Chereads / sad boy,bad boy / Chapter 19 - konflik

Chapter 19 - konflik

malam itu sekitar pkl 07.00.raka merasakan lapar karna dia belum sempat makan.kejadian siang tdi membuat nya kebingungan.dia beranjak dari duduknya mencoba mencari makanan yang ada.tapi di rumah memang tak ada apa apa.pak karta pergi hampir 2 minggu lama nya dan dia belum kembali.raka pun akhirnya pergi keluar,berjalan menuju warung makan yang biasa di beli nya.akhirnya raka pun sampai di tempat biasa.warung makan tempat mira bekerja. nampak mira menyambutnya dengan senang.

" mas raka, apa kabar??? udah lama ga mampir... " ucap mira sambil tersenyum.raka hanya menjawabnya dengan senyuman.

" biasa ya mir... " ucap raka.mira mengangguk dan menyiapkan nasi dengan lauk pauk sederhana di atas nya.

" katanya mas raka masuk rumah sakit?? apa nya yang sakit ?" tanya mira.raka memandangnya.

" jatuh dari motor.badan saya masih lebam lebam gini.kamu ga liat jahitan di dahi saya,dagu juga... "ucap raka sambil menunjukan bekas luka nya.mira tampak mengamati luka raka.

" oh iya ya mas.tdi aku ga jelas ngeliat nya.ketutupin rambut sih.o ya maaf aku ga nengok.soal nya ga tau kalo mas raka masuk rumah sakit... " raka terlihat tersenyum dan menyantap makanan nya dengan lahap.

"ga apa apa mir,udah sehat ini ko.kamu tau dari siapa saya masuk rumah sakit??? " tanya raka.

" tadi mbak tiwi kesini mas..." ucap mira.raka yang tengah lahap makan terdiam sejenak kala mendengar nama tiwi.tak lama dia kembali makan dengan sedikit lambat.

" lalu... " tanya raka seolah berharap mira melanjutkan ucapan nya.

" maaf lho ya mas,tdi mbak tiwi kesini nya sambil nangis. "raka menghentuikan suapan nya.

" saya kasian mas,saya jujur aja kalo kita emg ga punya hubungan apa apa.mas yang menyuruh saya bersandiwara.maaf banget mas.aku kasian liat nya... " raka terdiam di pandang nya kembali mira.

"tak apa apa mir,semua takan merubah apapun... "ucap raka lalu kembali menyantap makan nya.mungkin itu alasan tiwi marah tadi siang,itu pikirnya. tiba tiba saja terbesit di pikiran raka keadaan tiwi sekarang.menurut nya mungkin dia sedang tidak baik baik saja. dia berpikir tuk sebentar saja melihatnya hanya sekedar memastikan kalo tiwi benar benar berada di rumah.dia pun menghentikan makan nya dan segera membayar.raka pun bergegas pergi ke rumah mewah itu.

belum juga sampai di depan rumah,raka melihat dari jarak yang agak jauh bu marni dan pa gun sedang berdiri diluar gerbang.wajah mereka tampak cemas. raka mencoba bersembunyi sebisa nya.agar kehadiran nya tidak diketahui.kebetulan ada mobil yang terparkir agak jauh tepat di ujung batas rumah itu.ia pun menyembunyikan badannya di belakang mobil,sambil mengamati.

" mungkin kah tiwi belum kembali... "bisik nya seolah ikut merasa cemas.lama raka menunggu dan memperhatikan sampai tiba tiba tiwi melintas di depan mobil tersebut.raka sedikit terkejut.karna tiwi hampir melihat nya. badan tiwi terlihat kusut dan sembraut. terlihat juga pak gun dan bu marni berlari menghampiri tiwi.raka semakin merapatkan persembunyian nya.karna jarak mereka terlalu dekat sekarang.

" tiwiiii....kamu dari mana saja?? ibu sama bapa khawatir sekali... " ucap mu marni yang seolah lega melihat anak nya kembali.

tp tiwi hanya berdiri mematung.

"ada apa nak?? apa kamu baik baik saja.?"pak gunawan terlihat khawatir. tiwi memandang kedua orang tua nya.perlahan air mata nya menetes di pipi nya.

" ada apa wi?? apa ada yang jahat sama kamu? " tanya ibu nya terlihat cemas kembali.air mata tiwi malah tumpah lebih banyak.tiwi segera memeluk ibu nya.

" ibu apa yang harus aku lakukan ibu?? " tiwi menangis menjadi jadi. bu marni mengelus rambut tiwi.

"apa yang sebenar nya telah terjadi? bicara sama bapa... " ucap pa gun.bu marni menpelkan jari nya di bibir, sbagai isyarat agar pa gun tak menanyainya dulu.pa gun pun terdiam,dan membiarkan anak nya menangis.

" raka sakit bu,katanya dia bahkan sulit diobati,dan aku meninggalkan nya ktika dia membutuhkanku bu... "ucap tiwi sambil terisak.

" raka sakit apa??? " tanya bu marni.

" kanker hati yang bahkan sekarang sudah menyebar di perut nya.katanya raka tak mungkin sembuh bu,raka sedang sekarat... " tiwi semakin terisak.pak gun dan bu marni terkejut dengan apa yang di sampaikan tiwi.begitu juga raka,dia tertegun,air mata nya jatuh.dia mulai merasakan penyesalan di hati nya.seandainya dia memperhatikan kesehatan nya,seandai nya dia tidak terjerumus pada obat obatan terlarang dan minuman keras di usia dini nya.seandainya dia datang lebih cepat dan bertemu tiwi lebih awal.mungkin semua bisa dia perbaiki.dia tak peduli lagi pada keinginan nya membalas sakit hatinya pada orang tua nya. raka mengepalkan tangan.air mata nya ikut jatuh meski tak sebanyak tiwi.

" raka akan baik baik saja wi,dia ga akan meninggal dengan cara seperti itu.raka orang nya kuat wi..." hibur ibu nya.

" bagaimana kalau raka benar benar pergi.aku bahkan tak tau bagaimana caranya aku hidup kalau sampai itu terjadi " ucap tiwi lagi.

" sudah lah,kita bicara di rumah saja.kamu juga belum makan... " ucap pa gun sabil menuntun tangan putri nya.tiwi mengikutinya dengan air mata yang terus tumpah di pipinya.mereka pun berjalan masuk meninggalkan raka yang berdiri mematung dalam sendirian nya.

" aku seharus nya tak pernah kembali.aku adalah sampah.sampah tetap lah sampah,walau itu terbuat dari plastik dan sulit di lebur sekalipun.bahkan perlu puluhan tahun untuk musnah.sampah tetaplah sampah.seharus nya aku lahir, tumbuh,hidup dan mati tetap menjadi sampah.karna tak ada orang yang ingat di mana dia membuang bekas makanannya...."bisik raka dalam hati sambil nengusap air mata nya.

" maafkan aku tiwi, mohon maafkan!!!maafkan aku yang telah melibatkanmu dalam kehidupanku yang berantakan ini.tak seharusnya aku menjadikan mu tumbal untuk keegoanku sendiri" raka pun melangkahkan kaki nya untuk pulang.ia berjalan sambil merenungi kehidupan nya.hidup yang memaksanya bekerja keras,dan memaksa nya menelan pahit dan getirnya kehidupan.

pagi pagi sekali raka merasakan mual ,keringat dingin membasahi sekujur tubuh nya.rasa sakit yang teramat sangat di perut nya,begitu menyiksanya.dia berlari sebisanya ke kamar mandi.memaksa isi perut nya untuk kembali ia keluarkan.dia terjuntai lemas besandar pada pintu toilet di dekat nya,sambil ia lap sisa kotoran di mulut nya.sesekali ia merintih kesakitan.sesekali ia menahannya dengan rintihan.ia memegang kuat perutnya dan meringis.

" ibu.... ibu... ".bisik raka memanggil ibu nya.berharap ada tangan yang menggenggam nya ketika dia kesakitan.pandangan nya tampak kabur,namun kondisinya masih sadar.