Chereads / Tears in Heaven / Chapter 2 - 2. Wei Feifei

Chapter 2 - 2. Wei Feifei

Seorang gadis tengah melompati bebatuan besar dengan cekatan. Gadis berambut panjang, berkulit seputih susu dan mempunyai lesung pipi itu tengah menyusup di antara orang-orang berbaju putih dari beberapa klan yang akan mendatangi Padepokan Ghuzhi. Gadis itu sudah menguasai ilmu sihir dan kekuatan dalam, tapi gadis itu masih ingin belajar memanah dan belajar pedang. Namun ia tidak mempunyai Aurum Core. Aurum Core sejenis inti emas yang berbentuk kecil sebagai tanda murid di Padepokan Ghuzhi. Hanya orang-orang bangsawan lah yang mempunyai. Kebanyakan yang datang di Padepokan Ghuzhi adalah putra mahkota.

Wei Feifei, gadis muda yang saat ini tengah menyusup itu dengan cekatan melompat ke bebatuan dan menerobos hutan untuk segera sampai di Ghuzhi. Ia sudah mendapatkan informasi bahwa hari ini akan ada penerimaan murid baru. Wei Feifei gadis yang sangat polos, dan sedikit nakal. Tiada hari tanpa keusilan yang dilakukannya. Sama seperti hari ini, kakak Wei Feifei yang bernama Wei Lian Zai mencegah adiknya datang ke Ghuzhi, tapi bukan Feifei kalau tidak bisa menyusup.

Wei Feifei berambisi menguasai banyak ilmu bela diri untuk melindungi ibunya. Meski perempuan, Wei Feifei tidak pernah takut apa pun. Masa kecilnya yang sering ditindas, membuat Feifei tumbuh menjadi gadis kuat.

Wei Feifei melompat dari batu besar dan terjun dengan tepat di antara kerumunan orang yang tengah mendaki jalanan terjal untuk menuju ke Ghuzhi. Gadis itu menutupi wajahnya dengan rambut panjangnya.

Segerombolan orang dari berbagai klan berhenti tepat di depan gerbang saat Lan Yunxi berdiri di sana.

Lan Yunxi merendahkan tubuhnya sejenak untuk memberikan penghormatan. Begitu pun dengan calon murid baru. Wei Feifei yang melihat orang-orang sekitarnya melakukan penghormatan pun segera melakukan hal yang sama.

Gadis itu mencoba mencuri pandang ke depan, karena ia sedikit tertutupi oleh orang-orang di depannya.

"Selamat datang di Padepokan Ghuzhi. Di Padepokan ini, ada seribu peraturan yang tidak boleh dilanggar. Siapapun yang melanggar, akan dikenai hukuman tergantung jenis pelanggarannya," ucap Lan Yunxi.

"Mengerti Guru," jawab mereka kompak.

"Padepokan Ghuzhi hanya menerima calon murid yang mempunyai Aurum Core. Silahkan masuk bagi yang mempunyainya." Lan Yunxi sedikit menyingkir memberikan jalan untuk murid barunya.

Semua orang dari berbagai klan segera masuk setelah menunjukkan Aurum Core. Wei Feifei ikut menyusup di sela pria-pria berbadan besar. Gadis itu sedikit memejamkan matanya karena sedikit gentar melihat Lan Yunxi yang matanya terus menyorot tajam. Gadis itu bersembunyi dengan menarik baju lebar laki-laki di depannya.

"Tinggal lima langkah ke depan dan berhasil masuk," ucap Feifei sedikit mengembangkan senyumnya.

"Tunggu!" suara Lan Yunxi yang tegas membuat beberapa murid berhenti. Wei Feifei meringis kecil. Ia belum berhasil melewati gerbang, tapi Lan Yunxi sudah menghentikannya.

"Yang tidak membawa Aurum Core, dilarang masuk!" ujar Lan Yunxi.

"Kami membawanya, Guru," ucap mereka dengan kompak.

"Gadis kecil, keluarlah!" titah Lan Yunxi. Semua orang saling berpandangan mencari siapa yang dimaksud guru.

Dengan bodohnya Wei Feifei ikut menatap sekelilingnya mencari siapa yang dimaksud guru.

"Gadis kecil yang kini tengah bersembunyi di balik baju Rouwan, silahkan keluar," ujar Lan Yunxi.

Rouwan dari Klan Li segera menjauhkan tubuhnya dan mengibaskan bajunya. Matanya membulat sempurna saat melihat seorang gadis berbaju putih yang tengah menutupi wajahnya.

"Kamu, kenapa kamu bersembunyi di bajuku?" teriak Rouwan mengusap-usap bajunya.

"Pasti kamu gadis mesum. Apa yang kamu lakukan pada tubuhku?" teriak Rouwan yang panik.

"Siapa yang mesum, aku hanya bersembunyi," protes Feifei mengibaskan rambutnya.

Tatkala rambut itu menyibak memperlihatkan wajah seputih susu nan cantik, semua orang terdiam. Mereka tercekat melihat kecantikan seorang gadis asing yang tengah menatap garang ke arah Rouwan. Pun dengan Lan Yunxi, pria itu menatap tidak berkedip ke arah Wei Feifei. Rambut panjang yang indah berkibar karena terpaan angin, wajah mulus dan hidung mancung, siapapun yang melihat pasti akan memuji kecantikan Feifei.

Wei Feifei yang tersadar semua orang terdiam pun dengan cepat menutup wajahnya dengan rambut. Gadis itu mengacungkan tangannya pada Rouwan.

"Heh Tuan, sekali pun aku tidak pernah berpikiran mesum. Aku hanya bersembunyi di bajumu. Kalau aku tidak terdesak, aku juga tidak akan mau sembunyi di tubuh baumu itu," oceh Feifei.

Rouwan yang semula terpesona dengan kecantikan Feifei pun kini balik menunjuk Feifei. "Jangan sembarangan bicara!" ucap Rouwan.

"Siapa yang sembarangan bicara. Memang benar itu kenyataannya. Bahkan aku yakin hewan-hewan yang melewatimu akan pingsan di tempat," ujar Feifei yang tidak mau mengalah. Rouwan tidak terima dengan ucapan Feifei yang mengundang gelak tawa murid-murid lain.

Rouwan maju mendekati Feifei, sedangkan Feifei sama sekali tidak gentar. Gadis itu menyorot tajam Rouwan meski sebagian wajahnya tertutup rambut.

"Semuanya silahkan masuk kecuali nona itu," ucap Lan Yunxi membuat Rouwan menghentikan langkahnya.

"Sebaiknya kita segera masuk," ucap Li Wen pada Li Rouwan.

"Awas kau," ancam Rouwan pada Feifei sebelum pria itu memilih masuk ke gerbang padepokan.

Feifei yang ditinggalkan pun segera ikut berlari. Gadis itu ingin menerjang masuk ke gerbang, tapi tubuh kecilnya terpental kencang seolah ada yang melemparnya. Feifei jatuh terduduk di tanah, gadis itu menatap Lan Yunxi yang berdiri tanpa rasa bersalah. Feifei mengepalkan tangannya dengan kuat, ia yakin pria di depannya yang membuat pembatas tidak kasat mata itu.

"Biarkan aku masuk!" ucap Feifei.

"Yang tidak membawa Aurum Core tidak diperbolehkan masuk."

"Tolonglah, aku ingin belajar ilmu bela diri," ucap Feifei lagi yang kini melembutkan nada bicaranya. Gadis itu segera berdiri dan mendekati Yunxi.

"Guru, ijinkan aku masuk. Aku akan belajar dengan sungguh-sungguh," tambah Feifei lagi.

"Sekali tidak bisa, maka jawabannya tetap tidak bisa," jawab Yunxi membalikkan badannya.

Feifei gelagapan saat melihat Yunxi yang akan masuk gerbang, gadis itu berlari dan memeluk kaki Yunxi dengan erat. Yunxi membulatkan matanya, pria itu menatap ke bawah, melihat Feifei yang bersimpuh dengan memeluk kakinya.

"Pergi!" titah Yunxi.

"Tidak."

"Pergi!"

"Sebelum aku diijinkan masuk, aku tidak akan melepaskan kakimu," ucap Feifei dengan keukeuh.

"Kasihani aku, Guru. Hari sudah mulai gelap, kalau aku tidak kunjung masuk, aku bisa dimakan hewan buas dan monster yang berkeliaran di sini."

"Apa Guru tega melihat seorang gadis berada di malam yang sunyi di tengah hutan?"

Feifei berbicara dengan nada sesedih mungkin berharap Lan Yunxi akan iba. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya menatap Lan Yunxi. Namun yang ditatap tetap mempertahankan wajah dinginnya. Lan Yunxi menarik kakinya dengan sekuat tenaga hingga tubuh Feifei sedikit limbung. Yunxi sama sekali tidak peduli sudah bersikap kasar, padahal lawannya seorang perempuan.

"Peraturan di Ghuzhi tidak bisa dilanggar. Siapapun yang tidak membawa Aurum Core, tidak boleh masuk," jelas Yunxi sekali lagi.

"Dasar bedebah sialan!" teriak Feifei berdiri dengan cepat. Gadis itu mengacungkan pedang yang terselip di belakang bajunya pada Yunxi.

"Padepokan macam apa ini yang hanya menerima murid dari kalangan bangsawan? Manusia seharusnya memanusiakan manusia lain. Perbedaan kasta antara bangsawan dan rakyat jelata dalam padepokan kalian pun sudah bisa diartikan kalau bangsawan bisa menindas kami yang dari rakyat jelata. Oh apa ini memang padepokan yang khusus mengajari murid untuk berlaku semena-mena dengan kami yang lemah," teriak Feifei lagi dengan lantang.

Yunxi tercenung mendengar rentetan kalimat dari gadis asing di belakangnya. Namun, langkah kaki Yunxi memilih masuk ke padepokan. Meninggalkan Wei Feifei yang sendirian di gerbang luar. Feifei berlari ingin menerobos gerbang lagi. Namun sayangnya tubuhnya terpental untuk kedua kali.

Hari mulai gelap, angin yang berhembus pelan pun dinginnya menusuk ke tulang. Wei Feifei memukulkan kepalan tangannya ke tanah dengan kesal. Sekarang ia seorang diri di tempat yang mulai gelap dan jauh dari rumahnya. Tidak ada empati sedikit pun di hati Lan Yunxi.