Lan Yunxi membawa Feifei ke Padepokan Ghuzhi. Mata Feifei berbinar senang, gadis itu menatap kagum ke sekelilingnya. Akhirnya ia bisa berada di tempat yang sangat ia inginkan.
"Heh itu Wenning," pekik Feifei menunjuk Wenning yang bersandar di aula.
"Mpphhh … mphhh …." Wenning melambaikan tangannya pada Feifei. Pria itu tampak tersenyum seraya mencoba mengeluarkan suaranya, tapi yang ada hanya gumaman.
"Wenning, aku sudah sampai sini," teriak Feifei dengan senang. Wenning mengangguk-anggukkan kepalanya seolah ikut senang.
Yunxi melirik Feifei sekilas, dengannya saja Feifei tampak tidak bersahabat, tapi dengan Wenning senyum gadis itu terus terukir.
"Wenning, terima kasih tadi sudah menolongku," teriak Feifei. Feifei ingin menghampiri Wenning, tapi Yunxi mencegahnya.
"Dia sedang dihukum," ucap Yunxi beralibi.
"Ah iya," jawab Feifei.
"Ayo!" ajak Yunxi. Wei Feifei segera mengikuti Yunxi menuju ke ruangan yang berada di paling ujung. Yunxi juga menyuruh Feifei untuk masuk dan duduk di sana.
Feifei duduk di ranjang kecil beralaskan kain tebal. Gadis itu menyibak kakinya yang tergores sangat dalam. Ia tidak menyangka kalau bebatuan di sungai Zhi sangat tajam.
Yunxi mengambil satu bungkusan kertas yang terselip di baju atasnya. Pria itu membuka isinya, serbuk putih Yunxi taburkan pada kaki Feifei yang sudah dibersihkan. Feifei meringis kecil, gadis itu ingin menarik kakinya, tapi Yunxi menahannya.
"Istirahatlah. Ini kamar kamu, besok mulai ikut kelas," ujar Yunxi.
"Siap, Guru," jawab Feifei dengan senyum yang tersungging.
"Dari mana asalmu?"
"Aku dari kota ini juga," jawab Feifei.
"Hem." Yunxi berdehem kecil, pria itu segera berdiri tatkala sudah mengobati luka Feifei.
Feifei masih mengusung senyumnya, bahkan gadis itu tertawa seorang diri. Perjuangannya sampai sini ternyata tidak sia-sia.
Yunxi melangkahkan kakinya keluar kamar Feifei. Pria itu menutup pintunya dengan pelan dan segera pergi dari sana. Yunxi berjalan seorang diri di sepanjang jalan menuju kamarnya. Pria itu tidak asing dengan bentuk mata dan hidung Feifei, seolah pernah melihatnya sebelumnya. Feifei sama seperti Klan dari keluarga yang sudah dia babat habis. Namun, Feifei mengatakan tidak punya marga.
"Yunxi," panggil Su Ziran membuat Yunxi menolehkan kepalanya. Dengan langkah pelan Yunxi mendekati gurunya. Yunxi memberikan salam penghormatan.
"Siapa yang kamu bawa masuk?"
"Guru, dia gadis biasa yang ingin masuk ke padepokan. Aku tahu yang tidak mempunyai ijin masuk, ia tidak bisa masuk. Tapi aku yang akan bertanggung jawab atas nama dia," jelas Yunxi.
"Apa yang sudah dikuasai oleh gadis itu?"
"Mantra."
"Lan Yunxi, dia tanggung jawabmu. Setiap kesalahan yang dia perbuat, kamu yang akan mendapatkan hukumannya. Apa kamu siap?" tanya Su Ziran.
Yunxi memalingkan wajahnya, bibirnya kelu. Ia tidak tahu harus menjawab pertanyaan gurunya dengan jawaban apa.
Selama ini ia selalu berempati dengan sebab, tapi kali ini ia berempati pada Feifei tanpa sebab.
"Dia bukan dari keluarga Klan manapun, belum punya ilmu dasar apa-apa, etika dan tingkah lakunya belum tentu benar. Tidak pantas untuk memasuki padepokan Ghuzhi."
"Aku yang akan bertanggung jawab, Guru," jawab Yunxi menundukkan kepalanya meyakinkan Gurunya.
"Baiklah, jangan sampai gadis itu membuat kesalahan," ucap Su Ziran. Su Ziran menepuk pundak Yunxi pelan sebelum meninggalkan pria itu. Sedangkan Yunxi, pria itu memegang pedang di samping tubuhnya dengan erat.
Sebelum Yunxi benar-benar pergi, pria itu menatap ke ruangan tempat di mana gadis yang baru ia temukan berada. Padepokan Ghuzhi tempat para ksatria menimba ilmu dengan ajaran yang sangat ketat. Banyak aturan yang harus dipatuhi. Hukuman bila berbuat kesalahan pun juga tidak main-main.
Keesokan harinya, Wei Feifei sudah merasa dirinya lebih baik. Gadis itu sudah berganti pakaian dengan baju yang bersih. Semalam ia membawa pakaiannya dan barang lainnya di balik tubuh kecilnya.
Wei Feifei hadir di kelas paling pagi, gadis itu sudah duduk di tempat paling belakang karena sadar dia akan menjadi murid satu-satunya perempuan. Su Ziran yang semula menutup matanya sembari duduk di tempat paling depan pun sedikit kaget saat melihat Feifei yang sudah duduk tenang.
Lan Yunxi dan Kai Wenning memasuki kelas setelah beberapa saat Feifei duduk. Lan Yunxi melirik sekilas dan memilih duduk di tempat paling depan. Sedangkan Wenning, pria itu menghentikan langkahnya berada di samping Feifei.
"Feifei, kamu sudah sehat?" tanya Wenning berbisik.
"Wenning," pekik Feifei dengan senang.
Beberapa murid yang baru masuk ikut menghentikan langkahnya, mereka ikut memperhatikan Wei Feifei. Feifei melambaikan tangannya pada teman-temannya.
"Bukankah itu gadis mesum kemarin?" tanya Rouwan menunjuk Feifei dengan berang.
Feifei menatap Rouwan dengan sinis, "Kenapa? Kaget kan aku di sini? Siap-siap harimu akan suram," oceh Feifei.
"Dia sangat cantik," bisik Li Wen pada Rouwen. Rouwen menatap Feifei dengan seksama, sedangkan yang ditatap segera menundukkan kepalanya seraya menyangga kepalanya dengan tangan.
Rouwen tidak mengelak kalau Feifei sangat cantik, pertama kali melihat gadis itu, ia sudah menyukainya. Namun tingkah bar-bar gadis itu membuatnya mencabut rasa sukanya.
"Ekhem." Suara deheman dari Yunxi membuat semua murid yang mulanya berkerumun, kini segera berlari menuju meja masing-masing.
Rouwen pun bergegas menghampiri salah satu meja. Namun belum sempat ke meja yang dia dinginkan, meja itu sudah diisi murid lain. Rouwen menatap sekelilingnya. Hanya tinggal dua meja yang belum ada penghuninya, yaitu dua meja samping kanan Feifei.
Rouwen ingin mengambil alih meja yang paling jauh, tapi Wenning segera menyerobotnya. Rouwen mengepalkan tangannya, pria itu dengan terpaksa duduk di samping Feifei. Feifei melirik Rouwen dengan sinis. Melihat tatapan sinis Feifei, Rouwen mengangkat tangannya ingin memukul gadis di sampingnya. Namun ia urungkan karena merasa itu tidak pantas.
"Semuanya sudah berkumpul?" tanya Su Ziran yang mulai berdiri.
"Sudah Guru," jawab mereka kompak.
"Secara resmi aku mengucapkan selamat datang kepada murid-murid baru yang telah datang dari berbagai kota untuk menimba ilmu di Padepokan Ghuzhi. Aku Su Ziran, yang akan membimbing kalian. Dan di meja paling depan kanan, adalah murid senior, Lan Yunxi. Lan Yunxi juga akan membimbing kalian sercara langsung," ucap Su Ziran. Mereka mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
"Kita pelajari ilmu bela diri dasar," ujar Su Ziran. Su Ziran menjelaskan ilmu dasar bela diri yang meliputi insting dan kekuatan.
Feifei berusaha menyimak dengan seksama, ia yang butuh ilmu itu, ia sudah diberikan kesempatan oleh Yunxi, ia harus menggunakannya dengan baik. Namun suara bisikan dari sisi kanannya bak bisikan iblis mulai terdengar.
"Heh bocah, seingatku kemarin kamu tidak boleh masuk. Kamu sudah menyihir guru Yunxi, kan?" bisik Rouwan. Feifei tidak menjawab, gadis itu masih menyimak Guru Ziran berbicara.
"Kamu memang ular kecil, gadis mesum, pasti kamu-"
"Rouwan, diam!" tegur Wenning. Rouwan balik menatap Wenning.
"Dia mencurigakan, pasti dia sudah memakai ilmu sihir agar Guru Yunxi mengijinkan masuk. Gadis itu berbahaya," bisik Rouwan.
"Guru Yunxi yang berinisiatif menyuruh Feifei masuk. Kamu diamlah."
"Bagaimana harus diam, dia yang-" ucapan Rouwan terhenti tatkala Feifei menggunakan sihir di tangannya untuk menampar Rouwan.
"Akhh!" Rouwan terpekik kencang membuat semua murid menoleh ke arahnya. Begitu pun dengan Su Ziran.
"Ada keributan apa?" tanya Su Ziran menatap deretan meja belakang dengan tajam. Wenning, Rouwan dan Feifei menundukkan kepalanya dalam. Tidak ada satu pun dari mereka yang mau menjawab.
"Akhhh!" Rouwan terpekik lagi saat wajahnya merasa ditampar seseorang. Feifei membulatkan matanya, gadis itu lupa menghentikan mantra yang sudah dia ucapkan.
Feifei mengusap telunjuknya, meniupnya perlahan untuk menghentikan sihir yang menampar Rouwan. Hal itu tidak luput dari pandangan Su Ziran. Su Ziran menatap Feifei dengan tajam.
"Feifei, silahkan tinggalkan kelas!" titah Su Ziran dengan marah. Feifei segera berdiri.
"Guru, aku tidak melakukan apa-apa, kenapa aku harus keluar?" tanya Feifei dengan panik.
"Apa kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu lakukan? Ini hari pertama-"
"Maafkan aku guru, maafkan. Feifei mengaku salah, tolong jangan usir Feifei dari kelas," ucap Feifei membungkukkan badannya. Terlihat sekali gadis itu sangat panik. Teman-temannya bukannya iba malah menawan tawanya yang akan meledak saat melihat Feifei.
"Usir saja guru, pasti dia yang sudah menamparku," ujar Rouwen ikut mengompori. Feifei menatap tajam ke arah Rouwan, gadis itu terlihat sekali sangat marah.
"Kamu yang mulai mengataiku duluan," ucap Feifei tidak terima.
"Diam!" bentak Su Ziran. Feifei kembali menundukkan kepalanya.
"Kalian berdua, keluar!" titah Su Ziran lagi.
Lan Yunxi melirik ke belakang, melihat Feifei yang menundukkan kepalanya sembari pergi dari kelas.