Chereads / Suamiku Kakak sepupuku / Chapter 17 - Enam belas

Chapter 17 - Enam belas

setiap jam 5.00 ryan ke kamar Zerena, membangunkan gadis kecil itu, menyuruhnya mandi, walaupun air mandinya sudah ia atur suhunya.

Lalu ia mengajari adiknya memakai Lotion, bedak tabur, dan lain lain, lalu mengajarinya memakai pakaian sendiri.

Hanya mandi dan make up ala Ryan, dan memakai pakaian, membutuhkan waktu satu jam untuk mengajarinya. hehehe....

kebayang nggak kesalnya pria es balok itu.

lalu Ryan mencontohkan cara membersihkan tempat tidur, lalu menyuruh Zerena mempraktekkan ilmu yang diajarinya.

uupppss itu ilmu apaan kisanak.....

Ryan telah mempersiapkan semuanya dari awal, sapu lidi ukuran kecil yang pas di tangan mungil Zerena,

"Cyelecyai" ucapnya berusaha turun dari tempat tidurnya.

Sekarang pelajaran selanjutnya, Ryan bertanya, " hari Zerena mau makan apa?"

Zerena memutar bola mata hitam pekatnya lalu berkata,"Lena mau Lotina dibalal teluss pake coccelat.

Ryan berpikir sejenak mencerna ucapan Zerena, nampak para pelayan tersenyum melihat kelakuan tuan muda dan nona mudanya.

"Kamu mau makan roti bakar pake coklat?"

tanyanya memastikan.

Rena mengangguk, karena menurut pelajaran yang dia dapat, kalau seseorang mengajak berbicara, kalau bisa menggunakan bahasa tubuh, cukup itu saja, tidak usah berbicara panjang lebar menghabiskan energi.

siapa lagi gurunya kalau bukan pria kecil es balok itu.

Ryan lalu menarik kursi, dan mengangkat adiknya, agar memperhatikan dirinya, memasukkan roti tawar ke dalam pemanggangan. beberapa menit kemudian roti pun matang, diambilnya piring dan menaruhnya disana, selanjutnya kini giliran Zerena, diajarinya dengan telaten cara caranya.

Dua piring roti telah selesai di panggang.

Ryan mengajak Zerena ke meja makan, mengangkatnya kembali ke meja makan, lalu pelajaran berikutnya mengoles roti dengan selai cokelat.

Zerena begitu memperhatikan semua yang dilakukan Ryan, lalu gilirannya, walaupun belepotan tapi akhirnya selesai juga.

Zerena tersenyum puas, walaupun melelahkan

"Lena makan boyehhhh????"

ucapnya sambil menggerak gerakkan bola mata hitamnya lucu.

"Ya udah ayo makan" lalu Ryan beranjak mengambil es teh manis di kulkas yang ia siapkan sebelumnya.

ia belum mengajari Zerena ke tahap membuat minuman, cukup makanan saja dulu sampai ia mahir.

Itupun cuma makanan ala kadarnya, tapi setidaknya dia sudah bisa membuat makanan sendiri, dan tidak akan kelaparan saat tak ada orang di rumah.

Zerena bertepuk tangan senang sat Ryan membagikannya satu gelas panjang berisi es teh manis, sambil menggigit roti bakarnya, sesekali mulutnya menyeruput es tehnya.

Tiga bulan telah berlalu, Zerena digembleng oleh Ryan menjadi gadis kecil yang manis tapi pendiam, di sekolahnya dia tidak banyak bicara, berbicara hanya jika ditanya saja oleh gurunya, dan jika teman temannya ada yang mengajaknya ngobrol dia hanya akan mengangguk atau menggeleng.

Gurunya jadi heran, gadis kecil yang cerewet dan menggemaskan berubah pendiam.

gurunya pernah memanggilnya dan bertanya langsung kepadanya

"Zerena.....

Kok Zerena selalu diam jarang bicara, apa Zerena sakit sayang?, atau Zerena ditakutin sama temennya Zerena".

tanya gurunya saat itu.

Zerena hanya menggeleng lalu berkata

"Anda' Bu, Lena anda' apa apa, Lena cumannya mau jadinya gadyius elejang"

cerocosnya

Gurunya sampai melongo dibuatnya, sejak kapan gadis umur 5 tahun, ingin menjadi gadis yang elegan, guru itu memijit pelipisnya melihat tingkah anak didiknya, yang telah tercuci otak sucinya, siapa lagi pelakunya kalau bukan pria es balok.

"Sayang...

elegan itu bukan mogok ngomong nak, tapi elegan itu harus cantik, bersih dan selalu tampil rapi", ucapnya sambil membelai pipi gembul Zeren.

"Jadina elejang ntu, Lena halus cantik, belsyiihhh, uga lapiiii ya Bu gulu?"

bola matanya membulat sempurna, sepertinya dia harus menambahkan Lis nya selanjutnya, harus cantik, bersih dan rapi.

sambil manggut manggut, dia tersenyum senyum sendiri.

"iya sayang" jawab gurunya.

kalo gitcu Lena Puyang dulu ya Bu guyu, da da da", Rena lalu berlari lari kecil keluar dari ruang guru. menuju mobil jemputan yang dari tadi setia menunggu.

Rena bergegas turun dari mobil berlari masuk ke dalam rumah, dilihatnya Kakek dan neneknya sedang bersiap siap, assyalamu likum kek nek, ucapnya lalu mencium kedua tangan orang tua itu, "Waalaikumsalam sayang,udah pulang sayang"

jawab sang nenek.

"Nenek mau pelgi?"

tanyanya kemudian.

"iya sayang, tapi kali ini Ryan sama Zerena boleh ikut, kita akan pergi ke perkebunan sawit di perkampungan.

-?

"Pelayan tolong ganti pakaian Rena, dan lupa ambilkan beberapa lembar pakaiannya, soalnya mungkin disana saya agak lama, 1 Minggu kira kira"

perintah sang nenek pada pelayan.

"Anda'....

Lena ganti bajuna Syendili aja, ibu angan tintip tintip badanna Lena, Lena nda Syuukaaaa....."

teriak Zerena sambil berlari ke kamarnya.

Kakek dan nenek saling berpandangan mendengar ucapan sang cucu cadel, bisa bisanya dia mengira badannya akan diintip, sang pelayan sampai melongo terheran heran.

"Tuan, nyonya.....

tiga bulan terakhir ini nona memang seperti itu sikapnya, dia sekarang sangat mandiri, dia maunya mandi sendiri, pake baju sendiri, bersihin tempat tidur sendiri, bahkan bikin sarapan sendiri" Lapor sang pelayan.

Mereka makin terkejut mendengar laporan sang pelayan, apa yang merasuki cucunya sampai kelakuannya berbalik 160°.

"Ya sudah, kalian bisa kembali bekerja" ucap mereka.

"kakek, nenek,Ryan udah siap", terlihat sang pria kecil berjalan dengan gaya coolnya.

sambil menenteng ransel pakaiannya.

Sang nenek tersenyum melihat cucu laki lakinya itu.tak berapa lama sang gadis kecil pun menyusul turun, berusaha mengangkat ransel pink yang dibawanya, karena badannya yang kecil tak mampu membawa beban hidupnya itu.

ehhhh bawaannya itu.

"Ayo sayang" ucap sang nenek mengambil tas tersebut dari tangan sang cucu, dan menggandeng tangan mungilnya menuju mobil dimana kakek dan Ryan yang tengah menunggu mereka.

"Ayo semuanya naik,kita liburan ke perkebunan".

OK....sambut mereka kompak.

jangan ditanya lagi tentang Zerena saat bersama kakek dan neneknya, mode diamnya tiba tiba hilang, dia akan sangat cerewet, dan bertingkah menggemaskan.

sepanjang perjalanan dia tak henti hentinya terus bernyanyi, walau lagunya kadang tak nyambung, tapi suka suka dia saja, kalau ada yang tidak suka boleh memasang headset di telinganya, seperti yang dilakukan Ryan sekarang.

Saat mobil mulai memasuki daerah perkampungan mobil tidak bisa berjalan cepat, karena walaupun beraspal, tapi pengendara harus hati hati, karena kalau berpapasan dengan pengendara lain kita harus pelan, agar mobil tidak bergesekan.

perlahan suara sang penyanyi mulai mengecil, matanya pekatnya pun mulai meredup, perlahan ia mulai tertidur dan menyandarkan tubuhnya ke pria es balok disampingnya.

Mobil terus berjalan menyusuri perkampungan perkampungan warga, sudah beberapa kampung mereka lalui tapi tempat dituju belum juga nampak.

sampai pada suatu ketika sebuah mobil pickup berjalan dengan sangat kencang di jalan sempit itu, walaupun sopir sang kakek sudah membunyikan klaksonnya sekencang mungkin tapi supir pickup itu tidak bisa mengendalikan mobilnya.

Suara dentuman sangat keras saat pickup menabrak mobil kakek, mobil kakek ambruk, remuk di tengah jalan, sedangkan pickup itu melaju dengan kencang dan menabrak pohon pohon sawit perkebunan warga.

Para pekerja di perkebunan itu berlari mengerumuni mencari tahu siapa pemilik mobil mewah tersebut, ternyata dia adalah juragan pemilik perkebunan sawit terbesar di wilayah ini.

tiga orang meninggal, tapi kedua anak ini masih hidup, Zerena masih mendengar hiruk pikuk suara warga yang datang ke lokasi kejadian, matanya begitu berat untuk dibuka, sampai ia tidak mendengar dan merasakan apa apa lagi.