Chereads / In the Name of Aurora / Chapter 2 - Megan

Chapter 2 - Megan

Novelku yang kesekian kali yang kubiarkan terlantar. sorry guys...

just happy reading! :)

Ting

Pintu lift terbuka dan Ronan dapat melihat jelas Megan menyambutnya. Ronan keluar dari lift dan berjalan menuju kamarnya, Megan hampir meraih lengan Ronan ketika Mark menyela. Mark berdiri di hadapan Megan.

"Minggir!" kata Megan dengan pandangan tidak suka.

"Maaf nona, tapi sebentar lagi Pak Ronan harus bersiap untuk melakukan meeting online di kamarnya. Beliau tidak bisa menemui anda sekarang." Mark memberi alasan. Megan mencoba melewatinya kembali tapi Mark lebih sigap. Punggung Ronan sudah tidak terlihat lagi.

Megan menghela napas kemudian melihat Mark kembali.

"Aku hanya ingin berbicara dengannya, biarkan aku menemuinya."

"Saya minta maaf." kata Mark sopan.

Megan mengangkat kedua tangannya, "Aku akan menandaimu," katanya setengah berbisik kemudian berbalik meninggalkan Mark. Mark melihat Megan yang menjauh dari tempat itu. Ia memperbaiki kacamatanya dan menghembuskan napas lega.

Mark menuju ruang kamar Ronan. Disana ia melihat bosnya keluar dari kamar mandi dengan tangan kanan mengeringkan rambutnya yang basah.

"Jangan sampai dia menginjakkan kaki di lantai ini lagi!" perintah Ronan dengan nada dingin. Mark menganggukkan kepala.

"Saya minta maaf,"

"Kau boleh pergi!"

*

Megan mengalah kemarin malam karena ia melihat Ronan dalam suasana hati yang buruk kemarin malam. Dan ia menahan diri pagi ini karena ia harus menjalani kewajibannya sebagai seorang model. Meskipun ia dapat melihat mangsanya berdiri beberapa Langkah darinya. Yang bisa ia lakukan hanya mengintainya dari jauh. Megan tidak ingin menakutinya terlalu dini.

"Megan, giliranmu," salah satu kru mendekatinya. Megan menoleh ke asal suara dan tersenyum. Ia mengikuti kru itu menuju tepian pantai dan memulai pemotretan dengan team yang lain. Disana ia dipasangkan dengan seorang model pria.

Megan merangkul leher pria itu dengan kedua tangannya sementara sang model merengkuh pinggang ramping lawan mainnya sesuai dengan intruksi, selanjutnya pasangan itu saling berpandangan dan pria yang memegang kamera langsung menembakkan jepretan – jepretan mautnya seirama dengan kedua model yang menari dalam alunan pose yang memukau di antara terpaan angin kencang dan aroma laut di pagi hari.

Model pria mendekatkan bibirnya ditelinga Megan sembari berbisik lembut, "Kamu meninggalkanku semalam? Kemana kau pergi?"

Megan tersenyum tipis

"Hanya mencari angin, aku merasa bosan berada di kamar." Jawab Megan dengan nada yang lembut juga.

"Kamu bisa memintaku menemanimu,"

Megan menggeleng pelan, "aku tidak ingin merepotkanmu."

"BAGUSSS…GANTI GAYA!!!"

Kedua model itu menoleh ke arah kameramen yang berteriak, kemudian meng-adjust pose mereka.

Model pria melihat ke arah Ronan, Mark dan produser pelaksana yang berada di gazebo beberapa meter dari mereka, perlahan ia melihat Megan

"Kau menemui Ronan?" pria itu bertanya. Megan mengangkat kepalanya, tatapan mereka bertemu.

Megan POV

Aku memiliki rahasia. Megan bukanlah nama asliku. Orang-orang mulai memanggilku Megan sejak tiga tahun yang lalu Ketika aku mulai menginjakkan kaki di kota Biru. Kota di mana aku mengetahui bahwa ada perusahaan hiburan raksasa bernama Fairytale. Dimana aku mengetahui ada pria yang sangat tampan Bernama Ronan Zereen. Wajahnya bagaikan sesosok dewa yang terperangkap di dunia fana. Dia memiliki figure yang sempurna layaknya seorang model, tapi dia bukan model melainkan pimpinan tertinggi Fairytale company.

Aku begitu terpukau saat pertama kali melihatnya dari kejauhan sambal bertanya dalam hati, apakah pria setampan itu benar-benar ada? Pria yang bisa membuat jantungku Kembali berdetak kencang yang kukira tidak akan pernah bisa kualami lagi.

Namun euforia itu segera kutepis dan kuganti dengan ambisi yang lebih nyata. Aku harus berada di titik dimana aku bisa menjangkau pria itu, karena dia adalah kesempatan terakhir untukku agar tetap hidup. Jika aku tidak berada di dekatnya mungkin aku bisa mati. Tidak peduli dengan cara apa, aku harus tetap berada di dekatnya.

General POV

Ronan mengalihkan pandangan ke arah pantai dimana para kru melakukan pemotretan. Disana juga ada Megan Bersama model kelas tiga sedang menjalankan perannya. Tanpa sadar ia melihat ke arah tangan pria yang memeluk pinggang Megan, keningnya berkerut.

"Apa tema pemotretan kali ini?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari pantai.

"Honeymoon," produser pelaksana menjawab.

"Kenapa?" tanyanya sekali lagi.

"Maaf?" produser pelaksana kebingungan, butuh waktu beberapa detik untuknya mencerna apa yang ingin Ronan ketahui, "ooooohh…itu permintaan dari klien, dia ingin konsep yang sedikit berbeda dari tahun-tahun lalu dan kita punya Megan…ugh, Wanita ular itu sangat cocok dengan pantai dan boooom, honeymoon. Kita punya model pria yang hot juga."

Ya. Julukan wanita ular memang sudah melekat pada diri Megan. Sudah menjadi rahasia umum dan Wanita itu bersikap masa bodoh dengan hal itu. Orang perusahaan juga tidak peduli asalkan Megan bisa diajak kerja sama. Kerja sama. Bukan berarti mereka akan berteman dengan Megan.

"Kamu tidak menemuiku?" Megan sampai di gazebo tepat setelah produser pelaksana selesai menjelaskan konsep pemotretan. Rambut panjangnya terurai basah dan syal besar membalut hampir sebagian besar tubuhnya. Ronan yakin salah satu bulu mata palsunya sudah hilang entah kemana.

Terlihat imut. Tunggu…siapa yang mengatakan itu?

"Aku bisa memaklumimu semalam karena kulihat kamu sangat kelelahan, tapi tadi, kau bahkan tidak menyapaku. Aku melakukan semuanya untukmu dan lihat, kau tidak tahu bagaimana membalas kebaikanku?" Megan semakin mendekat, ia memainkan kancing kemeja biru milik Ronan. Mata mereka bertemu. "Aku merindukanmu," ucap Megan setengah berbisik.

Produser dan Mark menelan ludah dan mencoba untuk tidak terlihat sebisa mungkin.

"Hey Mark!" Megan beralih menyapa Mark membuat pria berkacamata itu meloncat kaget.

"Hey," Mark membalas sapaannya selirih mungkin.

"Pergilah ganti baju, kau bisa sakit." Kata Ronan setengah hati. Sejujurnya ia hanya tidak ingin berlama-lama dengan Megan. Gadis itu membuat seluruh tubuhnya menjadi gatal.

"okie…" katanya sambal membuat lingkaran kecil dengan telunjuk dan ibu jarinya.

Produser dan Mark terkesiap. Di mata mereka Megan sangatlah imut. Imut dan berbahaya, lihatlah rambutnya yang basah dan wajahnya yang pucat kedinginan. Namun Ronan hanya memutar kedua bola matanya.

Megan memutar tubuhnya dan mula berjalan namun tiba-tiba ia tersandung gundukan pasir dan hampir terjatuh.

(maaf kalo klise hihi…)

Thanks to refleks-nya Ronan yang berhasil menangkap tubuh Megan agar tidak terjatuh di pasir. Megan dan Ronan saling bertatapan.

Wanita ular ini…ckck. Semua yang ada di tempat itu sudah tahu ini semua hanya trik. Tapi tidak ada yang bisa membiarkan model mereka jatuh begitu saja di pasir bukan.

"Thank you," katanya manis. Perlahan Ronan membantu Megan berdiri di kakinya sendiri.

"Aku ingin mentraktirmu makan malam,"

"Aku tidak bisa,"

"Oh ayolah…kita sudah lama tidak makan malam."

"Mark."

Semua pandangan beralih melihat Mark,

"ehem…." Mark bersiap dengan speech nya. "pukul satu, Pak Ronan akan bertemu dengan pemilik resort untuk melanjutkan Kerjasama dan membutuhkan waktu hingga dua jam empat puluh lima menit hingga kontrak selesai di baca dan ditandatangani. Pukul tiga beliau akan menandatangani berkas yang harus selesai hari ini dan bertemu denganklien Kembali di sela-sela waktu makan malam. Kita sudah membuat janji. Pukul sebelas beliau harus tidur untuk alasan Kesehatan. Anda tidak ingin beliau sakit bukan?"

"So, kita bisa bertemu pukul sepuluh atau sepuluh lima belas atau bahkan sepuluh tiga puluh? Aku ingin ngobrol sama kamuu…" kata Megan manja.

"Kau tahu berkas-berkas itu harus selesai hari ini."

"See…Ronan. Aku benci pantai, aku basah kuyup, aku tidak protes Ketika para kru menyuruhku ini itu, aku model nomor satu di perusahaan, Brand ambassador, tapi aku tidak mengatakan apa-apa. Aku hanya ingin sedikit waktu kamu."

"Aku nggak bisa." Ronan tetap kekeh. Kapan pembicaraan ini berakhir?

"Sepuluh empat lima."

"Apa?"

"Aku memberimu kesempatan terakhir. Kita akan bertemu nanti…"

"Megan…"

Megan menggeleng manja. "sepuluh empat lima, take it or leave it. Aku serius. Atau aku tidak akan membiarkan pemotretan besok berjalan lancar."

"Kau serius mengancamku dengan itu?" suara Ronan berubah dingin. Mereka saling bertatapan. Tapi jelas tatapan Ronan tidak seramah sebelumnya.

Megan mengangkat bahu,

"Take it or leave it." dengan itu Megan pergi meninggalkan gazebo dan kembali menuju tepian pantai. Oh..pemotretan hari ini belum selesai.

care to share your thought?