Chereads / In the Name of Aurora / Chapter 7 - Take a Turn

Chapter 7 - Take a Turn

Seberapapun aku berusaha. aku tidak bisa membiarkan Megan mengejar Ronan.

Please forgive me...

:(

Pang.

Ronan merasakan sebuah palu besar menghantam kepalanya. Hal pertama yang ia rasakan ketika membuka mata. Setelah sekian lama ia tidak ke club malam, hari itu ia memutuskan untuk bersantai. Tiga hari penuh ia berperang di ruang sidang tanpa melihat cahaya matahari. Malam dimana ia ingin terbebas dari masalah, tapi ia malah melihat Megan berada di club yang sama dengan dirinya. Oh ya, hari ini pemotretan di kota Venus sudah berakhir.

Tapi, siapa pria yang duduk bersama Megan? Korban baru huh? Mendadak Ronan menjadi kesal.

"Apa yang terjadi setelah itu?" Ronan berbicara sendiri. Ia tidak mengingat apa yang ia lakukan setelahnya dan bagaimana ia bisa berada di kamarnya pagi ini.

*

Rega membuka kedua matanya. Ia mendengar kegaduhan dari dapur apartement dan mencium semerbak aroma nasi goreng kesukaannya.

"Udang," Rega tersenyum. Ia melompat dari tempat tidurnya dan bergegas menuju dapur. Senyumnya bertambah lebar ketika melihat wajah Megan yang segar, tidak tampak seperti orang yang habis mabuk semalam. Tapi...

"Semalam..."

Megan mengangkat wajahnya melihat Rega,

"Apa yang terjadi semalam? Aku tidak melakukan hal mengerikan bukan? Agh, kepalaku sangat sakit ketika bangun tapi aku langsung mandi jadi..."

Rega hanya melihat Megan yang berbicara dengan ekspresi datar. Ia tidak menyela. Ia hanya diam. Seberapa banyak wanita itu minum, Meghan... Tidak pernah ~black out~

"Megan..."

"Hum?"

Rega tersenyum lebar

"Aku lapar."

Meghan tersenyum

"Aku tahu, "

***

Ronan, Mark dan Clarissa berjalan bersama menuju lift, setengah jam yang lalu Ronan dan Clarissa baru saja menyelesaikan wawancara dengan beberapa wartawan di lobi bawah tentang kasus yang mereka menangkan. Sekarang Ronan berjalan ke lantai atas. Ada rapat besar yang akan diadakan beberapa menit yang akan datang. Dari arah yang berlawanan Meghan dan Raisa menuju lift yang sama.

Mereka saling bertatapan, Raisa sedikit menundukkan kepalanya dihadapan Ronan sebagai tanda penghormatan, sementara Ronan mengalihkan pandangan pada Meghan. Ia hampir bersuara ketika Meghan ikut menundukkan kepalanya. Ronan mengernyitkan keningnya.

Raisa melihat arah pandang Ronan.

"Aku mengawasinya,"

"Hah?" Ronan melihat Raisa. Entah kenapa ia kehilangan ~cool~nya pagi ini. Mungkin akibat mabuk semalam. Sial, ia merasa sudah melupakan sesuatu tapi tidak bisa mengingatnya. (Kadang sering terjadi lol...)

.

.

Raisa berjalan memutari meja kerjanya dan berhadapan dengan Megan yang berdiri tegap tanpa bergerak sedikitpun. Ia melihat model papan atas itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Lima tahun huh? Aku meremehkanmu. Kau bertahan sejauh ini. Kenapa berubah pikiran sekarang?"

"Waktuku sudah habis."

Raisa melihat ke dalam mata Megan.

"Kau tahu kenapa aku tidak menyukaimu? Aku sangat heran kenapa kau bisa terpilih menjadi BA Fairytale, aku tahu kau bukan pilihan yang tepat tapi kau memenangkannya."

"Apa kita akan terus membahas masa lalu?"

"Iya aku ingin membahasnya." Suara Raisa meninggi, "Karna...dan sekarang... Kamu tahu..." Raisa tidak bisa melanjutkan perkataannya. Ia terlalu kesal.

"Aku tahu kamu tidak menyukaiku dan tidak ingin bekerjasama denganku. Tapi aku ingin bekerjasama denganmu."

Raisa melihat berkas di mejanya dengan posisi masih berdiri.

"Ronan menyuruhmu menemuiku? Dia tahu aku tidak akan merubah pikiranku. Jadi jangan berharap kamu bisa ikut andil dangan pemilihan Brand Ambassador tahun ini."

Mereka terdiam dalam waktu yang cukup lama. Hanya keheningan diantara mereka.

"Aku memiliki penawaran."

.

.

Ting

Pintu lift terbuka

Kelima orang itu melihat ke dalam lift.

'Aku akan mengawasinya' suara Raisa kembali bergema ditelinga Ronan. Ia bingung. Apa maksudnya?

"Jadi Nona Megan akan menjadi asisten mu selama pemilihan BA Fairytale tahun ini? Benar-benar menakjubkan. Kau yakin kamu tidak salah dengar?" Ben mulai nyerocos. Kebetulan ia berdiri di samping Raisa.

Dan mereka berlima ada di dalam lift yang sedang berjalan.

Dan Ronan tidak tahu kapan ia memasuki lift ini. Disampingnya berdiri Megan yang sedari tadi diam saja, tidak mencoba membuat pergerakan untuk mendekatinya. ~she is freaking beside him and doesn't make a move on him?????~ (ada yang tahu bahasa Inggris? Bisa tolong dikoreksi  )

Dia sudah turn pesawat sejak seminggu yang lalu dan baru sekarang mengalami jet lag. Kenapa sikap diam Megan membuatnya tidak tenang.

"Dia berada dibelakangmu, kau bisa tanyakan langsung!" Kata Raisa acuh tak acuh. Ben langsung menengok ke belakangnya dan mendapati Megan menatapnya tanpa ekspresi. Ben menelan ludah dan kembali melihat ke depan. Raisa geleng-geleng kepala.

"Kau masih takut dengannya?"

Ben Mencondongkan kepalanya ke arah Raisa dan mulai berbisik,

"Beberapa hari yang lalu dia membuat Tuan Ronan mengatakan kata cinta dan pernikahan. Aku tidak tahu seberapa jauh lagi kemampuannya,"

Secepat kilat Raisa menoleh ke arah Ben. Ben mengangguk yakin.

"Ben hentikan omong kosongnya, aku bisa mendengarmu." Kata Ronan. Ben menunduk. Megan melihat ke arah Ronan, merasa aneh karena ia juga mendengar apa yang Ben bisikkan. Kapan kejadian itu?

.

.

"Aku harus mengatakannya huh…"

Megan menutup kedua matanya…

"Jangan…"

.

.

Suara itu menggema ditelinga Megan. Wajahnya memucat. Kenapa ia mengingat hal itu sekarang? Tanpa sadar ia mengepalkan kedua telapak tangannya. Ia tidak merasakan kuku-kukunya yang panjang menusuk kulitnya.

Ronan melihat keringat dingin menetes di sudut kening Megan, ia melihat sekitar. Apa pendingin liftnya mati?

"Kau tidak pa-pa?" Tanya Ronan spontan.

Brakkkkkk. Semua yang berada di lift spontan melihat Megan yang menabrakkan punggungnya pada dinding lift. Yang lebih mengejutkan lagi dengan sebelah tangan Ronan yang terjulur disisi bahu Megan.

Ronan tidak kalah shock~nya dengan ketiga orang yang lain.

"Kamu tidak pa-pa?" tanya Ben yang terlebih dahulu bangun dari rasa keterkejutan nya. Dengan innocent nya ia membantu Megan untuk kembali berdiri tegak, tangannya masih memegang kedua bahu Megan. "Kamu pasti terkejut saat lift tiba-tiba berhenti. Dua hari ini memang seperti ini, setelah petugas memeriksanya lift akan normal kembali.."

"Mark!!" suara lantang Ronan membuat Ben melepaskan kedua tangannya dari Megan. "Selesaikan masalah lift secepatnya."

"Baik, Tuan!" Jawab Mark.

Ting

Pintu lift terbuka

Ekspresi Ronan berubah dingin. Ia menurunkan lengannya dan keluar dari lift diikuti Mark. Tak lama Ben menyusul kemudian Raisa dan Megan.

Mereka memasuki ruang rapat besar. Beberapa orang sudah mengisi sebagian besar kursi ruangan. Terdengar bisik bisik mereka saling mengobrol. Raisa mengambil salah satu tempat duduk dan Megan duduk di sampingnya.

Mark dan Ben segera mengambil posisi dan ruangan seketika hening saat Ronan mengambil alih podium. Semua pandangan tertuju kepadanya dan Ronan membalas pandangan itu satu persatu.

"Pemilihan Brand Ambassador Fairytale tahun lalu berjalan dengan sukses dengan Megan Magdala sebagai wajah dari perusahaan kita. Kita mendapat apresiasi dari banyak pihak tapi aku yakin masih banyak yang perlu dibenahi dari sistem pelaksanaan kita. Menjadi panitia kita tidak mendapatkan perhatian khusus. Apapun kontribusi yang diberikan, kalian tidak akan mendapatkan kepopuleran." Pandangan mata Ronan menatap tajam ke arah Megan. "Jadi apapun alasan kalian ikut dalam kepanitiaan kalian tidak akan mendapat perlakuan khusus."

Hening.

.

.

Rega terus menenggak alkohol dihadapannya. Ia membiarkan seorang wanita menyentuhnya sesuka hati. Ia tidak memperdulikan wanita itu. Matanya masih tertuju kepada Megan dan pria itu di barat stool. Lalu pria itu mengucapakan sesuatu dengan mata yang ikut tersenyum pada Megan. Ia mencoba membaca bibir pria itu tapi terlambat. Apa yang dia katakan?

Lalu pandangannya beralih pada Megan yang ikut tersenyum. Ia tidak pernah melihat Megan tersenyum setulus itu. Semua senyuman Megan kepadanya terasa palsu. Ia melihat pada bibir Megan yang hendak mengatakan sesuatu....

Deg deg

I

.

Miss

.

You

.

Too

.

"Jangan berani bermain tangan dihadappanku…aku membencinya."

.

"Dan apa yang kulakukan. Bersama siapa? Dimana? Itu bukan urusanmu…"

.

Akhirnya Megan mengangkat wajahnya dan bertemu pandang dengan Ronan setelah cukup lama melihat pada notebook nya. Ronan mengalihkan pandangan.

"Raisa, mulai rapatnya!" Ronan turun dari podium.