Chereads / Aku Milikmu, Tuan Travis / Chapter 7 - Jangan Takut Padaku!

Chapter 7 - Jangan Takut Padaku!

Berada pada ruangan yang sama dengan Travis Darmoko membuat sekujur tubuh Amora serasa bergetar. Dia sama sekali tidak nyaman dengan situasi ini. Situasi di mana pada akhirnya Giana berhasil menyeret Amora dan Travis masuk ke dalam kamarnya.

"Kenapa kau hanya diam saja, Amora?" Secara tiba-tiba Travis mengeluarkan suara yang membuat Amora bingung harus menjawab apa.

"Ah, eh. Aku sangat lelah, Tuan Travis. Apa aku boleh beristirahat?" Suara lembut Amora tidak sesuai dengan nada bicaranya yang terdengar gugup.

Travis masih terduduk diam di sofa besar yang ada di kamar baru Amora ini. Dia menatap ke arah wanita yang terlihat salah tingkah itu.

Sesekali Travis merutuki ulah tantenya ini. Giana memang adalah seorang wanita yang penuh tekad. Apa yang diinginkan olehnya harus dituruti, walaupun itu adalah ide gila seperti apa yang sekarang sedang menimpanya dan Amora.

"Kau tidur saja di ranjang. Aku akan tidur di sofa ini," titah Travis malas.

Amora menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ti-tidak, Tuan Travis. Kau sama sekali tidak boleh tidur di sofa. Biar aku saja yang tidur di sana. Kau kemarilah dan tidur di ranjang ini," tolaknya.

Sekali lagi, Travis memandang ke arah Amora dengan tatapan aneh. Sikap yang ditunjukkan oleh Amora setelah dia sampai di rumah ini sangat berbeda dengan sikapnya tadi ketika terus berteriak dan menolak untuk ikut dengannya.

Itu adalah suatu hal yang aneh menurut Travis karena mengingat bagaimana sikap tegas Amora tadi begitu bertolak belakang dengan sikapnya sekarang.

"Kau jangan memaksakan diri. Aku yang punya rumah ini, jadi aku berhak mau tidur di mana saja!" seru Travis yang membuat Amora memundurkan langkahnya.

"Ta-tapi, bukankah kesehatan anda lebih penting, Tuan Travis?" sanggah Amora.

"Aku tidak mau! Kecuali kalau kau mau seranjang denganku!" pekiknya yang membuat Amora memundurkan langkahnya. Dia bahkan kini berbalik arah.

"Kalau begitu, silakan anda tidur di sofa itu, Tuan Travis," sahut Amora tanpa menoleh lagi kea rah Travis. Dia benar-benar takut sehingga langsung menaiki ranjang dan menutupi dirinya dengan selimut.

Travis mengangkat alisnya. Dia tidak menyangka kalau akan ditolak oleh Amora. Yah, walaupun sebenarnya dia hanya bercanda, tetapi tidak disangka ucapannya itu dianggap serius oleh Amora.

Pria tampan ini merebahkan badannya di atas sofa. Sebenarnya dia sangat banyak memiliki pekerjaan yang harus segera diselesaikan olehnya. Akan tetapi, situasinya sekarang membuat dia tidak mungkin bisa bekerja.

Giana sebagai seorang tante sama sekali tidak mengijinkan dia membawa laptop ataupun ponselnya untuk bekerja.

"Kau harus menemani Amora istirahat, Travis. Suara laptopmu bisa saja mengganggunya dan membuatnya tidak bisa beristirahat nantinya. Aku tidak mau hal itu terjadi!"

Itu adalah kata-kata yang diucapkan oleh Giana sebagai peringatan untuk Travis sebelum dia dikunci dari luar oleh tantenya itu. Kata-kata wanita cantik yang merupakan selebriti terkenal itu tidak bisa dibantah. Bahkan Travis tidak berhak meminta bantuan pada sekretarisnya sendiri.

"Apa kau sudah tidur, Amora?"

Pertanyaan Travis itu bisa didengar sangat jelas oleh Amora yang baru saja akan memejamkan mata. Tentu saja secara reflex dia menjawab, "Hm," jawabnya singkat.

"Sudah kuduga. Kau pasti akan susah tidur karena mengalami banyak hal hari ini. Apa itu sangat mengganggumu?"

"Iya."

"Hah, aku tidak mau menekanmu untuk banyak bicara, Amora. Malam ini aku hanya akan membiarkanmu menenangkan diri," ujar Travis.

Amora tidak menjawab. Apa yang dikatakan oleh Travis semua benar. Pikiran Amora saat ini sedang dipenuhi kejadian yang menimpanya seharian ini. Bahkan lelah yang dirasakan olehnya sama sekali tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan luka hatinya.

Jika saja Travis tidak menyelamatkannya tadi, mungkin saat ini Amora sudah tidak merasakan lagi apa itu kesedihan dan juga rasa sakit akibat hal yang dialami olehnya.

"Kau jangan menyesali keputusanmu untuk ikut denganku, Amora!" Kalimat singkat yang diucapkan oleh Travis itu seolah mewakili isi hati Amora saat ini.

Travis sangat pintar membaca isi hati!

Hal itulah yang terngiang di telinga Amora saat Travis mengucapkan kalimat sederhana namun sarat akan makna itu. Pria ini tidak tahu seberapa besar rasa sakit hati Amora. Mungkin itu yang menjadi dasar minimnya empati Travis padanya.

"Seperti yang aku katakana tadi padamu, Amora. Kau terlalu berharga untuk disakiti! Aku tidak bisa melihatmu menangis seperti itu! Balas mereka! Perlihatkan kalau kau adalah Amora yang sudah bangkit dari keterpurukanmu!"

Travis lagi-lagi mengeluarkan kata-kata yang membuat Amora merasa tercengang. Dia kembali meminta Amora untuk menjadi kuat. Apa dia tidak tahu kalau saat ini sukma Amora bahkan serasa telah lepas dari dirinya?

"Kau masih tidak mau menjawab. Aku anggap diammu ini adalah sebuah persetujuan, Amora!" seru Travis tanpa basa-basi dan tanpa persetujuan Amora.

Amora bangkit dan beranjak dari ranjang yang ditiduri olehnya. Dia melepas selimut yang membakut tubuhnya lalu melangkah kea rah Travis dengan cepat.

"Atas hak apa kau memintaku untuk melakukan hal-hal yang kau atur, Tuan Travis?" Jari telunjuk Amora mengarah pada Travis yang sedang berbaring di atas sofa. Tidak ada lagi mimic sopan santun di wajahnya.

Travis beranjak dari sofa. Dia kemudian melangkah mendekati Amora yang sedang megacungkan jari telunjuk padanya. "Atas dasar rasa kepedulian! Apa itu tidak cukup?" serunya.

Amora menurunkan telunjuknya lalu tersenyum menyeringai. "Jangan pernah berkata kalau kau peduli padaku, Tuan Travis! Jangan menganggap kalau aku adalah wanita yang mudah kau atur!" serunya menggebu-gebu.

"Lalu, kau mau aku berbohong padamu tentang alasanku?" Travis bersedekap dada.

"Tidak! Aku hanya mau kau mengatakan kejujuran. Itu saja, Tuan Travis!" tuntut Amora.

Tatapan mata mereka kini bertemu. Begitu damai rasa hati Travis ketika melihat manik mata kecoklatan milik Amora yang begitu menenangkannya walaupun banyak luka yang terpendam di sana.

Amora juga merasakan hal yang sama. Dia hampir saja terbuai pada tajamnya tatapan mata Travis yang bermanik mata biru sedalam lautan itu. Benar-benar membuatnya merasa kalau dia akan terhipnotis kalau memandangnya lebih lama lagi.

"Aku tidak akan terpedaya olehmu!" Amora memalingkan wajah. Dia ingin mengalihkan tatapan matanya dari tatapan mata Travis yang berdiri tepat di hadapannya.

Travis menurunkan tangannya. Tatapan matanya diperlembut karena dia merasa Amora sangat takut melihatnya. Bahkan wanita dengan trauma besar itu terlihat penuh kecemasan.

Pria tampan ini kemudian merapikan beberapa helai rambut Amora yang berkeliaran di sekitar wajahnya. Dia bahkan menyumpangkan helaian yang terbanyak di telinga Amora. "Kau masih takut padaku?" Pertanyaan Travis ini sontak membuat Amora mundur beberapa langkah.

Seperti apa yang ditebak oleh Travis, Amora memang takut padanya.

Ah, bukan Travis saja. Bahkan hampir pada semua pria, setelah kejadian memalukan terjadi padanya yang dijebak waktu itu.

*****