Chereads / Suamiku Kakak sepupuku / Chapter 14 - Tiga belas

Chapter 14 - Tiga belas

Setelah memasukkan hasil pancingannya, Ryan bergegas membawa istrinya pulang karena hari sebentar lagi gelap,

"Assalamualaikum"ucap Zerena dan Ryan dari luar, mereka berjalan menuju ruang dimana seluruh keluarganya sedang duduk menunggu kedatangannya.

"Mbak belanjaan aku masukin aja ke kamar ya, nggak usah dimasukin ke lemari",ucap Zerena.

pelayan itu mengangguk paham, lalu berlalu ke kamar Zerena.

"Pa, ma....

tadi aku mancing dapat ikan banyak, bakar bakar dong sekalian buat acara perpisahan, besokkan aku udah harus berangkat" kata Ryan.

Mereka saling berpandangan mendengar perkataan anak anaknya, "jadi beneran Yan besok kamu akan ke Malaysia?, tanya mama serius.

"Iya ma, kan aku udah bilang Minggu lalu".

"Ya udah sekarang kita ke belakang, yuk anak anak bantuin mama siapin bahan bahannya ya!.

ucap mama Sinta menyela pembicaraan Ibu dan anak itu.

"ok ma" ucap mereka serempak.

"Ma Rena mandi ya, nanti Rena nyusul soalnya gerah banget ini" kata Rena pada mama Sinta.

"iya sayang, kamu dan suami kamu mandi aja dulu, setelah itu baru nyusul ke belakang",

kata Mama Sinta mengelus rambut putri sulungnya itu, sambil berlalu ke belakang.

Rezky dan Raka mengambil alih plastik yang berisi ikan dari tangan Ryan, mereka menggotongnya bersama.

Ryan kemudian menyusul istrinya ke kamar untuk membersihkan tubuhnya, dari keringat yang menempel di badannya, dia mendengar gemercik air dari kamar mandi, menandakan kalau sang istri sedang mandi.

Ia duduk di sofa sambil menunggu istrinya selesai, tak lama kemudian sang istri keluar dari kamar mandi, dengan pakaian yang sudah lengkap.

"Kamu turun duluan aja, nanti aku nyusul", ucap Ryan sambil berlalu masuk ke kamar mandi.

Rena memoles make up tipis tipis, lalu mengeringkan rambutnya sebentar, lalu turun menyusul orang tua adik adiknya ke belakang taman.

Disana nampak Bapak bapak dan ibu ibu sedang sibuk, si bapak membersihkan ikan tangkapan Ryan, sedangkan ibu ibu sibuk ngulek bumbu untuk ikan bakarnya.

Sementara ketiga serangkai sibuk membuat api untuk membakar ikan, Serena tersenyum melihat keluarganya berkumpul seperti itu, sudah lama dia tidak pernah merasakan bisa bersenang senang bersama orang tuanya,adik adik, dan Om tantenya yang kini telah menjadi mertuanya.

"Hai pa ma, udah beres belom, Rena bantuin?",

nggak usah sayang kamu duduk aja dulu di bangku sana, pasti kamu capek kan. seharian diajak mancing oleh si es balok itu", ucap mama Vera.

Hmhmhm...

terdengar suara dari arah belakang, ternyata pemilik Sura tidak lain tidak bukan, adalah si pria es balok, mata elangnya menatap tajam ke arah sang mama,

"siapa yang es balok ma?"

tanyanya kepada sang Ibunda tercinta, hihihi....

"Ehhhh sayang, sudah dateng, ini sayang mama Sinta nyariin es balok untuk dilumurin ke ikannya, ya kan Sin?"

"Lho Ver kok malah aku", gerutu mama Sinta merasa dilempar ke dalam kubangan lumpur, hehehe.....

Mama Vera menyikut sang besan agar mau bersekutu dengannya.

Tapi belum sempat menjawab Ryan kembali berkata "ngapain cari es balok ma, kan ada kulkas?, tinggal dimasukin ke Freezer kan beres.

Semua yang ada disitu tak bisa menahan tawa, tawa mereka meledak membuat si es balok jadi bingung.

"Apaan sih kenapa pada ketawa?"

lanjutnya memperhatikan orang orang yang belum berhenti tertawa.

"Enggak kok sayang, ya udah kamu bantuin papa disana", mama Sinta berusaha menenangkan menantunya agar tidak tersinggung dengan ucapan mama Vera.

Ryan bergegas mendekati papa papa keren yang sedang membersihkan ikan ikan tangkapannya, "Udah beres kan pa?" tanyanya pada sang papa.

"Udah beres boy", ujar sang papa mertua tersenyum kepada menantunya yang tampan itu.

"Ya udah...

sini Ryan yang bawa ke sana", ucapnya sambil menunjuk ke arah tempat pembakaran yang sudah disiapkan Sisil, Rezky dan Raka.

"Sil, kamu temani kak Rena disana, biar

kakak sama jagoan jagoan kakak yang bakar ikannya"

sambil menatap istrinya yang sedang merapikan meja dan peralatan makan lainnya.

"ok kak", Sisil kemudian pergi ke tempat dimana Zerena sedang bekerja, sedang Rezky dan Raka tampak kikuk berada di dekat Ryan, bukan karena apanya, selama ini Ryan memang sangat dingin bahkan terbilang acuh pada adik adik sepupunya, membuat mereka menganggap kalau Ryan adalah sosok yang menakutkan.

Ryan berusaha berinteraksi dengan keduanya, berusaha mengambil hati adik adiknya itu, hanya perlu beberapa menit saja, anak anak itu sudah bisa akrab dengan sang kakak sepupu alias kakak ipar.

ikan pun satu persatu dibakar, dan akhirnya selesai juga, Ryan dan sekutu sekutunya membawa ikan bakar tersebut ke meja yang telah disiapkan para pelayan. Ikan siap disantap dengan berbagai varian sambel, mulai dari sambel pecel, lalu sambel goreng, sambel kemangi, sambel kecap, lalu sambel dabu dabu ala Sisil.

Tak lupa nasi panas, yang selalu menemani sang ikan di manapun berada hihihi...

mereka berkumpul menyantap ikan bakar, sungguh teramat menggugah selera, benar benar nikmat, sampai sampai mereka saling berebut satu sama lain, sambil bercanda ria.

Tak terasa waktu terus berlalu, malam semakin larut, acara makan makan keluarga akhirnya selesai juga.

"Ma, kita pamit masuk duluan udah ngantuk", kata Sisil pada orang tuanya, mewakili adik adiknya yang lain.

"Ya udah tidur sana sayang yahh, besok sekolah kan??", jawab sang mama.

mereka bertiga melangkah pergi meninggalkan tempat itu menyisakan Ryan dan Zerena.

"Yan, kalian jadi besok ke Malaysia?, tanya papa Roy,

"iya pa, besok pagi pagi Ryan berangkat, soalnya penerbangannya jam 7.30.

"Lalu Zerena?"

tanya mama Sinta.

melirik kearah sang putri yang lebih banyak diamnya daripada bicaranya,

Zerena menarik napas panjang, ia menatap kedua orang tua dan mertuanya, ia berusaha kuat dihadapan orang tuanya.

"Zerena akan ikut kak Ryan pa, ma...."

ucapnya, keempat orang tua itu diam, sambil menatap kedua anaknya bergantian.

Semuanya terdiam, bagaimanapun juga mereka belum bisa nyingkirin kekhawatiran mereka, mengingat mereka tahu bagaimana hubungan kedua anaknya seperti apa.

Dinginnya sikap Ryan, dan Zerena yang lebih banyak diamnya daripada bicara membuat mereka enggan mengijinkan Ryan membawa istrinya ikut bersamanya.

"Tapi apa kamu yakin Yan mau membawa istrimu kesana, disana jauh lho yan", kata Mama Vera kelihatannya mencemaskan menantunya .

"Makanya aku mau bawa Zerena ma, karena nggak mau dia jauh dari aku", jawab Ryan.

Zerena sampai melotot dibuatnya, bisa bisanya pria es balok itu, mengatakan hal memalukan seperti itu .

Papa Andre dan papa Roy tersenyum mendengar ucapan Ryan, itu sudah cukup mewakili semua alasan Ryan ingin membawa istrinya.

"Sudah dong ma, biarin aja Ryan membawa istrinya, kita cukup mendoakan anak anak kita, agar lebih baik lagi dari sebelumnya",

ujar papa Roy akhirnya.

"Ya udah kalian istirahat, besok pagi pagi kalian berangkat kan?"

merekapun, bergegas masuk ke rumah dan dan pergi ke kamar masing masing untuk beristirahat.