Chereads / Tears in Heaven / Chapter 13 - 13. Pundak Yang Nyaman

Chapter 13 - 13. Pundak Yang Nyaman

Satu jam, dua jam, bahkan sampai tiga jam Lan Yunxi tidak bergerak dari tempatnya sejenak pun. Lan Yunxi masih setia duduk menyangga tubuh Feifei yang dengan nyaman bersandar di tubuhnya. Tangan Lan Yunxi terasa pegal, kakinya pun juga sudah mati rasa karena Feifei. Namun setitik keinginan untuk pergi pun tidak ada di pikiran Lan Yunxi. Lan Yunxi masih diam, mengamati wajah teduh Feifei yang sangat cantik. Lan Yunxi berani bertaruh siapapun yang melihat Feifei, akan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis itu. Selama hidupnya, Lan Yunxi belum pernah sekali pun melihat perempuan secantik Feifei. Kendati demikian, ia tidak hanya melihat Feifei dari segi kecantikannya. Feifei gadis yang teguh dan punya pendirian, itulah alasan Lan Yunxi membawa Feifei ke padepokan. Selain itu ia merasa kasihan dengan gadis yang malam-malam harus sendirian di luar sana. Terlebih Feifei bilang datang dari jauh.

Hari sudah sangat malam, cahaya rembulan tampak masuk melalui celah-celah kamar Feifei. Cahaya rembulan itu menyinari wajah Feifei dan Lan Yunxi. Lan Yunxi masih meniti setiap jengkal wajah cantik yang sedang tertidur pulas di tubuhnya. Siapa yang tahu pipi Lan Yunxi memerah dan wajahnya terasa memanas. Dalam hati Lan Yunxi bergejolak dengan perasaan yang baru kali ini ia rasakan. Jantung Lan Yunxi berdetak tidak semestinya, hatinya juga bergetar dengan hebat. Hanya medengar kalimat dari bibir Feifei yang mengatakan 'Pundak Guru Lan sangat nyaman' sudah membuat perasaan Lan Yunxi tidak menentu.

"Iya Feifei tidak baik-baik saja. Tadi setelah menyerang ular raksaksa dia tumbang. Tapi dia sangat keren. Guru Lan dan Guru Su Zanghi sudah berusaha keras menumbangkan satu ular raksaksa, tapi belum berhasil. Saat Feifei datang ular itu langsung lemas. Keren kan dia."

Lan Yunxi menajamkan pendengarannya tatkala mendengar suara krasak-krusuk terdengar dari luar. Pria itu tidak asing dengan suara yang terdengar, seperti suara Kai Wenning.

"Wah Feifei hebat juga. Eh Li Rouwan, kamu pernah kan beradu pedang sama dia. Kamu juga kalah saat itu." Li Wen ikut bersuara. Kai Wenning dan beberapa murid lain tertawa mendengar ucapan Kai Wenning.

Li Rouwan memukul pundak Kai Wenning dengan kencang. Malu rasanya diingatkan kalau ia kalah dengan seorang perempuan.

"Andai saat itu guru tidak datang, pasti kamu akan semakin diinjak sama Feifei," kata Kai Wenning.

"Dia sangat hebat bermain pedang. Aku pikir dia bukan dari keluarga sembarangan."

"Aku bisa mengalahkan dia. Hanya saja aku mengalah biar dia senang," elak Li Rouwan.

"Apanya yang mengalah? Saat kalian dihukum cambuk saja kamu sudah kesakitan, sedangkan Feifei? Dia memang berteriak, tapi masih bisa berlari kencang," timpal murid yang lainnya. Suara tawa terdengar sangat nyaring menertawakan Li Rouwan. Li Rouwan sudah memasang wajah yang bersungut-sungut karena dikata-katai oleh teman-temannya.

"Sudah cantik, hebat lagi, kalau aku jadi Feifei, aku pasti akan memilih ksatria hebat buat menjadi suamiku," ujar Kai Wenning.

"Ekhem." Suara deheman membuat keempat orang yang ada di sana menolehkan kepalanya.

Kai Wenning tersentak saat melihat Su Zanghi berdiri menjulang. Pandangan Su Zanghi menatap lurus padanya. Kai Wenning menolehkan kepalanya pada teman-temannya, tapi tidak ada satu pun yang ingin bersuara memberikan alasan kenapa mereka di sana.

"Eh … maaf Guru. Kami ke sini ingin menengok Feifei," ujar Kai Wenning dengan kikuk.

"Kenapa tidak ketuk pintu?" tanya Su Zanghi.

"Aku tidak yakin melakukannya, pasalnya Guru Lan belum keluar dari dalam," sahut Li Wen.

Kai Wenning, Li Rouwan dan Su Zanghi menatap ke arah Li Wen. "Guru Lan ada di dalam?" pekik Wenning dengan kaget. Li Wen mengangguk-anggukan kepalanya. Kebetulan saat ia lewat kamar Feifei, ia melihat Lan Yunxi masuk juga.

"Ini tidak bisa dibiarkan. Dalam aturan padepokan, Guru Lan sudah melanggar aturan nomor seribu dua ratus dua belas karena sudah memasuki kamar murid perempuan," ucap Kai Wenning ingin menendang pintu. Namun terhenti karena tarikan dari Su Zanghi.

"Eh eh eh …." Kai Wenning berteriak heboh saat Su Zanghi menarik baju belakangnya. Dalam hati Kai Wenning merutuki Su Zanghi yang sangat senang menarik baju belakangnya.

Tadi Kai Wenning dan murid lain ingin menengok Feifei dan memastikan Feifei baik-baik saja. Namun Kai Wenning tidak tahu kalau guru Lan masih berada di dalam. Kai Wenning tidak akan membiarkan itu terjadi.

Lan Yunxi mengepalkan tangannya dengan kuat tatkala keributan di luar bukannya semakin reda malah semakin ramai. Dengan penuh kehati-hatian, Lan Yunxi meletakkan kepala Feifei ke bantal. Pria itu berusaha bangun, tetapi kakinya terasa mati rasa membuatnya hampir limbung. Buru-buru Lan Yunxi menguasai tubuhnya. Tangan dan kakinya seolah tidak ada aliran darah yang membuatnya tidak bisa bergerak.

Brughh!

"Akhh!"

Kai Wenning, Su Zanghi, Li Rouwan, Li Wen dan Ai Biyan, tersentak dan menutup bibir mereka tatkala mendengat suara benda terjatuh dan suara pekikan. Bukan seperti pekikan, terdengar seperti desahan.

"Sebenarnya apa yang dilakukan guru Lan pada Feifei? Feifei sedang sakit, kalau guru Lan mengambil kesempatan bagaimana," oceh Kai Wenning yang kembali ingin mendobrak pintu. Namun lagi-lagi Su Zanghi menghentikannya.

"Ini tidak bisa dibiarkan, sebagai guru tidak boleh memberikan contoh yang tidak baik," ujar Li Rouwan menarik pedangnya.

Ceklek!

Suara pintu terbuka membuat semua orang mundur, termasuk Li Rouwan yang kembali menyarungkan pedangnya.

Lan Yunxi keluar seraya menatap tajam orang-orang yang tengah berkerumun di depan pintu kamar Feifei. Tatapan Lan Yunxi sangat tajam menusuk, terlebih pada Kai Wenning yang selalu mencari ribut dengannya. Kai Wenning yang ditatap tajam oleh Lan Yunxi pun segera beralih posisi. Kai Wenning bersembunyi di balik tubuh Guru Su Zanghi. Su Zanghi tersenyum kecil melihat tingkah Kai Wenning.

"Ada apa kalian berkumpul di sini?" tanya Lan Yunxi dengan suara yang syarat akan penekanan. Semua orang terdiam, tidak ada satu pun yang mau menjawab. Padahal sebelum Lan Yunxi datang mereka semua sangat garang.

"Ada apa?" tanya Lan Yunxi lagi.

Kai Wenning, Su Zanghi, Li Rouwan, Li Wen dan Ai Biyan menatap Lan Yunxi dari atas sampai bawah. Lan Yunxi terlihat berbeda dari biasanya. Lan Yunxi yang merasa ditatap aneh pun kembali melangkahkan kakinya untuk mendekati mereka. Namun tubuh Lan Yunxi sedikit kehilangan keseimbangan.

"Akhhh." Lan Yunxi terpekik kecil. Semua orang terkesiap melihat Lan Yunxi. Lan Yunxi kembali menatap mereka.

"Ada apa?" sentaknya.

"Ke … kenapa guru Lan seolah tidak bisa jalan?" tanya Kai Wenning. Otak Kai Wenning sungguh memikirkan hal yang ambigu.

"Iya, kenapa? Apa guru melakukan sesuatu yang tidak-tidak? Sejak tiga jam yang lalu guru tidak keluar dari kamar Feifei," ucap Li Wen yang sudah mengumpulkan keberaniannya. Mata Lan Yunxi membulat sempurna saat mendengar ucapan Li Wen. Tidak hanya Li Wen, kini semua bertanya padanya dengan pertanyaan yang sangat ambigu dan seolah menuduhnya sudah berbuat yang tidak-tidak pada Feifei.

"Guru tidak bisa begini. Feifei perempuan sendiri yang harus kita jaga."

"Apa yang kalian bicarakan, hah? Aku datang ke kamar Feifei untuk mengobati luka Feifei dan memberikan sebagian energiku. Energi Feifei sudah habis karena melawan ular besar. Kalau aku tidak memberikan energiku pada Feifei, kalian tidak bisa melihat Feifei lagi," ujar Lan Yunxi dengan cepat dan nada yang menggebu-gebu. Murid-muridnya menatap menelisik ke arah Lan Yunxi.

"Apa kalian pikir aku sama seperti kalian? Tidak. Aku hanya mengobati Feifei," ujar Lan Yunxi. Lan Yunxi menutup pintu kamar Feifei kencang. Pria itu segera melenggang meninggalkan Su Zanghi dan murid-muridnya. Wajah dan telinga Lan Yunxi masih memerah, apalagi saat pikiran ambigu dan ucapan murid-muridnya kembali terlintas di ingatannya.