Lan Yunxi terus mengarahkan pedangnya pada Xing Jiyin hingga tepat ujung pedang itu berada di leher Xing Jinyi. Tangan Lan Yunxi terasa bergetar, biasanya saat ia membunuh seseorang, tidak ada rasa gentar sedikit pun pada dirinya. Namun kali ini, terasa ada yang berbeda. Lan Yunxi merasa Xing Jinyin tahu sesuatu yang dia sendiri tidak yakin dengan itu.
"Kenapa, Guru Lan? Saat aku menyebut Wei Lian Zai, kamu bersikap berlebihan," ujar Xing Jiyin.
"Kenapa tidak jadi membunuhku? Atau kamu penasaran dengan kenyataan yang ingin kamu ketahui?" tambah Xing Jinyi semakin membuat Lan Yunxi penasaran. Namun dia sendiri juga tidak siap mendengarnya. Chen Biyun sudah membuatnya kesal karena mengatakan keturunan kedua keluarga Wei, dan sekarang Xing Jinyi kembali memancingnya.
Lan Yunxi menarik pedangnya lagi, pandangan pria itu masih menatap tajam ke arah Xing Jiyin.
"Feifei," pekik Kai Wenning saat Feifei ambruk tidak sadarkan diri.
Lan Yunxi yang mendengar teriakan Kai Wenning pun mengayunkan padangnya pada tubuh Xing Jiyin. Xing Jiyin berteriak kesakitan saat perutnya terkena pedang dari Lan Yunxi. Dengan tergesa-gesa Lan Yunxi menghampiri Feifei, pria itu segera menyimpan pedangnya dan menggendong perempuan itu yang tengah tidak sadarkan diri dengan darah yang keluar dari bibirnya.
Kai Wenning yang melihat Xing Jinyi mengerang kesakitan pun kembali menarik busurnya, pria itu mengambil anak panah dan meselakkan ke tubuh Xing Jiyin. Xing Jiyin jatuh dengan darah yang keluar dari perutnya.
Asap hitam yang semula ada di sekitar mereka pun lambat laun menghilang. Su Zanghi menatap ke langit. "Sihir yang disebar oleh XIng Jiyin sudah hilang," ucap Su Zanghi.
Lan Yunxi menatap sekelilingnya, aura sihir yang semula sangat kuat terasa sudah menghilang. Xing Jinyin yang masih mengerang kesakitan pun kini tubuhnya menghilang entah kemana. Mantra penakluk yang dilempar oleh Feifei membuat tenaga Xing Jinyin menyusut, ditambah panah dari Kai Wenning, murid terhebat Lan Yunxi.
"Ular-ular itu sudah pergi, tapi ada kemungkinan kembali. Yang aku lihat tadi, Xing Jiyin masih bisa bernapas meski tubuhnya penuh darah," ujar Lan Yunxi.
"Aku akan membuat tameng pelindung. Kamu bawa dulu Feifei ke padepokan, hari sudah mulai gelap," jawab Su Zanghi.
Lan Yunxi menganggukkan kepalanya, pria itu segera membawa tubuh Feifei untuk pergi dari desa itu. Kai Wenning ingin menyusul Feifei, tapi tangannya ditahan oleh Su Zanghi.
"Guru, aku bisa bantu bawa Feifei," teriak Kai Wenning.
"Guru Lan tidak butuh bantuanmu," ujar Su Zanghi menarik Kai Wenning dengan paksa. Kai Wenning berjalan terseok-seok mengikuti Su Zanghi.
Kai Wenning ingin membantu Feifei, karena bagaimana pun juga ia yang sudah membawa Feifei dalam bahaya. Kai Wenning tidak menyangka kalau Feifei mempunyai mantra penakluk. Wenning merasa dejavu dengan mantra itu. Sama halnya apa yang diucapkan Xing Jinyin, ia pernah melihatnya dipakai oleh Wei Lian Zai. Dugaan Kai Wenning semakin kuat kalau Feifei ada hubungannya dengan Klan Wei.
Su Zanghi membawa Kai Wenning ke aula besar. Saat membukanya, para warga berhamburan menanyakan apakah Su Zanghi baik-baik saja.
"Tuan Su, bagaimana? Apa ada yang terluka?" tanya salah seorang warga.
"Semuanya sudah aman. Bisa keluar dan aku pastikan tidak ada ular lagi yang akan datang," ucap Su Zanghi.
"Apakah itu ular siluman?" tanya warga. Su Zanghi menggelengkan kepalanya, mempersilahkan warga untuk keluar.
Su Zanghi menatap seluruh rumah-rumah warga. Pria itu merentangkan tangannya, cahaya biru langsung mengeluarkan sinarnya, Su Zanghi melemparnya ke langit.
"Waah, apa itu, Tuan?" tanya Kai Wenning.
"Ini mantra pelindung untuk melindungi desa. Agar tidak ada yang bisa mengganggu lagi," jawab Su Zanghi.
"Tapi yang aku lihat tadi, ada gabungan kekuatan dari Xing Jinyin dan Xing Zaolin," kata Kai Wenning.
"Mereka tidak akan bisa menembusnya dengan sihir jahat," jawab Su Zanghi yakin. Kai Wenning menganggukkan kepalanya.
"Oh iya, senjatamu itu apa namanya? Kenapa bisa sekuat itu untuk membunuh ular Xing Jinyin?" tanya Su Zanghi memegang busur Kai Wenning. Anak panah yang ada di punggung Kai Wenning juga sangat berbeda dengan anak panah yang lain.
"Ini namanya 'Wanita Cantik'," jawab Kai Wenning mengelus busurnya. Su Zanghi mengerutkan dahinya, menatap Kai Wenning dengan menelisik.
"Eh, namanya memang wanita cantik, busur kesayangan yang terlihat sangat cantik. Lihat, ujung emasnya ini yang membuat cantik," oceh Kai Wenning yang juga menujukkan anak panahnya yang terlihat cantik. Kai Wenning sangat kikuk saat Su Zanghi menatapnya dengan pandangan intens. Su Zanghi menggelengkan kepalanya melihat tingkah Kai Wenning.
"Ayo kembali ke padepokan!" ajak Su Zanghi. Kai Wenning menganggukkan kepalanya dan mengikuti Su Zanghi.
Sedangkan di sisi lain, Lan Feiyu menggendong Feifei yang tampak lemah. Wajah gadis itu sangat pucat, seolah tidak ada darah yang mengaliri tubuhnya.
"Sebenarnya siapa kamu, Feifei?" tanya Lan Yunxi dalam hati.
Lan Yunxi membawa Feifei ke padepokan, pria itu memasukkan gadis dalam gendongannya ke kamar gadis itu. Dengan hati-hati Lan Yunxi merebahkan Feifei ke ranjang kecil yang sudah dialasi kain tebal. Pria itu mengusap sudut bibir Feifei yang ada darah menetes.
Lan Yunxi duduk bersila di samping Feifei, pria itu menyatukan kedua tangannya di depan dada. Cahaya biru keluar dari sana, kilau cahaya itu tampak menyilaukan mata membuat Lan Yunxi menutup matanya. Lan Yunxi menahan napasnya, pria itu sedang mengeluarkan tenaga yang ada dalam dirinya. Semakin lama bola dengan cahaya biru itu semakin besar. Lan Yunxi memberikan cahaya itu pada tubuh Feifei, menyalurkan seluruh kekuatannya pada gadis yang saat ini tengah terbaring dengan lemas. Lan Yunxi menarik tangannya kembali dirasa sudah cukup. Pria itu memiringkan tubuh Feifei sebentar, melihat luka cambuk yang ada di punggung gadis itu. Luka yang ada di punggung Feifei sudah menghilang, Lan Yunxi kembali membalikkan tubuh Feifei. Giliran ia membuka kaki Feifei, kaki Feifei juga sudah sembuh, hanya ada bekas luka yang belum sepenuhnya hilang.
Awal melihat Feifei, hati Lan Yunxi seolah sudah terikat dengan gadis itu. Hingga keputusannya membawa Feifei ke padepokan malah membuatnya sedikit repot dengan tingkah nakal Feifei. Di hari pertama sudah membuat rusuh di kelas, bertengkar dan adu kekuatan, juga sampai mendapatkan hukuman cambuk. Gara-gara Feifei juga ia harus dihukum. Namun hari ini mantra penakluk dari Feifei membantunya membunuh ular Xing Yinjin dan berhasil membuat Xing Jinyin pergi. Meski ia tidak yakin kalau Xing Jinyin tidak akan kembali lagi.
Mantra Penakluk adalah kekuatan besar yang dimiliki Klan Wei, di mana mantra itu bisa menaklukkan hantu, monster dan sihir. Namun bagi orang yang memiliki kultivasi rendah, mantra itu akan menguras seluruh energi. Seperti yang saat ini terjadi pada Feifei, tubuh Feifei langsung limbung setelah menggunakan kekuatannya.
Lan Yunxi mengambil sesuatu dari bajunya, botol kecil ia keluarkan. Lan Yunxi membuka tutup botolnya, mendekatkan botol sebesar jari kelingking itu ke bibir Feifei. Memasukkan obat cair ke sana.