Guzel sudah duduk di salah satu sofa di dalam ruang kerja Shawn, Arrabela mengatakan padanya bahwa Shawn sudah menunggunya disana.
" ayo kita bicara "
Lagi-lagi Guzel dikejutkan oleh kedatangan Shawn yang selalu datang dengan tiba-tiba.
" bisakah kau tidak mengagetkan ku Tuan " ujar Alzyas dengan kesal
" aku tidak mengagetkan mu " sangkalnya dengan santai tidak perduli wajah Guzel yang sudah seperti gunung api
" baiklah terserah apa katamu!! " Guzel benar-benar jengah dengan sikap Shawn yang menurutnya sangat dingin dan menyebalkan
" apa yang ingin kau katakan, cepat lah mataku sudah mengantuk karena besok aku harus pergi ke universitas untuk mengambil surat tugas ku "
Tanpa menjawab, Shawn menyodorkan selembar kertas pada Guzel, dengan sedikit ragu dia meraih kertas yang diulurkan oleh Shawn, bola mata Guzel membulat membaca semua poin peraturan apa saja yang boleh dia lakukan dan apa saja yang tidak boleh dia lakukan.
" apa maksudmu dengan semua ini, kau tidak berhak mengatur hidup ku " Guzel melempar kertas itu tepat di hadapan Shawn dengan nafas yang menggebu-gebu kedua matanya berkilat tajam
" aku berhak mengatur hidup mu, karena kini kau sudah menjadi tanggung jawabku karena ibumu sendiri yang memintaku " Shawn masih terlihat santai berbanding terbalik dengan Guzel yang sudah diselimuti emosi
" mau tidak mau, kau tetap harus mengikuti peraturan yang sudah aku buat untuk mu, dan itu berlaku mulai hari ini " Shawn sama sekali tidak ingin di bantah, dirinya berlenggang pergi tanpa menghiraukan sumpah serapah yang di lontarkan oleh Guzel
~~~~~~~~~~~
" hahahahahaha " Juliet dan Christien tertawa terbahak-bahak setelah mendengar cerita Guzel yang merasa hidup di dalam penjara
" apa saat ini kalian sedang berbahagia diatas penderitaan ku " tawa Juliet dan juga Christien yang tadi menggelegar seketika pias mendengar sindiran pedas dari Guzel
" sahabat macam apa kalian " cibirnya dengan jengkel
" Shawn hanya melarang mu untuk tidak pergi ke NightClub, memakai pakaian yang terbuka, setiap jam sembilan malam kau harus sudah berada di mansion, kau juga tidak boleh pergi bersama lelaki yang tidak dia kenal dan bahkan kau harus menuruti semua perintahnya tapi bersyukurlah, setidaknya dia tidak melarang mu untuk pergi bersama kami, dan tidak melarang kami untuk datang mengunjungi mu di mansion nya " Juliet merangkul Guzel
" aku yakin Shawn melakukan itu semua untuk kebaikan mu apa lagi dia menerima tanggung jawab ini langsung dari ibumu " ungkap Christien
" kalian tahu bahwa aku selalu melakukan apapun yang aku inginkan dan tidak ada satupun yang bisa melarang ku, tapi sekarang aku seperti hidup didalam kandang!!! aku harus menunggu Tuanku membuka kandang baru aku bisa keluar " Guzel benar-benar tidak habis pikir dengan peraturan yang dibuat oleh Shawn.
" apa lagi dua orang bodoh disana yang selalu mengikuti ku " Guzel semakin merengut kesal, matanya menatap jengah kedua pengawal yang sudah diperintahkan oleh Shawn untuk mengikuti kemanapun dia pergi
" tenang lah mereka akan menjadi urusan kami " Juliet mengedipkan sebelah matanya lalu merangkul Guzel begitupun dengan Cristien
" oh ya bagaimana kabar ibumu? "
" sore ini aku akan mengunjungi Mommy ke rumah sakit apa kalian mau ikut? "
" tentu " Christien dan Juliet mengangguk dengan antusias.
" kami sudah lama tidak bertemu dengannya " ujar Juliet
~~~~~~~~
Sesuai dengan rencananya, Guzel pergi kerumah sakit untuk menjenguk ibunya bersama Juliet dan Christien begitupun dengan kedua pengawal yang terus mengekor di belakang mereka
" kalian tunggu saja disini, aku dan kedua temanku ingin menjenguk ibuku " Austin dan Marvel saling lempar pandang
" tenang, aku tidak akan lari aku hanya ingin menemui ibuku " Guzel sedikit jengkel karena kedua Lelaki itu menatap nya awas.
" jika kalian tidak percaya, kalian boleh bertanya pada Tuan kalian!!!! aku sudah lebih dulu meminta izin padanya!!! " ungkap Guzel dengan jengkel karena Austin dan Marvel tidak mengindahkan ucapannya.
Akhirnya Austin dan Marvel pun memberi jalan untuk Guzel setelah gadis itu menunjukkan pesannya yang dia kirim ke Shawn secara pribadi. Dengan langkah cepat gadis itu dan kedua temannya masuk kedalam lobi utama rumah sakit.
" Mommy... "
Dengan antusias Guzel membuka pintu bansal, namun betapa terkejutnya gadis itu saat melihat nenek, paman, dan bibi dari keluarga ayah nya ada di sana.
" wah kebetulan sekali kita bertemu disini " seorang wanita tua menghampiri Guzel menatapnya dengan senyum sinis terlihat dengan sangat jelas bahwa wanita tua itu membenci Guzel.
Wanita tua itu adalah Yulian nenek Guzel, istri dari kakeknya yang bernama Ibram.
" untuk apa kalian datang kesini, bukan kah kita tidak memiliki urusan lagi " serunya yang masih menahan agar emosi nya tidak meledak.
" gadis kurang ajar, apa ini yang sudah diajarkan oleh ibu mu bagaimana cara bicara dengan orang yang lebih tua dari mu!!!! " wanita tua itu menghentakan tongkat nya.
" untuk apa aku harus bersikap sopan pada kalian " desis Guzel yang sedikitpun tidak merasa takut
" Guzel, bicara lah yang baik padanya, walau bagaimanapun mereka adalah keluarga mu " suara lemah itu mengalihkan pandangan Guzel
" dia bukan keluarga ku!!!!!! " bentak Yulian
" benar sekali, dia tidak pantas menjadi bagian dari keluarga Ibram " sahut seorang lelaki, Dominic kakak sulung dari mendiang George menatap remeh kearah Angel dan Guzel secara bergantian
Bohong jika Guzel tidak merasa sedih dan sakit hati ketika keberadaan nya tidak diakui oleh keluarganya sendiri entah dosa dan salah apa yang sudah dia dan ibunya lakukan hingga mereka begitu dibenci, mati-matian dia menahan agar airmata nya tidak tumpah.
" Mommy lihat, harus kah aku masih bersikap sopan pada mereka yang juga tidak memiliki sopan santun " Guzel sama sekali tak menghiraukan tatapan tajam dari Yulian.
Juliet dan Cristine hanya diam terpaku melihat perseteruan keluarga itu, mereka bisa melihat ketidak berdayaan Guzel diperlukan buruk seperti ini apalagi dengan kondisi ibunya yang sedang sakit.
" langsung saja pada intinya Mom, kita tidak usah berlama-lama disini, karena aku sangat merasa jijik melihat mereka berdua " seorang wanita yang berpenampilan glamor dengan make-up tebal yang menutupi wajah sombongnya menghampiri Yulian, dia adalah Bianca istri dari Dominic kakak sulung mendiang George.
" tentu, aku saja merasa ingin muntah melihat gadis sombong ini " setelah mengatakan itu Yulian berbalik kembali memandang Angel yang terbaring lemah di atas bankar
" cepat kau tanda tangani surat ini " perintah Dominic
" tunggu dulu!!! apa maksud kalian menyuruh Mommy untuk menandatangani surat ini " Guzel merampas kasar berkas yang disodorkan oleh pamannya Dominic kearah ibunya
" kami akan mengambil semua aset yang di tinggalkan oleh George, karena kau dan ibumu tidak berhak sama sekali atas itu semua "
" apa kalian sama sekali tidak memiliki hati nurani, aset itu adalah kerja keras Daddy dan sudah di atas namakan aku dan juga ibuku!!!! " pekik Guzel yang tidak terima
" kau dengar baik-baik gadis sombong " Yulian kembali mendekati Guzel yang sudah dipenuhi oleh amarah
" George adalah putraku, aku yang lebih berhak atas itu semua bukan kalian!!!! kalian hanya sampah dan benalu di keluarga Ibram!!!! " teriak Yulian memandang Guzel dengan begitu tajam
Guzel mengepalkan kedua tangannya dengan erat, matanya berkilat nyalang mendengar Yulian yang selama ini di panggilnya nenek justru menyebut nya sebagai sampah dan benalu, seumur hidupnya dia tidak akan pernah melupakan semua hinaan serta cacian ini.
" Hentikan Guzel!!!! "
Guzel yang hendak membalas hinaan Yulian terpaksa kembali menutup rapat mulutnya, saat mendengar suara gemetar sang ibu, mata Angel sudah berkaca-kaca dia memberikan isyarat pada anak kesayangannya agar tidak kembali mengeluarkan suara.
Dengan tangan yang bergetar, Angel meraih berkas ditangan anaknya kemudian menanda tangani beberapa lembar kertas yang sudah diberikan oleh Dominic. Bianca tersenyum puas setelah melihat Angel menanda tangani semua surat itu. Setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan Yulian, Dominic, dan Bianca pun pergi tanpa permisi serta menatap jijik kearah ibu dan anak itu.
" kenapa Mommy memberikan semua surat kuasa itu pada mereka, padahal itu satu-satunya peninggalan Daddy " Guzel sangat menyayangkan tindakan sang ibu
" untuk apa kita mempertahankan sesuatu yang memang bukan milik kita nak "
" tapi Mom, rumah itu adalah satu-satunya peninggalan Daddy begitu banyak kenangan ku bersama Daddy di rumah itu.... mereka semua sudah kaya raya kenapa harus merampas milik kita juga " gagal, Guzel gagal menahan air matanya agar tidak keluar
Yah, Rumah.... Rumah yang sangat berarti bagi Guzel. Rumah yang sudah memberikannya kebahagiaan dan kenangan terindahnya bersama kedua orang tuanya
Angel menatap Guzel dengan penuh kesedihan, sebenarnya dia juga tidak ingin menyerahkan rumah itu, tapi apalah dayanya yang tidak bisa mempertahankan yang memang seharusnya menjadi hak Guzel putrinya, dia tidak ingin Guzel menghadapi kesulitan di masa depan nanti, belum lagi status Guzel yang sebenarnya. Kini satu-satunya orang yang bisa dia harapkan hanya Shawn, sahabatnya sekaligus lelaki yang sudah mengambil hatinya sejak dulu.
" maafkan Mommy Guzel " suara lirih itu begitu terdengar sangat memilukan di telinga Guzel
Guzel langsung memeluk Angel yang terbaring lemah, dirinya merasa bersalah karena sudah meninggi kan suaranya kepada sang ibu.
" harusnya aku yang meminta maaf Mom " Angel mengusap lembut kepala Guzel dengan penuh kasih sayang.
" apa Guzel ingin mendengar cerita Mommy? " meskipun ragu tapi Guzel tetap mengangguk.
Angel Kembali mengingat masa kecilnya dahulu, dimana dirinya berteman dengan lima lelaki tampan yaitu Shawn, George, Xavier, Samuel dan Mike.
Mungkin cerita ini akan sedikit meredam kemarahan Guzel, sekaligus meyakinkan Guzel bahwa Shawn adalah lelaki yang sangat baik tanpa mengurangi ataupun melebihkan Cerita Angel mengalir begitu saja.
Mendengar sekilas cerita dari sang ibu, kini Guzel semakin merasa penasaran dengan lelaki yang sangat menyebalkan itu.
" sepertinya kau akan terus terikat dengan Shawn, Guzel " bisik Christien
Mereka bertiga kini dalam perjalanan kembali ke mansion, karena hari sudah mulai malam dan Guzel tidak ingin membangunkan singa yang sedang tidur.