Pagi pagi Zerena tidak perlu repot repot membuat sarapan, karena bibi yang bekerja di villa itu pagi pagi sudah datang, dia cukup menyiapkan pakaian Ryan, karena hari ini Ryan akan melihat langsung kondisi perkebunannya.
Ryan memakai pakaian santai cuma memakai kemeja hitam, dan celana jeans navy, setelah merapikan rambutnya dan memakai parfum favorit nya, dia berjalan menemui sang istri yang duduk di ruang tamu.
"Sayang.....
kamu disini aja yahh, nggak usah ikut, ada bibi kok di rumah yang nemenin kamu sayang".
"iya kak aku di villa aja, tapi makan dulu yahhh".
kata Zerena lalu menggandeng tangan suaminya ke meja makan, "minum teh hangat dan roti bakar ya kak"
Ryan mengangguk dan tersenyum tulus ke arah isteri nya
Ryan pamit ke Zerena, dia ingin secepatnya menyelesaikan semua masalahnya, dan kembali ke Indonesia.
Saat sampai disana, ternyata Edrick sudah menunggunya disana, dipinggir perkebunan ada sebuah bangunan khusus untuk tempat pertemuan atau kunjungan pemerintah daerah setempat, disana mereka berkumpul untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
tapi sebelum keluar dari mobil Juan berbisik ke Ryan, Bos, Edrick itu memiliki perusahaan di bawah naungan perusahaan induk kita di Jakarta, kalau Tuan besar menarik semua saham di perusahaannya, otomatis perusahaannya akan roboh dengan sendirinya".
kata Juan dengan seringai nya.
Di sini Ryan dan asistennya Juan terkenal kejam dalam dunia bisnis, semua lawannya akan mati perlahan, apabila berusaha mengusik ketenangannya.
Juan keluar dari mobil, lelaki tinggi dengan tubuh atletis, ditambah kacamata hitam bertengger indah di hidungnya.
dia berjalan memutari mobil, dan membuka pintu untuk tuan mudanya.
Ryan melangkahkan kakinya mendekati orang orang yang sudah lama menanti kedatangannya, perlahan dia mengangguk lalu menyapa orang orang itu.
"Selamat pagi, saya Ryan pemilik perkebunan ini, ada yang bisa saya bantu, kenapa saudara saudara ingin bertemu langsung dengan saya.
Seseorang yang tampak masih muda mungkin seumuran dengan Ryan maju lalu balik menyapa, "selamat pagi pak Ryan, Saya Edrick, langsung ke masalahnya saja, saya ingin membeli perkebunan ini untuk dijadikan lahan perumahan, saya akan membuat apartemen dan hotel bintang lima disini pak Ryan, jadi sudah dipastikan keuntungan yang bisa diperoleh masyarakat, lapangan kerja dimana mana".
"Saya harap anda bisa berbesar hati menyerahkan perkebunan ini, ini demi kesejahteraan masyarakat disini Pak Ryan, tolong anda pikirkan".
Ryan tersenyum menatap Edrick, senyuman yang menakutkan,
"Jadi lapangan kerja untuk masyarakat?, hahaha....
ternyata anda pandai bercanda pak Edrick.
mana mungkin ada lapangan pekerjaan untuk masyarakat disini saat perkebunan berubah menjadi hotel dan apartemen, mereka itu minim pendidikan, sedangkan kau butuh orang orang terpelajar untuk membantu mengembangkan hotel hotelmu."
Lalu Ryan mendekati Edrick lalu berbisik, lalu bagaimana dengan nasib karyawan mu, jika aku menarik saham A_R Group dari perusahaan kecilmu.
Wajah Edrick berubah pucat pasi, kepalanya berdenyut saat Ryan berbisik di telinganya.
Hahaha....
Tawa Ryan menggema,
bagaimana tuan muda Edrick, sekarang aku yang memberimu pilihan.
"Sebenarnya siapa kau tuan Ryan, apa hubunganmu dengan A_R Group?,
dengan lantang Erick bertanya kepada Ryan.
"Aku putra dari A_R Group, kau bisa menanyakan langsung pada papa Andre dan papa Roy.
dan kuharap aku tidak melihatmu lagi disini bersama dengan tikus tikus bayaranmu, atau kau akan melihat berita tentang kehancuran perusahaanmu di Indonesia.
Kalau begitu saya permisi, Pak Edrick, pertemuan yang menyenangkan.
ucap Ryan sambil melenggang pergi menuju mobil mewah mereka.
"kita langsung pulang Juan, aku mau bertemu
isteriku segera", ucapnya
"Baik Bos"jawab Juan.
Edrick gemetar, dia tidak menyangka bertemu dengan orang yang salah, ternyata selama ini dia berhadapan dengan pewaris A_R Group, perusahaan yang menyuntikkan dana besar besaran ke perusahaannya, kalau sampai mereka menarik semua dana telah mereka kucurkan, maka Edrick sudah dipastikan akan gulung tikar.
"Siapkan semuanya, kita kembali ke Jakarta sekarang juga, panggil semua orang orang pengunjuk rasa sewaan itu pergi, aku tidak mau mengambil resiko". ujarnya, lalu melangkah pergi.
"Sayang.....
aku pulang"
ucap Ryan lalu membuka pintu kamar.
"Waalaikumsalam" Jawab Zerena saat Ryan membuka pintu, sepertinya dia baru melaksanakan shalat dhuhur.
Ryan menggaruk kepalanya yang tidak gatal,Zerena menghampirinya mencium tangan kanan suaminya, refleks Ryan mengecup kening sang istri.
"Sayang aku merindukanmu, bolehkah?"
kata Ryan mengedipkan matanya, membuat Zerena bergidik ngeri, Ryan lebih menakutkan saat bersikap seperti itu menurut Zerena.
Sebenarnya Zerena malu apalagi disini ada bibi dan juan, apa kata mereka nanti, kalau tahu Ryan melakukan nya disiang bolong begini.
"Apa tidak apa apa?" kata Zerena lirih.
Ryan mengerti maksud isterinya, dia mendekat dan memeluknya, tidak apa apa sayang, aku menyuruh Juan kembali ke perkebunan, dan aku sudah menyuruh bibi pulang.
"Baiklah,"
ucap Zerena.
Ryan mempererat pelukannya, di kecupnya kembali kening Zerena, lalu pindah ke Bibir tipis Zerena, Zerena menggeliat, membuat Ryan semakin terbakar gairah.
Dilepasnya Mukenah yang masih menempel di tubuh isterinya, lalu dilepasnya satu persatu pakaian sang isteri, dan pakaiannya sendiri.
Bagaimana pun Ryan adalan laki laki normal, kejadian kemarin adalah yang pertama baginya.
jelas saja dia masih penasaran, dan mulai menyukai kegiatan yang satu itu.
Sedangkan Zerena tidak menolak keinginan suaminya, karena baginya itu adalah ladang pahalanya.
Ryan menyetel AC di kamar itu agar lebih dingin lagi, tapi itu tidak berpengaruh sama sekali, tubuhnya masih terasa panas.
Perlahan dan pasti Ryan kembali mengulang mereguk madu dari istrinya, dia benar benar menginginkannya lagi dan lagi.
Zerena hanya terdiam dan menggigit bibirnya agar tak mengeluarkan suara, tapi akhirnya desahannya keluar juga melalui bibir imutnya.
Ryan akhirnya terkulai lemas di samping Zerena, dikecupnya kening istrinya lembut, sebelum akhirnya terlelap.
30 menit kemudian, Zerena bangun lalu membersihkan tubuhnya di kamar mandi, memakai pakaian lalu keluar dari kamar.
Di luar terasa sepi, karena pembantu sudah pulang.
Akhirnya Zerena ke dapur menyibukkan diri memasak untuk makan malam mereka.
Zerena dengan cekatan memasak makan malam dan membuat camilan, itung-itung
sambil menunggu suaminya bangun.
Setelah semuanya selesai Zerena menyimpannya di lemari, karena hari masih sore, dihatinya jam tangannya, ternyata sudah masuk waktu sholat Ashar, Zerena mencuci tangan lalu bergegas ke kamar untuk melaksanakan Sholat.
Setelah selesai, Zerena keluar lagi kali ini dia ke taman di samping rumah, membawa camilan yang telah dibuatnya tadi, dan sekalian tidak pernah ketinggalan Es teh manisnya.
Dari arah belakangnya, tampak Ryan berjalan ke arahnya,
"Lagi ngapain sayang?????"
Ucapnya sambil memeluk Zerena dari belakang.
"Cuma bikin Es teh doang Kak,
Bantuin aku dong Kak bawain".
Ucap Zerena memberikan nampan berisi 2 gelas es teh manis, sedangkan dia membawa piring yang berisi makanannya.
Mereka bersantai sambil menikmati pemandangan di sore hari, sambil menikmati makanan yang telah dibuatnya.