Aca melirik jam di dinding kamarnya, ternyata sudah menunjukkan pukul delapan malam dan belum ada tanda-tanda Devan mengantarkan Raya pulang ke kontrakan. Gadis itu tak nyaman hanya menunggu di kamarnya, dia pun hanya mondar-mandir di depan pintu kontrakan.
Dari kejauhan terlihat Nadia yang baru pulang. "Hei, Ca. Kenapa kamu di luar? Sedang menunggu siapa sih? Pacar kamu?"
Aca kikuk, bingung harus menjawab apa. "Hm, sedang suntuk saja di kamar, Kak."
"Ish, kenapa malu-malu begitu. Pasti kamu punya pacar ya? Ya Tuhan, aku iri sekali. Bahkan gadis seusiamu sudah sukses mendapatkan pacar, sedangkan aku yang hampir kepala tiga pun belum pernah merasakan rasanya jatuh cinta atau pun dicintai," keluh Nadia sungguh melas. "Sudah, tunggu saja di dalam. Di luar terlalu berbahaya. Banyak anak gelandangan yang lewat di sini. Yuk, kita nonton lagi." Nadia menarik lengan Aca santai.
