baiklah kalau begitu. Cara halus tidak mempan pada kalian berdua, sepertinya aku harus melakukan cara kasar!" seru Giana yang membuat Amora dan Travis tertegun memandangnya.

*****