Satu tahun telah berlalu, setelah mereka berkunjung ke perkebunan, semua telah normal kembali, sekarang Ryan disibukkan dengan urusan perusahaan dan pabrik juga perkebunan sawitnya.
Begitupun dengan Zerena, dia telah di daftarkan oleh Ryan kuliah di Universitas Yang elit yakni Universitas Malaya atau dikenal UM.
Sebagai isteri Rena tidak pernah lupa akan kewajibannya sebagai isteri, bahkan dia sangat bahagia karena sang suami tidak mengekang kebebasannya untuk tetap melanjutkan pendidikannya.
Begitupun dengan Ryan, dia tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada Zerena, cukup dia tahu batasan batasan sebagai seorang isteri, menurutnya ada baiknya Zerena berhijab, karena itu mengurangi pandangan liar laki laki di luar sana, kepada isteri kecilnya.
Subuh subuh sekali Zerena sudah terbangun dan cepat cepat mandi untuk menunaikan shalat Subuh, setelah shalat dia turun ke dapur, menyiapkan sarapan untuk suaminya, setelah berkutat di dapur, makanannya pun telah siap.
Dia kembali ke kamar, karena jam sudah bertengger di angka 6.15.
dia akan membangunkan suaminya, tapi setelah membuka daun pintu di dengarnya suara gemercik air di kamar mandi, pertanda sang suami sedang mandi.
Sesaat kemudian Ryan keluar dari kamar mandi, dengan handuk melingkar di tubuh atletisnya, Zerena termangu memandang sang suami, berjalan kearahnya,
"Kenapa hemmm, kamu terpesona melihat ketampananku?", ucapnya menggoda sang isteri.
Wajah Zerena bersemu merah menahan malu, lalu menundukkan wajahnya, Ryan mengungkung tubuh isterinya diangkatnya wajah cantik sang isteri, ditatapnya mata pekat itu, mata yang indah dan menghipnotis dirinya.
Tapi tiba tiba Zerena menutup mulutnya, dan mendorong tubuh sang suami dan berlari menuju wastafel,
hoeeek hooooek hooeeekkk.....
dia memuntahkan seluruh isi perutnya, wajahnya pucat, dia bersandar didinding sambil memegangi perutnya yang terasa sangat mual.
Ryan kebingungan, diciumnya badannya dan diendusnya, "Wangi, tapi kenapa wanita itu muntah saat di dekatku", pikirnya.
lalu perlahan didekatinya Zerena.
Dia tersentak saat melihat wajah isterinya yang memucat sambil memegangi perutnya.
Diangkatnya tubuh sang isteri, lalu menidurkannya di kasur, dia lalu mencari sesuatu di laci yang bisa membantunya.
setelah mencari cari, dia menemukan minyak angin, dioleskannya minyak angin itu ke perut dan tengkuk sang isteri, lalu sedikit di pelipisnya.
Setelah dilihatnya isterinya agak tenang, dia segera memakai pakaiannya, lalu menelpon asisten pribadinya Juan, agar menghandle semua pekerjaannya, karena tidak ingin meninggalkan isterinya dalam keadaan seperti ini.
"Sayang, bagaimana apa sudah enakan?", tanyanya.
Zerena hanya mengangguk dalam keadaan mata terpejam.
Karena merasa sangat khawatir, Ryan lalu menggendong sang isteri dan membawanya ya turun,
"Pelayan...., pelayan....,
Suruh supir menyiapkan mobil, istriku sakit!", teriaknya.
Pelayan lalu berlari keluar memberitahu sang supir, dengan sigap supir membuka pintu mobil, saat Ryan keluar dari pintu utama.
menidurkan isteri berbantalkan pahanya. Setelah sampai di rumah sakit, digendongnya sang istri masuk ke dalam, "suster, suster, suster, tolong istri ku, suster dengan cepat membawa troly dan membaringkan Zerena di sana. Ryan ikut mendorong istrinya masuk ke dalam.
Pak, tolong tunggu disini biar dokter menangani istri anda, ucap suster dengan wajah takut takutnya, karena siapa yang tidak mengenal Ryan, CEO A_R Group yang terkenal bengis dan kejam dalam dunia bisnis, sikap dinginnya seperti memberi aura hitam di tempat itu.
"Baiklah, berikan yang terbaik untuk istriku"ucapnya
Dengan cepat suster itu masuk dan menutup pintu, sebelum ditelan mentah mentah oleh sang CEO tampan yang menakutkan.
Tak berapa lama dokter keluar, "pak Ryan, bisa ke ruangan saya sebentar?" kata sang dokter.
Ryan hanya mengangguk lalu mengikuti langkah dokter itu.
Dokter mempersilahkan Ryan untuk duduk, "Apa penyakit istri saya parah dok?
tolong berikan yang terbaik untuk dia, saya akan membayar berapapun biayanya"
ucapnya dengan raut wajah cemas.
baru kali ini Ryan memperlihatkan wajah seperti itu kepada orang lain, dia benar benar sangat mengkhawatirkan kondisi istrinya.
"Tenanglah pak Ryan, istri anda tidak apa apa", jawab dokter dengan senyum menenangkan.
Tapi tiba tiba Ryan menggebrak meja yang ada di depannya, dia berdiri lalu mencengkram kerah baju sang dokter,
"Istriku terbaring lemah dan kau bilang tidak apa-apa?, apa kau masih ingin bernapas, katakan?
Sang dokter menggigil ketakutan, hawa panas menyeruak dari raut wajah Ryan mengalahkan dinginnya AC.
"Pak, anda salah paham saya belum selesai bicara, tapi anda sudah memotongnya, tolong kepo lepaskan pak", ucap dokter tersengal-sengal karena kera bajunya yang ditarik Ryan. Ryan menghempaskannya membuat dokter itu terjatuh dari kursi kebesarannya.
Dokter itu bangkit lalu duduk tangannya gemetaran, dibukanya map besar yang ada di depannya,
dengan terbata bata dia kembali berbicara,
"Pak, ini hasil pemeriksaan istri bapak, istri bapak tidak sakit, tapi dia sedang hamil muda, usia kandungannya sudah memasuki usia 14 Minggu pak".
Sang dokter bernapas lega karena bisa mengucapkan semuanya tanpa rintangan apapun, dan berharap pria kejam yang ada di depannya segera pergi, sebelumnya dia yang akan pergi meninggalkan dunia ini.
hihihi...
Kata kata dokter membuat Ryan termangu, untuk sekejap dia kehilangan kesadaran, dia seperti sedang berada dalam dunia lain.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun dia keluar dan berlari menuju ruangan dimana istrinya dirawat.
Setelah membuka pintu, dilihatnya sang istri terbaring lemah dengan jarum infus menancap di lengannya, Ryan benar benar hancur melihat gadis kecilnya menderita seperti ini, ditutupnya pintu lalu mendekati tubuh kecil di depannya, dipeluknya Zerena sambil terisak menangis, menangis karena telah memberi penderitaan pada gadis kecil yang seharusnya menikmati masa remajanya, tapi harus menjadi istri dan melayani segala kebutuhan seorang pria dewasa.
Seharusnya sekarang di umurnya yang baru berjalan 18 tahun, dia sedang bahagia bersama teman temannya, tapi sekarang harus mengandung dan merasakan mual mual yang begitu menyiksa, Ryan benar benar merasa bersalah.
Perlahan Zerena menggeliat, merasa ada yang memeluknya membuatnya terbangun,setelah dokter menyuntik obat agar tidak mual, ia malah tertidur.
Dielusnya punggung suaminya, yang masih betah memeluknya sambil terisak,
"Kak..... kak Iyan kenapa?"
Ryan bangun lalu menghapus air matanya, dielusnya kepala sang istri yang tertutup jilbab instan.
"Maafkan kakak, gara gara kakak kamu jadi menderita dan tertekan, bukan maksud kakak membuat kamu kayak gini, kamu boleh menyalahkan kakak, kami boleh melakukan apapun yang kau mau sekarang, kalau kamu mau pulang ke Indonesia kakak terima, kakak telah, kakak tidak akan menghalangi semua keinginanmu".
Rena bingung, perlahan dia berusaha bangun, Ryan membantu sang istri dan memberi bantal di punggung Zerena.
"Kak Iyan, ada apa kok kakak ngomong gitu, ucapnya dengan mata berkaca kaca, apa Rena punya salah, kok Rena disuruh pulang, Rena udah bosan ya sama Rena?"
Rena menangis terisak isak, dia tidak menyangka Ryan tega mencampakkannya setelah dia memberikan segalanya.
"Sayang.....
bukan seperti itu, kakak merasa bersalah karena telah merebut masa remajamu, dan harus hamil dan sebentar lagi kamu menjadi seorang ibu, pasti akan semakin sulit untuk bermain bersama teman temanmu".
Mendengar kata kata suaminya mata Zerena membulat sempurna,
"Apa.....
Rena hamil kak, Rena mau punya bayi, sambil memegang perutnya. dia tersenyum sumringah, membayangkan memiliki bayi yang imut dan lucu.
"Kak...handphone Rena mana, Mama harus tahu kabar gembira ini"
ucapnya antusias.
Ryan tidak menyangka, yang ia takutkan ternyata berbanding terbalik dengan kenyataan ternyata Rena sangat bahagia dengan kehamilannya, dia benar benar bersyukur memiliki istri kecilnya.
"Sayang.....
hpnya ketinggalan di rumah, lagian sayang...
kalau kamu bilang sekarang pasti papa dan mama akan khawatir, biarkan ini menjadi kejutan saat kita pulang nanti"
"Memang kita akan pulang?", bukankah kita disini sampai tiga tahun?"
"Tidak, setelah aku merampungkan semua pekerjaanku kita pulang, aku bisa memantaunya dari jauh,dan setelah aku pikir-pikir, aku akan menyuruh Duo R kuliah disini nanti, agar mereka bisa belajar dan mengelola perusahaan dan pabrik pabrik termasuk perkebunan keluarga kita".
"Ide yang bagus kak, biar mereka bisa mandiri juga,"
ucap Zerena.
"Ya sudah kamu istirahat saja dulu",
sambung Ryan lalu mengecup kening istrinya.