Chereads / Kekejaman Dunia / Chapter 22 - Tantrum

Chapter 22 - Tantrum

"Ikhlas ga Kung kamu Tina ijin tadi?" tanya Nenek Khom lirih, takut mengganggu tidur Vanda.

"Mau ikhlas atau engga apa bisa ngerubah keputusan Tina?"

"Kamu kan tau sendiri Tina gimana, kalau dia sudah ngambil keputusan tidak akan bisa di ganggu gugat," Kakung Man sudah hafal betul bagaimana sifat anaknya.

"Yang penting kita fokus ke Vanda aja."

Kakung Karman yang mendengar suara yang tidak asing itu pun menoleh dan menyengir. Dia tau akan di omelin dalam tujuh detik lagi.

Namun, dugaanya salah. Baru saja dua detik suara Nenek Khom sudah berbicara seperti rentetan kereta.

"Enak ya sore sore minum kopi ditemenin pisang goreng," ucap Nenek Khom lagi. Tapi kali ini Nenek Khom berjalan dan menduduki kursi kayu di sebelah tubuh suaminya.

"Heheh," Kakung Karman hanya menjawabnya dengan menyengir tak bersalah.

"Heha hehe, ga ngrasa salah ae," sewot Nenek Khom.

"Kemarin dokter bilang apa?" dahi Kakung Karman mengernyit, sebenarnya dia tahu apa yang di maksud istrinya. Tetapi dia berlagak tidak tahu untuk mencari aman.

"Yee si Ibuknya malah ga percaya, udah ada buktinya tuh kalo gada kabar kan sampek sekarang," si Ibu satunya ikut ikutan mengompori.

"Heh, tak kasih tau ya Buk. Orang yang udah kerja di luar negeri itu pasti rumah tangganya bakal hancur, bakal kecantol tuh sama orang sana," Ibu Ibu lainnya menganggukinya.

"Liat aja tuh rumah tangganya si Ika sama Royan, itukan suaminya juga kerja di luar negeri Buk."

"Trus si Heni sama Lukman, itu juga cerai Buk. Padahal belum lama mulai kerjanya disana, paling juga masih setengah tahun."

"Maap to Ibu ga denger tadi." Sedangkan Vanda masih tertidur lelap, di samping kanan kiri dan bawahnya di batasin bantal agar tidak jatuh. Jadi Nenek Khom tenang kalau ingin melakukan kegiatan apa saja tanpa khawatir pada cucunya itu.

"Sshhhh… ." Nenek Khom terhuyung ke belakang menubruk pintu dengan sedikit keras.

Ibu Tina hanya menatap Ibu kandungnya itu dengan tatapan tidak peduli. Langsung saja berlalu melewati Nenek Khom yang masih terduduk kesakitan tanpa mempunyai rasa bersalah.

Nenek Khom tidak perduli dengan sikap anaknya yang tidak peduli dengannya saat ini, hanya saja punggungnya saat ini terasa sangat sakit. Ingin berdiri pun rasanya tidak bisa.

"Oekkkk oekkkk," suara tangisan Vanda membuat Nenek Khom mau tidak mau harus bisa berdiri.

Dengan sekuat tenaga dan menahan rasa sakit di punggungnya, akhirnya Nenek Khom bisa berdiri dan segera berlari ke arah kamar untuk melihat Vanda yang tadi menangis.

"Tpi Ibuk ga punya uang buat beli motor semahal itu nduk," mata teduhnya terus menatap mata anaknya. Memancarkan rasa sakit namun tertahan. Ada genangan air mata di bawah kelopak yang sudah siap untuk turun.

"POKOKNYA GAMAU TAU HARUS ADA!!"

"Cupcup, tidur yang nyenyak ya cucuku yang cantik," Nenek Khom menidurkannya di sebelahnya. Tak lupa juga memasang gulih di sisi kiri kanan dan bawah agar Vanda tidka terjatuh.

"Mmmm," bibir mungil Vanda mulai rewel yang bertanda dia sudah mengantuk. Nenek Khom menepuk pelan paha Vanda gara cepat tertidur.

Disisi lain, Pak Yuan tidak mengajak ngobrol Ibu Tina sama sekali. Langsung memasuki kamar dan tidur membelakangi Ibu Tina. Dia masih kaget dengan obrolan tadi di ruang tamu.

Angin kencang membuat dahan dahan pohon meliak liuk kesana kemari. Suasana ini sangat mendukung perasaan keluarga Vanda saat ini.

Di dalam rumah, Vanda sedang di baringkan di kamar sembari menyedot sebotol susu. Di sampingnya ada Nenek Khom yang selalu menemani Vanda.

Namun, kini pikiran Nenek Khom tidak terarah pada Vanda. Kepikiran bagaimana anaknya di dalam pesawat jika cuacanya hujan deras seperti ini. Hany aitu saja yang memenuhi pikirannya saat ini.

"Hehh Buk," Kakung Karman menggoyang goyangkan pundak Nenek Khom sedikit kencang membuat sang empu tergkaget.

"Apasihh Pak ngagetin aja," sewot Nenek Khom sembari memukul pelan lengan Kakung Karman. Kebiasaan cewe kan suka banget mukul cowo wkwkw… .

"Lah kok jadi aku yang di pukul, orang Ibuk yang di panggilin dari tadi ga nyaut nyaut," bela Kakung Karman yang tidak terima disalahin.

"Trus ngapain tadi manggil manggil?" tanyanya.

"Kamu gamau pikir pikir lagi sama keputusanmu?" akhirnya Pak Yuan bertanya memastikan lagi benar atau tidaknya.

"Apanya yang dipikir? orang udah fix tinggal berangkat doang," jawaban Ibu Tina sudah sangat jelas jika dia tidak ingin merubah keputusannya.

"Meskipun mas larang juga aku bakal tetep berangkat," Pak Yuan tidak melanjutkan lagi obrolannya, karena pikirannya sudah membuatnya pusing.

Kembali memukuli Nenek Khom tanpa ampun. Nenek Khom hanya pasrah terus berusaha melindungi tubuhnya dari serangan bertubi tubi anaknya. Sewaktu itu Kakek Man sedang tidak berada di rumah, jadi kejadian ini tanpa sepengetahuan siapapun.

Ibu Tina bisa leluasa untuk memukuli Ibunya, lebih tepatnya menghajar.

"Nyesel aku di lahirin di keluarga miskin kek gini," ucap Ibu Tina seraya pergi meninggalkan Nenek Khom yang meringkuk menahan sakit di sekujur tubuhnya.

"Cupcup sayangg, haus ya pasti. Bentar ya nenek bikini susu dulu," ucapnya dengan mengusap usap kepala Vanda dengan lembut.

Ketika sudah di minumkan susu, Vanda mulai bisa diam dari tangisnya. Tiba tiba Ibu Tina datang dengan bersidekap dada di depan pintu. "Bawa aja tu anak, berisik!" setelah ngomong seperti itu, dengan rasa tidak bersalah langsung pergi begitu saja. Padahal itu anak kandungnya sendiri, tetapi Vanda seperti tidak di anggap oleh Ibu Tina.

"Ehh ini bukannya baju mas Yuan? kok Ibu yang nyuci?" melihat ada baju suaminya yang sedang di rendam bersama pakain lainnya. Mengangkatnya dan bertanya kebingungan pada Ibunya ini.

"Tapi anak saya ga bakal gitu kok Buk," bela Nenek Khom terus. Matanya mulai khawatir setelah mendengar omongan Ibu Ibu itu.

"Aduh Buk, jaman sekarang tu udah banyak yang kek gitu. Bahkan yang bareng sama sama di rumah aja juga kadang masih kecolongan, apalagi yang jauh di luar negeri," Ibu Ibu itu tetap ngotot memberitahu jika sudah banyak kasus yang terjadi ketika seseorang sudah bekerja di luar negeri.

"Pura pura lupa apa gimana haa!!" mata Nenek Khom memicing, melihat itu Kakung Karman langsung menelan ludah dengan susah.

"Di bilang jangan keseringan minum kopi, lambungmu itu dah ga kuat. Masih ae bandel," terus saja mengomel tanpa henti.

Nenek Khom juga setuju dengan omongan Kakung Man barusan. Tapi pikirannya terus menerus membayangkan yang tidak tidak buat kedepannya nanti.

Pikirannya terus menuju pada bagaimana nasib Vanda dan rumah tangga anaknya ini. Mau di kemanain rumah tangganya nanti. Karena ada rumor kalau orang Indonesia yang bekerja di luar negeri itu pasti rata rata rumah tangganya akan hancur.

Akan ada perselingkuhan disana, karena yang dirumah tidak akan pernah tahu apa yang Ibu Tina lakukan nanti disana. Bahkan pekerjaan Ibu Tina nanti disana saja Nenek Khom tidak di beritahu.