drama.
drama?
.
Happy Reading!
Pemotretan di kota Venus selesai setelah tiga hari. Megan kembali ke kota Biru Bersama kru yang lain. Kabar mengenai Ronan kembali Bersama Clarissa menyebar dengan cepat. Gossip terdengar di antara para kru dan model.
"Ingin pulang Bersama? Sebentar lagi sopirku sampai." Kata model pria yang menjadi lawan main Megan selama di kota Venus. Mereka berdiri di depan bandara.
Megan hanya tersenyum manis menanggapi model pria itu.
"Aku pulang Bersama om Haris." Megan menunjuk Kameramen dengan dagunya. Pria yang disebut Megan hanya menoleh kemudian kembali berbicara dengan orang yang kebetulan ia temui di bandara.
"Kamu yakin?"
Megan mengangguk.
Mereka berpisah, tak lama Haris bergabung dengan Megan. Mereka bertatapan.
"Kau menggunakanku lagi?"
"Sorry," kata Megan. Mata model itu tampak sayu. Haris sangat tahu bagaimana Megan bekerja keras di kota Venus. Meskipun begitu Wanita itu masih saja menemukan waktu untuk menggoda Ronan. Ia tidak tahu darimana Megan menemukan keberanian sebesar itu. Megan tidak takut dipecat, entah keberanian atau kegilaan. Atau kebodohan.
"Tempat biasa?"
Megan mengangguk. Mereka berjalan menuju pintu keluar dan melihat asisten Haris telah siap dengan mobil hitamnya.
*
Clarissa
Hanya Clarissa
Tanpa nama belakang
Ia muncul entah darimana
Dengan kekuatan seperti apa
Megan tidak tahu.
Yang Megan tahu, gadis itu merupakan ancaman untuknya
Karena
Ia bisa berada di dekat Ronan
Dengan cara yang bersih
Sangat bersih
Clarissa bagaikan bunga Teratai putih
Indah, mempesona
Ia membawa senyuman yang dapat menghipnotis semua orang
Membuat mereka langsung menyukainya
Sebagai gadis suci
Sebagai orang baik-baik
Tidak seperti Megan
Hanya satu
Clarissa dan Megan memiliki tujuan yang sama
Ronan.
.
Suara music terdengar keras di Night Club terbesar, kota Biru. Haris meninggalkan Megan Bersama Rega menuju kamar mandi. Mereka duduk santai di bar stool tanpa bicara untuk waktu yang lama. Rega menatap Megan membolak-balik kertas yang ia berikan. Entah kenapa Rega seperti menunggu hasil ujian di depan gurunya. Sial, sudah lama ia tidak merasakan perasaan tegang seperti ini. Ia melihat berkeliling, ke arah para pengunjung bar sambil meminum minumannya.
"Kau tidak mau pulang?" Rega membuka percakapan.
"Kamu mengusirku?" Megan balik bertanya tanpa melihat lawan bicaranya. Uhuk…Rega tersedak. Ia kembali melihat Megan yang masih dengan ekspresi datar dan mata sayu. Wanita ini jelas kelelahan.
"Aku hanya tidak ingin kau tiba-tiba pingsan."
"Jangan mencoba menjadi gentleman."
Sigh. Rega menghembuskan napas pendek. "Aku tidak bisa mengobrol denganmu."
"Jangan mencoba mengajakku mengobrol."
"Oh ayolah…" Rega kesal. "Aku tidak tidur beberapa hari untuk mencari informasi orang yang bahkan tidak menarik minatku. Model malaikat cuihhh…orang-orang bahkan mencurigaiku sebagai penguntit. Aku takut ditangkap polisi karena melakukan beberapa hal illegal. Aku harus membuka club malam. Aku tidak makan dengan makan dengan layak selama beberapa hari…"
"Nasi goreng untuk sarapan?" Megan meletakkan kertas di meja bar. Senyum Rega merekah.
"Pakai udang…pedas,"
"Kamu yang mencuci piring?"
Rega menganggukkan kepala. Senyuman masih berada di wajahnya. Megan menggelengkan kepala.
"Kamarku sudah dibersihkan?"
Rega mengangguk cepat.
Diam beberapa saat. Mereka bertatapan.
"I miss you." Kata Rega lirih. Sangat manis. Tapi Megan tersenyum dan membalas.
"I miss you too."
Malam semakin larut. Megan sudah menghabiskan beberapa minuman dan pandangannya mulai mengawang. Rega masih setia menemani. Ia bukan tipe orang yang mudah mabuk. Untuk itu dia cukup dapat diandalkan untuk melindungi Megan di tempat ini.
Haris…sudah lama menghilang di tengah kerumunan orang. Menikmati uvorianya. Tidak peduli ia baru saja terbang selama berjam-jam.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Rega kepada Megan yang menyandarkan kepalanya di meja bar. Sebuah pertanyaan yang tidak berani ia tanyakan kepada Megan ketika wanita itu tidak mabuk.
Megan mengangguk.
Rega menghela napas lega. Bagus…Megan benar-benar mabuk. Megan hanya akan memutar kedua bola matanya jika dia dalam keadaan sadar.
"Kau tidak Lelah?" Rega melanjutkan. "Kamu tahu kamu bisa memberitahuku jika kamu sudah lelah. Aku akan membantumu mencari lelaki baik-baik. Yang kaya raya. Aku punya banyak teman milyader. Seseorang yang bisa mencintaimu,"
"Cinta?" Megan terkekeh mendengar kata picisan keluar dari mulut pria yang hanya mengenal cinta satu malam itu. Rega menoleh Megan yang menertawakannya dengan pandangan kecut. Ia menggelengkan kepala.
"Aku lupa, kau ahlinya membuat orang lain patah hati. Jadi bagaimana kau mengerti cinta?" ejek Rega, Megan menyipitkan mata dengan ekspresi seram untuk menakuti pria itu. tapi bagi Rega malah tampak imut. Ia harus segera mengalihkan pandangan sebelum terperangkap dalam pesona Megan.
Ia mengedarkan pandangan pada pengunjung bar yang ia kelola, lalu melihat teman wanitanya yang mendekati Ronan di sudut bar. Rega mengernyitkan kening heran, kenapa Ronan tidak memesan ruang VVIP seperti biasa?
Namun ia melihat Megan dan mulai tersenyum licik.
"Lihat sebelah sana, Megan! Target mu sedang minum bersama wanita seksi." kata Rega memanas-manasi.
Megan mengikuti arah pandang Rega dan langsung mengernyitkan kening.
"Tunggu aku disini, Rega. Aku akan kembali!" Megan menenggak tequila~nya dan bangkit dari kursi.
Rega tertawa, bersiap menonton pertunjukkan seru,
"Dasar bar-bar!" gumamnya.
.
.
Tunggu…Rega berhenti tertawa. Sejak kapan Ronan berada disini?
.
.
Megan sampai di meja Ronan. Pria itu masih mengenakan setelan jas hitam tanpa dasi, tampak seperti pulang dari lembur. Megan mengedarkan pandangan pada tubuh pria itu hingga terhenti pada wanita cantik berpakaian terbuka yang duduk melekat pada Ronan, jemari panjangnya menggerayangi bahu lebar Ronan kemudian turun hingga dada pria itu.
"Kamu memiliki waktu bersenang-senang huh?" Megan melipat tangannya didepan dada.
Ronan dan wanita cantik menoleh ke atas. Ke arah Megan.
"Kukira setelah memutuskan menjadi ksatria berkuda putih kamu akan setia dengan tuan putri. Tapi kamu disini? Bosan dengan wanita baik-baik huh?"
"Kalian saling mengenal?" tanya Wanita disamping Ronan. Ronan tersenyum dengan mata tertutup kearah wanita cantik itu. Ronan sangat manis saat tersenyum seperti itu. Manis, seksi, tampan membuat Megan terkesiap. Perlahan ia melepaskan lipatan tangannya.
Ronan mabuk huh…?
"Pegawaiku…" kata Ronan santai. Nada suaranya membuktikan ia benar-benar mabuk. Ronan yang sedang sadar tidak akan bersikap seperti ini.
"Oh…jadi hanya seorang pegawai? Ini bukan jam kerja, kenapa kau mengganggu bosmu seperti ini?" tanya wanita itu dengan angkuh.
Megan tertawa tak percaya.
"Ronan…berdiri. Kamu bukan laki-laki yang akan ke tempat seperti ini. Kenapa kamu disini???"
Megan mengutuk dirinya sendiri, ia terdengar tidak masuk akal sekarang. Apa dia mabuk?
Berhenti dan pergi. Atau ia akan mempermalukan dirinya sendiri.
Wanita cantik itu terus menggoda Ronan, dan mulai mendekatkan wajah mereka sementara jemari lentiknya melepas kancing kemeja Ronan. Megan membulatkan matanya.
"Ronannnn!!!" Megan menarik lengan Ronan membuat pria itu berdiri. Entah seberapa kuat Megan menariknya.
Dari jauh Rega memperhatikan mereka.
Wanita cantik itu ikut berdiri. Wajahnya sudah terlihat kesal.
"Kau sudah gila????? Kami mencoba bersenang-senang disini!"
"Dia mabukkkk!!!"
"So whattttt? Dia tidak menolakku!"
"Apa kau tidak punya harga diri?"
"Hahahaha…kau membicarakan harga diri disini?" wanita itu mendekat ke arah Megan. Disisi lain Ronan memijit ujung hidungnya. Ia sangat mabuk.
Kedua wanita dihadapannya saling bertatapan.
"Kenapa? Dia tidak memandangmu….supermodel?" wanita itu melihat Megan dari ujung kaki hingga kepala. Seperti menembus ke dalam jiwa Megan. Membuat Megan sedikit bergidik. Ia tidak mabuk lagi. Wanita ini bukan wanita biasa. Lebih berpengalaman dari Megan. "Kaupikir aku hanya mengelilingi club malam lalu melihat pria tampan dan mendekatinya? Aku tahu tentangmu, tentangnya…" ia melirik Ronan. Lalu mencondongkan wajahnya ke arah Megan dan berbisik,
"Kita dari jenis yang sama." Wanita itu menarik kembali tubuhnya hanya untuk mendapati senyuman sinis dari Megan.
"Setidaknya aku cukup berani mendekatinya di siang hari, bukan sembunyi-sembunyi di malam hari seperti pencuri."
"Kenapa? Kau tidak percaya diri di malam hari? Ooops…" ia menutup mulutnys, "aku lupa, Pak Ronan tidak menyukai barang bekas orang lain…"
"Kauuuu…" Megan hendak menampar wanita dihadapannya tetapi sebuah tangan menangkapnya. Megan menoleh dan kini ia berhadapan dengan mata tajam Ronan. Ini pertama kalinya Ronan menatapnya dengan kemarahan yang seperti itu. mendadak Megan menjadi ketakutan.
"Jangan berani bermain tangan dihadappanku…aku membencinya." Kata-kata Ronan sangat dingin, membekukan tubuh Megan. Sedetik kemudian Ronan melepaskan dengan kasar tangan Megan hingga tubuh ramping wanita itu hampir terbanting. Beruntung Megan dapat menyeimbangkan tubuhnya dan tidak tersungkur.
Wanita cantik di samping Ronan mendekat ke arah Ronan dan memegang bahunya.
"Aku sangat takut…" katanya dengan suara lirih sembari memeluk Ronan dari samping.
Rega berdiri dari duduknya.
"Dan apa yang kulakukan. Bersama siapa? Dimana? Itu bukan urusanmu…" tatapannya lurus pada mata Megan. Membuat mereka bertatapan. Entah apa yang membuat mereka saling melihat dengan cukup lama. "Aku tahu kau mencoba mendekatiku. Aku mengabaikanmu berharap kamu mengerti. Tapi itu tidak cukup ha? Aku harus mengatakannya kepadamu dengan jelas?"
Megan tidak bergerak. Ia terbiasa dengan Ronan yang mengabaikannya dan masih mencoba sopan. Tapi Ronan yang mabuk? Megan tidak pernah melihatnya sampai sekarang. Tangannya mencoba meraih pria itu…settt
Ronan mundur dengan masih menatap tajam kepadanya. Wanita di samping Ronan tersenyum tipis.
"Aku harus mengatakannya huh…"
Megan menutup kedua matanya…
"Jangan…"
Sebuah punggung besar menutup pandangan Ronan dari Megan. Pria itu menghadap Megan dan menutup kedua telinga sahabatnya. Kepalanya menoleh sedikit ke arah belakang.
"Maaf, Megan sudah sangat mabuk. Dia tidak tahu apa yang dia lakukan. Lanjutkan saja urusan kalian, aku akan menanganinya."
"Kau…" Ronan mencoba berbicara.
"Thank you, Rega!" kata wanita di samping Ronan, Ronan menoleh ke arahnya. Rega mengangguk lalu dengan perlahan menggandeng tangan Megan dan pergi dari hadapan mereka.
*
Rega melihat Megan yang tertidur di kursi penumpang di sisinya. Ia memasangkan sabuk pengaman pada Megan lalu kembali melihat ke depan.
"Kau kalah dalam pertempuran huh…? Bukan salahmu, kau datang tanpa persiapan yang matang. Dan Ronan…dia cukup kesatria. Dia membela Clarissa di persidangan mati-matian meskipun gadis itu hanya pegawainya. Dalam tiga hari. Ronan memenangkan kasus penyelewengan kontrak huh? Lalu wanita itu. Rihana. Ronan tidak membiarkan seorang Megan menamparnya? Kenapa dia baik kepada semua orang kecuali dirimu? Seberapa buruk citramu dihadapannya?"
Rega melihat Megan.
"Hei pinguin…hey kau bangun?"
Megan hanya menggeliat di tempat duduknya.
"Aku tidak akan mendapatkan nasi goreng sarapanku bukan?"
Sigh…Rega menghela napas pendek