Ryan mengangkat tubuh Zerena masuk ke dalam Villa, dibaringkannya tubuh istrinya di atas kasur, lalu dia bergegas mengambil koper yang diletakkan Juan di depan pintu.
Setelah itu baru kemudian dia ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya yang terasa lengket, seharian menyetir mobil sendiri.
Tak lama kemudian dia keluar setelah menyudahi acara mandinya, dilihat istrinya masih tidur, setelah berganti pakaian dia mendekati Istrinya lalu membangunkannya.
"Ren...
bangun, mandi dulu sana setelah kamu tidur kembali, katanya kepada sang istri.
perlahan Zerena mulai mengerjapkan matanya, melihat sekeliling kamarnya, dia merasa aneh kamar yang bernuansa kayu begitu eksotis menurutnya.
"Kak, kita dimana, kok kak Iyan gak bangunin aku di mobil tadi?", katanya sambil memanyunkan bibirnya. "kita sekarang di villa, kamu mandi dulu ok", perintah Ryan pada isterinya.
Zerena bangkit, tapi bukannya ke kamar mandi Zerena malah berjalan ke arah Ryan lalu memeluknya erat.
Ryan kaget, sebagai laki laki normal ia tentu memiliki nafsu dan keinginan, kalau selama ini dia diam dan acuh, itu hanya agar adik sepupunya itu tidak merasa takut padanya.
Tapi tindakan Zerena benar benar membuat jiwa kelelakiannya meronta ronta, dia mulai membalas pelukan istrinya, dikecupnya kening sang istri, lalu berpindah ke pipi gembul itu, sekilas ia mengecup bibir manis Zerena,
Saat melihat tak ada penolakan Ryan kembali mengecup bibir Zerena, kecupan itu berubah menjadi lumatan yang panas, tangannya perlahan mulai menyusuri lekuk tubuh wanita di dalam dekapannya, perlahan, dilepasnya hijab yang melingkar di kepala Zerena, kemudian kembali mencumbu istri kecilnya itu, perlahan digendongnya kembali istrinya ke kasur, Tanpa melepaskan pautan bibir mereka, lalu perlahan turun ke leher, disingkapnya pakaian gadis kecilnya itu.
Ryan benar benar lupa daratan, keindahan alam di depannya membuatnya bertekuk lutut, dengan suara parau dia meminta ijin kepada sang pemilik,
"boleh aku melakukannya?"
Zerena mengangguk.
perlahan namun pasti setelah beberapa kali gagal, karena milik Zerena masih bersegel, akhirnya tembok pertahanan itu roboh juga.
Penyatuan yang sempurna, dua anak manusia bercumbu, memadu kasih, meluapkan hasrat yang selama ini tertahan, sungguh surga dunia terindah yang pernah dirasakannya, sungguh kenikmatan yang tak dapat dijabarkan dengan kata kata ataupun ungkapan.
Kelembutan Ryan saat menyatukan miliknya ke milik Zerena, sungguh membuat Zerena melupakan sakit yang pertama dirasakannya, berganti menjadi nikmat surgawi yang hakiki, penyatuan yang halal dan berkah dunia akhirat.
Setelah bertempur akhirnya Ryan roboh diatas tubuh Zerena, perlahan dia menjatuhkan tubuhnya ke samping, dia memejamkan matanya, masih membekas sisa sisa kenikmatan yang diperolehnya dari isteri kecilnya itu.
Perlahan direngkuhnya tubuh sang istri, dibawanya ke dalam dekapannya, "Makasih gadis kecil, maafkan kakak telah merenggut kehormatanmu, merampas kesucianmu".
Zerena tersenyum manis, "Kakak ngapain minta maaf, itu hak kakak, malah aku yang berdosa kalau nggak bisa melayani kakak" ucapnya sambil mengatur napasnya.
"Ok, sekarang kita mandi, aku gendong ya,"
Zerena mengangguk,
perlahan Ryan menggendong istrinya masuk ke kamar mandi, diletakkannya tubuh Zerena ke dalam bathtub, lalu mengisinya dengan air, Ryan buru buru mandi dan membersihkan tubuhnya kembali, dia tidak ingin berlama lama dengan Zerena disana, dia takut khilaf dan menerkam Zerena kembali. dia keluar duluan setelah selesai, dibiarkannya Zerena berendam.
Karena dia sering membaca artikel bahwa wanita yang baru melakukan hubungan intim maka miliknya akan lecet, bahkan terluka, jadi sebagai suami dia tidak mau egois hanya memikirkan diri sendiri dan kenikmatan semata.
Aaahhhhhhh....
terdengar suara Zerena berteriak dari dalam kamar mandi, Ryan berlari dilihatnya Isterinya bersandar di dinding kamar mandi."Kenapa heeemmm?," ucapnya panik melihat wajah isterinya yang tampak kesakitan.
"Sakit kak, aku nggak kuat untuk jalan". ucapnya tak dapat membendung air matanya. Tampa bicara sepatah katapun digendongnya istrinya keluar dari kamar mandi, perlahan didudukkan ya di sisi kasur, diambilnya handuk kecil perlahan dikeringkan ya rambut isterinya.
Setelah itu dibukanya koper dan dicarinya baju tidur buat sang isteri, diletakkannya pakaian dalam dan setelan baju tidur.
Zerena memang membawa setelan baju tidur lengan panjang agar lebih mudah dipadukan dengan hijab, karena dia ada Juan yang bukan muhrimnya.
"Apa mau aku pakai kan juga pakaianmu", ucap Ryan tersenyum jahat.
Wajah Zerena sampai memerah seperti tomat, karena malu.
"Aku bisa pakai sendiri kak, kakak tolong keluar aja", ucapnya menunduk malu.
"Kenapa aku harus keluar haaa, aku sudah melihat semuanya, jadi kenapa kamu harus malu", ucapnya sambil menahan tawanya.
"Kakak......."Zerena benar benar kesal melihat kelakuan Ryan yang terus menggodanya.
"Ok ok, Kakak keluar", ucapnya sambil mengecup kening sang isteri sebelum melenggang pergi
Rena memakai pakaian yang diambilkan Ryan, memakai makeup tipis, lalu memakai jilbab bergo, jilbab instan yang lagi booming sekarang ini.
Zerena lalu keluar kamar mencari suaminya, "Kak, kak Iyan...." kepalanya melongok kesana kemari mencari keberadaan suaminya
"Sini sayang, di ruang TV", terdengar suara Ryan menjawab teriakannya.
"Kenapa teriak teriak hemmm", ucapnya sambil melambaikan tangan ke arah Zerena, dan menepuk sofa di sampingnya, Zerena pun duduk di dekatnya.
"Kak, bahan makanan yang aku beli mana?,
aku mau masak,laper"', ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya.
Ada di dapur, tadi Juan menaruhnya disana, kalau cemilan, minuman dan ice cream kamu ada di kulkas sayang.
Zerena lalu bangkit tapi tak jadi melangkah" kak disini tidak ada bibi bibi?"
"Maksud aku bibi yang bantu bantu gitu kak"
ucapnya panjang lebar pada suaminya.
"Bibinya sudah pulang sayang, dia cuma kerja mulai pagi sampai sore, emang kamu mau makan apa biar aku suruh Juan dari buat kamu"
*Tuan dan nona mau makan apa saya akan Carikan?" ucap Juan membungkuk sopan tak berani menatap nona mudanya, karena dia tahu kalau Tuan mudanya paling tidak suka sesuatu yang menjadi miliknya dilihat, apalgi disentuh orang lain.
"Tidak, aku mau makan masakan sendiri", ucapnya lalu berlalu pergi.
"Tuan muda, memang Nona bisa masak, dan sejak kapan putri kesayangan tuan Roy bisa memasak?"
Ryan hanya menggeleng lalu mengikuti istrinya ke dapur, tapi berhenti sejenak, "oh ya Juan siapkan semuanya besok, kita ke perkebunan setelah itu urus pertemuanku dengan orang yang ingin membeli perkebunan kita".
Di dapur Zerena mulai memasak nasi, lalu mengambil ikan kemasan dan memasaknya kembali, lalu menggoreng keripik.
dari meja makan Ryan memperhatikan isterinya sambil tersenyum senyum sendiri.
Akhirnya Masakan Zerena selesai juga, dibawanya makanan itu ke meja makan, menatanya disana, dia mengambilkan nasi dan ikan sarden untuk suaminya, tak lupa keripik udang dan Sambel terasi yang dibelinya tadi siang.
"Ayo kak makan, Juan kemana tidak ikut makan dengan kita? ucapnya sambil duduk di dekat suaminya.
"Sebentar lagi dia datang, tadi ada urusan sebentar".
ucap Ryan.
"Maaf tuan semuanya sudah beres, kita tinggal berangkat besok pagi"
suara Juan tiba tiba di belakang Ryan,.
"kemari duduk dan makan, kita makan ala kadarnya dulu, daripada harus mencari warung yang buka malam malam begini, mending kita makan seadanya dulu.
Lalu dengan ekor matanya dia melirik dan menyuruh Juan duduk, dengan patuh Juan duduk mengisi piringnya dengan nasi dan lauk yang ada, lalu ikut makan bersama majikannya.