Chereads / Aku Milikmu, Tuan Travis / Chapter 10 - Keponakan Tampan

Chapter 10 - Keponakan Tampan

Giana sama sekali tidak habis pikir bagaimana bisa Travis sama sekali tidak melakukan hal yang aneh kepada Amora. Padahal dia sudah bersusah payah membuat kedua orang itu ada dalam satu ruangan yang sama.

Akan tetapi, begitu melihat wajah Amora yang memerah, entah mengapa Giana merasa sesuatu dalam hatinya merasa tergelitik.

"Kalau begitu sekarang sebaiknya kau cepat pergi makan, Sayang. Ah, bersihkan dulu dirimu baru setelah itu kau turun. Paham, kan?" serunya tersenyum ramah.

"Baik, Tante Giana." Jawaban Amora sangat singkat.

Begitu wanita cantik yang terlihat polos itu masuk ke dalam kamar mandi, Giana kemudian dengan cepat keluar dari ruangannya untuk pergi ke tempat Travis.

Hanya satu hal yang saat ini terlintas dalam pikiran Giana, dia harus memarahi keponakannya itu karena sepertinya rencananya sudah gagal.

"Bolehkah aku masuk, Ponakanku Sayang?" tanya Giana yang hanya mengetuk pintu dua kali kemudian membukanya sendiri tanpa aba-aba dari Travis.

Giana hanya memasukkan sedikit saja kepalanya melalui celah pintu. Dia berharap bisa mendapat ijin dari Travis tanpa perlu mendapat sahutan dari pria dingin itu.

Dan, benar saja apa yang ada dalam pikiran Giana. Travis seperti tidak peduli pada kehadirannya. Dia bahkan sama sekali tidak menjawab atau sekedar berdeham.

"Wah, lihat ini keponakanku yang sangat dingin sepertinya tidak peduli lagi kepada tantenya!" seru Giana tanpa basa-basi.

Tidak ada sahutan dari Travis membuat Giana sedikit kesal. Dia kemudian maju beberapa langkah dan duduk dengan santai di kursi di depan Travis.

Ditatapnya dengan sangat lekat keponakannya yang sangat sibuk dengan benda pipih di hadapannya dan juga tumpukan berkas yang sepertinya sudah meminta untuk segera dibersihkan.

"Kau jangan terus melihatku dengan tatapan seperti itu, Tante Gi! Kau membuatku takut saja!" seru Travis yang sepertinya sudah mulai tidak nyaman, tetapi tetap berkutat dengan pekerjaannya.

"Bagaimana aku tidak melihatmu dengan tatapan seperti ini? Kau bahkan tidak mempedulikanku sejak aku baru menyapamu, Travis!" seru Giana dengan nada yang sedikit kesal.

Travis tidak menjawab dan kembali sibuk pada pekerjaannya. Namun, sedetik kemudian dia mengangkat kepalanya dan menurunkan jemarinya. "Kalau sama sekali tidak ada hal yang penting ingin kau sampaikan kepadaku, bukankah sebaiknya kau keluar saja dari sini, Tante Gi?"

Giana tercentang mendengar apa yang dikatakan oleh Travis. Dia sama sekali tidak menyangka kalau keponakannya begitu tampan akan mengusirnya dengan santai seperti ini.

"Oh, My! Travis ... ka-kau baru saja mengusir tantemu sendiri?" Giana membulatkan mulutnya dan menutup bibirnya dengan sebelah tangan.

Travis menautkan kedua alisnya. "Menurutmu siapa lagi di sini yang bisa ku usir selain kau, Tante Gi?" sahutnya santai.

"Ah, sial! Oh, kau ini terlalu gila kerja, Travis! Seharusnya kau tidak boleh bersikap seperti itu kepada tantemu sendiri!" keluh Giana kesal.

"Tidak ada hal yang penting untuk kita bicarakan di saat pekerjaanku sangat banyak seperti ini, Tante! Bukankah kau lebih baik keluar dan mengganggu orang lain saja?!" Apa yang diucapkan oleh terapis ini membuat Giana mengerti.

Setidaknya setelah mendengar jawaban Travis itu, aktris cantik wanita ini tahu kalau sebenarnya Travis menyelipkan kata-kata untuk mempedulikan Amora.

Ketidakjujuran Travis ini setidaknya sudah membuat hati Amora tergelitik. Dia tidak menyangka kalau Travis tidak mau mengakui dengan terus terang keinginannya agar Giana lebih peduli kepada Amora.

"Baik, baik! Sekarang aku mengerti apa yang kau mau, keponakanku tersayang!" sahut Giana dengan senyum meledek Travis.

Travis yang merasa tersentil, hanya bisa tersenyum tipis tanpa disadari olehnya.

Pria itu kemudian menggelengkan kepalanya dengan cepat dan membebaskan tangannya di hadapan wajahnya dengan cepat juga. "Keluarlah sekarang, Tante Gi!" suruhnya.

Biarlah beranjak dari duduknya kemudian berdiri. "Baiklah kalau itu maumu, Travis. Sepertinya aku memang sekarang harus mengurus keponakan perempuanku yang cantik. kurasa Amora bisa lebih bersikap manis kepadaku dibandingkan kau yang sejak kecil sudah kurawat!"

Sebelum Travis mengambil langkah cepat dan melemparkan pulpen ke arah Giana,sepertinya wanita itu sempat menjulurkan lidahnya dan kemudian berlari dengan cepat ke arah pintu dan menutupnya segera.

"Semoga saja dia bisa menjadi seorang yang sangat akrab dengan Amora. Ya, setidaknya Tante Giana adalah orang yang lebih bisa terbuka mengenai isi hatinya dibandingkan aku!" batin Travis.

*****

Amora kini sudah duduk berhadapan dengan Giana di ruang makan rumah mewah Travis ini. Wanita ini sama sekali tidak menyangka kalau kursi dan juga meja makannya sangat panjang dengan ukiran mewah namun hanya mereka berdua yang makan.

Mungkin saja saat ini Giana bisa membaca isi hati Amora yang sepertinya sudah mencari di mana keberadaan Travis.

"Pria bodoh itu sepertinya akan keluar sebentar lagi. Sebaiknya kau sabar dulu ya, Sayang!" seru Giana yang salah ini memberitahu tanpa perlu menanyakan apa yang ingin ditanyakan oleh Amora.

Tentu saja Amora menjadi kikuk mendengar apa yang dikatakan oleh Giana itu. Karena biar bagaimanapun dia tidak ingin kalau Giana menyadari tentang isi hatinya yang memikirkan Travis.

"Sudahlah! Lebih baik sekarang kita sarapan duluan saja. Travis adalah seseorang yang sangat memikirkan pekerjaannya. Dia tidak mungkin akan makan kalau dia belum merasa pekerjaannya selesai dengan sempurna."

Lagi-lagi Giana mengucapkan sesuatu yang sepertinya menjadi pertanyaan dalam hati Amora.

Amora tidak menjawab dan hanya menunduk. Dia kemudian memindai makanan yang tersedia di atas meja makan.

Untuk ukuran sarapan, sepertinya ini sangat berbeda dengan kebiasaan Amora yang biasanya memakan nasi goreng.

Dia disuguhi dengan berbagai macam croissant, roti, dan juga beberapa buah-buahan yang sedang dipikirkan caranya oleh Amora untuk memakannya.

Kekhawatiran wanita ini terlihat jelas di mata Giana. Tentu saja sebagai seorang yang tertua di rumah ini, aktris cantik ini harus menunjukkan perhatian yang berlebih kepada Amora.

"Apa kau tidak suka makanannya? Atau mungkin ada sesuatu yang ingin kau makan, tapi tidak terhidang di meja makan?" Giana memandang wajah malu Amora. "Kalau kau mau makan sesuatu sebaiknya kau katakan dengan berterus terang saja, Amora. Aku akan minta pelayan untuk menyiapkannya."

"Ti-tidak, Tante Giana. Aku sama sekali tidak membutuhkan makanan lain. Apa yang sekarang terhidang di sini sudah lebih dari cukup." Dengan sedikit kikuk, Amora mencoba untuk bersikap tenang di hadapan Giana.

Senyum kecil terluas di wajah cantik Giana. "Kau begitu polos dan juga sangat lugu, Amora. Bahkan kejujuranmu ini sangat membuatku terkesan."

"A-aku tidak tahu harus menjawab seperti apa, Tante Giana," sahut Amora bingung.

"Sudah, sebaiknya kau jangan pikirkan itu lagi, Sayang! Sekarang yang terpenting bagimu adalah untuk mempersiapkan rencana selanjutnya bagi hidupmu, Amora. Aku dan juga Travis sepertinya harus banyak membantumu dalam membalaskan dendam. Bukan begitu?" Tawaran yang diberikan oleh Giana membuat Amora tercengang. Dia tidak percaya kalau semuanya akan terjadi begitu cepat. Bahkan dia tidak bisa mempercayai wanita yang sekarang sedang duduk di hadapannya ini.

*****