Chereads / Aku Pelakor / Chapter 6 - Pelakor Apa Bukan?

Chapter 6 - Pelakor Apa Bukan?

Anya membelalakkan matanya mendengar penuturan Zora. Dia lalu membungkuk mengambil dus yang jatuh tanpa mengalihkan pandangannya dari Zora.

"Bentar, bentar, apa tadi, gimana?" Tanyanya dengan bingung menghampiri Zora.

"Iya, kak Tirta itu punya istri, Nya," jawab Zora santai seolah itu hal yang sangat wajar.

Anya menyeret bangku tinggi untuk duduk di sebelah Zora, masih tanpa mengalihkan matanya walau sedetikpun. 

"Emh, coba cerita dari awal deh, aku gak terlalu paham rasanya."

"Dari awal gimana lagi, aku kan uda kasi tau kapan aku kenalan sama dia, terus sekarang kita deket, terus soal percakapan aku sama dia tadi pagi ke kamu, aku udah cerita banyak banget. Awal gimana lagi sih?"

Anya menopang kepalanya dengan tangannya yang disandarkan ke meja makan, berusaha memahami kondisi Zora.

"Ra, aku… Duh gimana ya ngomongnya… Gini loh, aku paham kalau kamu ga bahagia sama mas Arman. Aku sungguh paham kalau kamu merasa butuh mencari perhatian dan kasih sayang dari sosok lain, aku paham, beneran. Tapi kalau sosok lainnya itu punya istri sah… Aku gak mendukung kamu sama sekali deh, Ra."

Zora terdiam.

Anya terdiam.

Hanya suara anak-anak mereka bermain dan tertawa dengan Miu kucingnya Abel di teras belakang.

***

🎶🎶🎶

Handphone Zora bernyanyi, itu nada panggilan telepon dari Tirta. Zora bangkit untuk mengambil handphone di dalam tasnya di dekat tumpukan dus kosong di ujung ruangan tempat dia dan Anya berada.

"Ya, kak," jawab Zora lembut tapi tidak manja seperti biasanya.

Anya memperhatikan dari tempatnya duduk, tidak bergeser ataupun menghampiri Zora, otaknya masih berusaha memproses situasi Zora saat ini.

Di ujung telepon sana Tirta merasakan emosi Zora yang terdengar murung, tidak seceria biasanya, dia pikir suami Zora pulang lebih awal dan Zora jadi tidak semangat menerima panggilan telepon darinya.

"Suami kamu udah pulang, sayang?" Tirta bertanya dengan suara lebih pelan dan berhati-hati.

"Nggak, bukan, aku masih di rumah temenku, yang tadi anaknya kujemput itu, kak."

"Ooohh… Tapi koq suaranya lemes gitu, yang?"

"Emh… Engga kenapa-kenapa sih kak… Tapi kayanya kita ngobrolnya nanti lagi deh ya, aku ga enak sama temenku."

"Ohh, oke deh kalau gitu. Eh jangan lupa cek duetan kita itu, yang. Dapet bonus koin banyak loh! Sama naik level pastinyaaa…" Tirta berusaha terdengar ceria siapa tahu dia bisa membuat Zora merasa lebih baik.

"Iya, nanti aku liat. Udah dulu ya."

Zora mematikan telepon tanpa menunggu jawaban dari Tirta lalu memalingkan wajahnya ke arah Anya.

Anya mengarahkan jari telunjuknya ke arah Zora lalu ke arah bangku tinggi, mengisyaratkan Zora untuk kembali duduk di tempatnya semula. Zora merasa gugup karena tahu akan disidang. Bibirnya menguncup tanda tak senang.

"Oke, dari kapan kamu tau kalau dia udah beristri?" selidik Anya.

"Udah lama."

"Dari kapan? Kamu kan kenal dia Oktober akhir katanya."

"Ya, jadi gini. Awal mulanya. Aku kan waktu itu deket sama cowo bule, Nya…"

"Hah??!" Anya memotong cerita Zora yang baru saja dimulai.

Zora tertawa kecil merasa malu.

"Jadi kamu ini ngapain sih?? Sumpah  loh guwa gak paham, Ra," Anya melipat lengannya di depan dada dan memundurkan tubuhnya sedikit, "lu cerita loncat-loncat deh, asli guwa gak bisa masuk ke cerita lu," Anya tampak kesal.

"Kalau kuceritain semua, panjang banget, Nya."

"Oke, tunggu bentar," Anya beranjak dari tempat duduknya ke arah lemari dapur. Diambilnya tiga toples berisi cemilan lalu diletakkannya di meja di depan Zora. Lalu dia pergi lagi ke arah kulkas kali ini, "mau minum apa kau?" tanyanya sambil menilik isi kulkas, "aku ada kopi susu, sirup buah, bir kaleng, sama soda."

Zora tertawa terbahak-bahak sampai tersedak dan terbatuk-batuk.

"Lah, mbaakk, malah nawarin minuman dingin, hahahaha!!"

"Ya kan lu bilang ceritanya panjang amat, ya kita butuh amunisi, minccceee!!" Anya menepuk dahinya sambil membuat wajah jelek meledek Zora, "aku mau kopi niiihh, kamu mau yang mana? cepetin!"

"Ya udah aku kopi juga deh."

Anya membawa satu botol besar kopi susu yang sudah diminum kira-kira sepertiganya, Zora membuka tiga toples berisi cemilan ketika Anya meletakkan dua buah gelas dan mengisi salah satunya untuk dirinya sendiri.

"Okeh! Kita mulai. Cerita petualangan Zora mencari cintak."

Zora tertawa lepas.

"Oke, si bule dulu, gimana." Anya meneguk kopi dan mengambil cemilan keripik  kentang.

"Ya… Kan aku download apikasi nyanyi itu ya… Terus ya nyanyi-nyanyi karaoke gitu lah… Itu ada level-levelnya gitu Nya, buat aku sih seru ya… Kayak game gitu, cuma tantangannya nyanyi, gitu."

"Iya, terus…"

"Di situ aku di private chat sama orang-orang luar, Nya. Waktu awal-awal banyaknya orang Singapore sama Filipin gitu. Nah, lama kelamaan, aku nyambung sama cowo Singapore ini, namanya Jo. Suka lah pokonya. Orang Indo juga banyak yang jadi deket beneransampe sekarang sih, ada tuh orang Lombok namanya Felix, uda punya istri, sama anak…"

Anya menunjuk wajah Zora dengan jari telunjuknya, "cowo beristri lagi??"

"Ihh, ngga, sama Felix aku gak ada hubungan apa-apa, beneran temenan, dia ada punya toko online gitu, jualan pajangan mahal-mahal gitu, aku waktu itu beli dari dia. Itu yang aku kasih ke kamu hiasan kucing itu juga aku beli dari dia… Suwer kita jadi temenan biasa aja bener."

"Hmm… Oke, oke, lalu?"

"Nah sama si Jo ini aku baper, Nya. Udah agak lupa sih gimana pertamanya, tapi pokoknya aku baper parah aja sama dia. Waktu itu dia sweet banget gitu lah pokonya sama aku. Neleponin pagi siang sore malem, malah kadang subuh…"

"Subuh? Lah, mas Arman kan di rumah?"

"Aku kan kadang tidur sama Oky, Nya…"

"Oooohhh… Oke, oke, lalu?" Anya manggut-manggut sembari mengusap-usap dagunya

"Yah, kayaknya sih aku deket sama si Jo itu sebulan lebih dikit ya… Itu yang intense nya aja ya, kalau dihitung dari awal kenal banget mungkin ada kali ya tiga bulanan totalnya aku ada hubungan sama si Jo ini."

Zora meneguk kopinya, membasahi tenggorokannya yang kering karena bercerita panjang lebar.

"Terus, ya gila, ya… Tiba-tiba ya masa aku di-chat sama nenek-nenek psycho tau gak Nya!"

"Nenek psycho gimana?"

"Ih beneran loh nenek-nenek, umur 47an gitu deh kayaknya, kalau posting moments ke UsSing dia pake bajunya tanktop gitu, itu belahan dada kemana-mana! lipstik merah cabe. Duh gila bener dah!!" Zorra menepuk-nepuk dahinya sambil menggeleng-gelengkan kepala frustasi, lalu melanjutkan, "itu nenek ngamuk, Nya, katanya aku ngerebut pacarnya tau gak!"

"Pacar?"

"Iya, si Jo!!"

"Ooohhh… Mereka beneran pacaran?"

"Ya nggak gila!! Si nenek sihir itu orang thailand!! Jo tinggal di Singapore!"

"Woooo!!! Pacar online?" Anya menjawab dengan histeris

"Iyaaa!!! Pacar online dan belom pernah ketemu. Dia ngamuk gara-gara aku komen pake emoji love!! Itu kan maksudnya aku suka sama lagu dia ya, bukan mencintai dia. Ah gila, guwa dilabrak sama orang ga jelas disebut ngerebut pacarnya. Pelakor katanya guwa, Nya!" Zora cerita dengan nada berapi-api sambil berdiri dan menepuk-nepuk meja berulang kali.

"Oooohhh," Anya manggut-manggut sambil menaikkan alisnya, "ga terima disebut pelakor ya? kalau sama si Tirta-Tirta ini sekarang, kamu pelakor apa bukan?"