Chereads / Kekejaman Dunia / Chapter 18 - Ziarah wali

Chapter 18 - Ziarah wali

Dan benar saja, besoknya ada gosip tentang Ibu Tina yang selingkuh di Singapura. Banyak tetangga yang ngomongin ketika Nenek Khom berjalan melewati mereka seusai pulang dari pasar.

"Kasian ya anaknya yang di luar negeri malah gada kabar."

"Selingkuh itu pasti Buk."

"Kerja di luar negeri cumin alesan doang itu mah."

Kira kira seperti itu yang Nenek Khom dengar ketika pas pasan di jalan dengan segerombolan Ibuk Ibuk.

"Maksudnya gimana ya?" Nenek Khom yang akhir akhir ini menunggu kabar anak perempuannya itu akhirnya tertarik untuk menanyakannya.

"Anakmu gada kabar kan akhir akhir ini?" dengan polosnya Nenek Khom mengangguk membenarkan, toh juga memang begitu faktanya anaknya tidak ada kabar sama sekali.

"Denger denger si anakmu main sama cowo lain disana," jawabnya dengan mata sedikit melotot layaknya ibu ibu gossip. Lah kan emang bener wkwkw… .

"Ga mungkin lah, anakku kan dah ada suami. Ga mungkin dia kek gitu," ucap Nenek Khom yang terus berpikir positif kepada anaknya itu, meskipun ada sedikit keraguan di hatinya.

"Emm, enak banget keknya ya Pak," ucap Nenek Khom yang tiba tiba sudah berdiri bersidekap dan bersender di pintu.

Kakung Karman yang mendengar suara yang tidak asing itu pun menoleh dan menyengir. Dia tau akan di omelin dalam tujuh detik lagi.

Namun, dugaanya salah. Baru saja dua detik suara Nenek Khom sudah berbicara seperti rentetan kereta.

"Enak ya sore sore minum kopi ditemenin pisang goreng," ucap Nenek Khom lagi. Tapi kali ini Nenek Khom berjalan dan menduduki kursi kayu di sebelah tubuh suaminya.

"Heheh," Kakung Karman hanya menjawabnya dengan menyengir tak bersalah.

"Heha hehe, ga ngrasa salah ae," sewot Nenek Khom.

"Kemarin dokter bilang apa?" dahi Kakung Karman mengernyit, sebenarnya dia tahu apa yang di maksud istrinya. Tetapi dia berlagak tidak tahu untuk mencari aman.

"Pura pura lupa apa gimana haa!!" mata Nenek Khom memicing, melihat itu Kakung Karman langsung menelan ludah dengan susah.

"Di bilang jangan keseringan minum kopi, lambungmu itu dah ga kuat. Masih ae bandel," terus saja mengomel tanpa henti.

"Dah tua juga masih ga bisa di bilangin kek anak kecil," Kakung Karman hanya bisa mendengarkan seraya terus menyruput kopinya.

Intruksi jika kapal akan lepas landing 10 menit lagi. Ibu Tina langsung panik dan buru buru pamitan, "Buk, Pak, Mas, aku pamit berangkat ya. Aku buru buru, bentar lagi pesawatnya mau lepas landas," begitu pamit dengan nada tergesa gesa. Tanpa menyalimi tangan orang tua dan suaminya, langsung ngibrit begitu saja masuk. Bahkan memeluk Nenek Khom yang sudah menahan tangis sejak tadi pun tidak Ibu Tina hiraukan.

Air mata yang sudah Nenek Khom bendung di bawah kelopak mata dengan sekuat tenaga pun akhirnya luruh. Dia tak kuasa melihat anak perempuan satu satunya yang dia sayang kini telah pergi bekerja di tempat yang jauh darinya.

"Tin!! kamu tidak pamitan dulu dengan anakmu?" Pak Yuan menyadari jika istrinya itu belum pamitan dengan Vanda. Matanya langsung mencari dimana istrinya lari tadi dan berteriak kepada istrinya itu untuk mengingkatkannya.

"Ga sempat!!" teriak Ibu Tina yang sudah lari dan berjarak jauh dari tempat Pak Yuan sekarang.

"Yasudah terus apa sudah kamu urusin semua berkas berkas buat kerja di sana?" tanya Kakek Man yang akhirnya angkat bicara. Mengaitkan kedua jari jari tangannya, duduk dengan tegap dan berbicara layaknya seorang Bapak.

"Semua udah siap Pak, tinggal berangkat aja," semuanya saling tatap mendengar ucapan Ibu Tina yang sepertinya sudah sangat siap. Bisa bisanya baru bilang jika ingin bekerja di Singapura padahal tinggal dua hari lagi sudah berangkat.

Ternyata Ibu Tina sudah menyiapkan semuanya sejak lama, jadi malam ini hanya meminta izin pergi ke Singapuranya. Mau di beri izin atau tidak sudah pasti Ibu Tina tetap akan berangkat.

"Oiya Minggu besok aku udah tinggal berangkat," dengan santainya Ibu Tina senyam senyum sedangkan orang tua dan suaminya kaget mendengar keberangkatannya yang mendadak. Ini pikiran Ibu Tina bagaimana? bisa bisanya santai setelah berucap seperti itu.

"Lohh, kok cepet banget to. Cmn kurang dua hari lagi lo ini," protes Pak Yuan.

Entah apa yang membuat Ibu Tina bersikap seperti ini pada Nenek Khom. Padahal dia anak satu satunya yang sangat di sayang, tapi sangat disayangkan dengan sifatnya yang tidak pernah memikirkan hati Nenek Khom.

Sampai sampai dulu sewaktu Ibu Tina masih usia 14 tahun pernah memukul mukul Nenek Khom hanya karena meminta sepeda motor. Di usia yang masih kecil pun dia sudah berani memperlakukan Ibunya seperti itu, malah sekarang tambah menjadi jadi.

"Ampun nduk, badane Ibuk wes sakit semua. Ampun… ." Nenek Khom memohon mohon agar Ibu Tina berhenti memukuli badannya.

Rambut acak acakan, baju sobek sobek dan ada luka lebam di daerah lengan. Itulah penggambaran kondisi Nenek Khom di kala itu. Hanya karena sebuah sepeda motor, Ibu Tina tega memukuli Ibunya tanpa ada rasanya berdosa. "Udahh ndukk… ."

"Sini cepetan!!" teriakan Ibu Tina memanggil Nenek Khom.

"Ada apa to nduk kok teriak teriak? kasihan Vanda nanti kebangun," Nenek Khom berlari tergopoh gopoh menghampiri anak satu satunya itu.

"Liat! ada makanan ga di meja?" mengangkat tutup tudung saji dan menunjuk arah meja dengan dagunya. Matanya menyorot tajam, wajahnya menunjukkan kalau dia marah.

"Iya Ibuk tau nduk masih belum ada makanan, ini Ibuk masih mau ke pasar dulu beli bahan buat di masak," jawab Nenek Khom dengan sangat lembut seraya mengelus lengan anaknya itu agar tidak marah marah terus.

"Ini mah cuman buat beli bakso dah abis," tambahnya yang masih tidak terima melihat hasil uangnya.

"Cihh, nyesel gue nikah sama lo!! miskin!!" ucapnya lagi seraya pergi masuk ke kamar dengan membawa uang itu.

"Kamu jangan ngomong seenaknya ya!!" teriak Nenek Khom yang sangat malu melihat anaknya berucap seperti itu kepada menantunya.

"Minta maap sekarang sama Yuan!!" perintah Nenek Khom.

"Jangan di ambil semua, itu buat beli susu Vanda Tin!!" omongan Pak Yuan tidak di dengarkan oleh Ibu Tina.

"Tina balikin uangnya!!" teriak Nenek Khom ikut membela Pak Yuan. Tetapi juga tidak di gubris sama sekali oleh Tina.

"Maapin anakku ya Wan kek gitu sikapnya," Nenek Khom sangat prihatin melihat menantunya yang berjuang keras tanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi malah sikap anaknya seperti itu padanya.

Anak tadi menepuk bahu Yuan. Dia pun menoleh kepada anak tadi yang sering di panggil dengan sebutan Grandong. Kenapa di panggil Grandong? karena anak itu jarang sekali cukur rambut hingga gondrong, makanya sering di panggil Grandong. Ada ada saja ya.