WARNING TYPO!
Akhirnya pada pukul lima, Galang pulang setelah dia melihat pesan yang dikirimkan oleh Mamat tentang anaknya yang mengamuk menginginkan tidur bersamanya. Dia sempat marah dan berkata itu hanya akal-akalan dari Dita saja, tapi supirnya berkata.
"Ini kiriman dari pengasuhnya Arsa pak, dia sendiri bilang tiga malam Arsa tidur tengah malam nungguin bapak pulang buat nemenin tidur."
Begitu dan segera ketika subuh, dia melepas pelukan kekasihnya dan berganti pakaian untuk segera menuju rumah tempat dia tinggal bersama istri dan anaknya. Perihal Arsa selalu menjadi hal sensitif sebenarnya bagi Galang, hanya saja sering kali dia berburuk sangka jika kelakuan Arsa di akibatnya omongan tidak baik istrinya.
Anehnya, Dita tidak pernah membalas ucapan makian ataupun tiap kalimat yang memiliki nada marah. Dia hanya akan membiarkan, diam dan pergi dari hadapannya. Itu lebih baik, karena kadang kala jika dia marah dan masih melihat wajah sang istri. Rasanya ingin meledak memaki terus menerus karena dia selalu merepotkan.
Dia pulang untuk masuk ke dalam kamar sang anak, dia membuka perlahan pintunya dan menemukan jika di atas ranjang sang anak ada istrinya.
Dengan dress tidur yang terangkat menampilkan kaki jenjangnya, matanya menelusuri dari bawah sampai atas tubuh sang istri sebelum beralih melihat anaknya yang bermuka merah. Ada yang aneh, apalagi deru nafasnya terdengar begitu jelas. Galang dekatkan tangannya dan menemukan jika suhu tubuh anaknya tinggi, segera dia membangunkan istrinya yang tertidur dengan wajah lelahnya.
Mungkin Dita yang terlalu larut dalam tidur sampai tidak bisa merasakan tubuh Arsa dalam pelukanya yang demam, bangun dengan terkejut.
"Dita, Dita!! Arsa badannya panas."
Dita yang lelah karena baru tertidur satu jam dan bangun lagi untuk sholat subuh sebelum kembali tidur, langsung bangun dengan linglung, dia menatap suaminya dengan pandangan mengabur dan sakit kepala hebat yang dia rasakan. kemudian menggeleng pelan memegangi kepalanya, matanya merah dan Galang melihat itu tidak peduli segera mengambil alih anaknya dari pelukan istrinya.
"Ganti baju, kita ke rumah sakit sekarang."
Galang bawa tubuh sang anak keluar dari kamar, kemudian berteriak di depan kamar pengasuh anaknya tepat di sisi kamar Arsa. Nisa dengan baju tidur dan wajah bantalnya segera panik karena teriakan menggelegar sang majikan, ini baru pukul lima tadi dia baru saja selesai sholat subuh sebelum bangun lagi dengan terkejut.
"Buruan kamu siapin baju buat Arsa dan bangunkan Eno untuk siapkan baju saya dan ibu, kita ke rumah sakit sekarang!!"Katanya melewati Nisa segera yang baru saja bangun di depan pintu.
"Pak, Arsa kenapa?!!"Dia bertanya panik tanpa sadar berteriak ke arah Galang yang berlari menuju pintu keluar.
Dita yang sudah sadar sepenuhnya segera mengambil cardigan tanpa mengganti baju tidurnya, dia harus ikut dan tau apa yang terjadi pada anaknya sampai sang suami panik begitu. apalagi tadi suara teriakan, membuat dia ikutan terkejut dua kali.
Keluar dari kamar dia menemukan pintu kamar Nisa terbuka, yang mana pengasuh anaknya itu tengah panik memakai jilbabnya dan keluar menuju lemari baju Arsa.
"Bu, permisi."
Dita hanya mengangguk juga tidak menanggapi lebih lanjut, suara mesin mobil sudah terdengar dia perlu segera ikut dengan suaminya.
Di luar, Mamat yang baru saja bersandar di teras rumah memejamkan mata lelah harus diributkan lagi dengan teriakan Galang yang memanggilnya. Sontak dia berdiri dengan tegak, melihat kacaunya muka Galang segera dia berlari menuju mobil dan kembali menyalakannya.
Arsa yang bergoyanag tubuhnya, akibat gendongan sang ayah bangun mengigau.
"Papah... Alsa mau tidul sama papah...papahh..hikss..."
Tertegun, Galang mendengar suara rintihan itu. Tersadar dengan segera, betapa bodohnya dirinya yang mengutamakan keserakahan dan kesenangannya. Menganggap jika keinginan anaknya bisa dikesampingkan terlebih dahulu, sungguh dia tidak ingin kehilangan putranya.
Ketika Galang menaiki mobil dengan Arsa dalam pangkuan, istrinya datang membawa dompet dan tidak mengganti baju. Tetapi setidaknya dia memakai cardigan untuk menutupi bahu terbuka, itu sudah lebih baik bagi Galang.
"Sekarang ke rumah sakit Mat."Ujar Galang setelah istrinya menutup pintu di sisinya.
Di jalan, mereka yang ada di dalam mobil diam tidak ada suara. Hanya suara deru nafas menggebu milik Arsa yang terasa panasnya menembus baju kemeja yang Galang gunakan, Dita sendiri memegang tangan anaknya. Dia terus merapal doa dalam hati, dadanya berdesir ketakutan. Pikiran buruk itu merasuk dalam bayangan mengerikan, memikirkan jika Arsa akan pergi meninggalkan dirinya itu saja sudah membuatnya lemas kehilangan akal.
Dita menggeleng, itu masih terlalu jauh. Dia harus berhenti memikirkan hal yang belum tentu terjadi, tuhan maha baik tidak seharusnya dia berburuk sangka.
Galang juga tidak berbicara apapun, sebab ada kecewa yang tengah dia tanggung sendiri. Rasa cemas menghantam bersamaan dengan rasa sesal. Andai adalah kata yang sedang Galang ulang dalam hati, andai dia datang bersamaan dengan pesan yang istrinya kirimkan, andai dia segera pulang dan menemui anaknya, andai dia tidak terus berburuk sangka. Mungkin Arsa sedang tertawa begitu bahagia akan kepulangannya, dia akan melihat senyum sang putra yang penuh dengan sinar kebahagiaan.
Tanpa sadar isakan itu dia dengar, di sisinya sang istri tengah menutup mulut menahan tangis. Ada basah di sudut mata sang istri dan tanpa sadar tangannya yang lain memeluk tubuh Dita dari tempat dia duduk.
....
Pukul enam pagi, di tempat lain perempuan dengan kaki dan tubuh yang ideal menurut pandangan banyak orang. Dia begitu cantik dan seksi, tatapan matanya yang tajam selalu berhasil memikat bersama dengan senyuman maut yang begitu menarik.
Melangkah masuk ke gedung tempat di mana para artis yang sudah di casting melakukan meeting bedah naskah yang akan difilmkan. Manajernya mengikuti di belakangnya, beberapa kali berpapasan dengan kru dia tersenyum.
Laras, dia adalah artis papan atas yang terkenal akan suara dan aktingnya dalam dunia perfilman. Dia memiliki suara merdu, yang begitu indah didengar dan dalam ketika di resapi. Namun walau begitu dia lebih pada dunia akting, seorang aktris yang handal dan selalu memenangkan penghargaan dari film yang dia bintangi. Fans yang sangat mendukung juga salah satu dia begitu menjadi artis tersohor dan memiliki banyak kekayaan kedua setelah artis papan atas yang sudah go internasional seperti Agnez.
Begitu bertalenta di depan layar, dia adalah sangat terkenal di kalangan selebritis dan juga kalangan masyarakat. Wajahnya juga menjadi bahan pembicaraan tentang kecantikan dan keanggunan yang dia miliki, tetapi walau begitu sewajarnya ada beberapa kalangan yang tidak menyukai Laras.
Terutama beberapa kru yang mengetahui kedekatannya dengan pemilik agensi yang menaungi artis mereka, yaitu ONCE ENTERTAINMENT yang terkenal dengan training artis pertama di Indonesia.
Sutradara yang sudah memberikan waktu untuk istirahat pada artisnya, segera memanggil kembali untuk bedah naskah. Ini dilakukan untuk mencari tempat yang cocok dan elemen-elemen yang dibutuhkan ketika akan digunakan.
Dia mendapatkan tawaran dari sutradara Arman Herlangga, yang berhasil memegang empat piala award film terbaik sepanjang masa. Hampir semua film yang disutradarai selalu mencapai rating yang tinggi dan ditonton lebih dari 3 juta dan sampai ke manca negara seperti Singapura dan Malaysia, karena melihat sosok Laras yang cocok untuk salah satu tokoh dalam naskah yang akan dia pegang.
Arman akhirnya meminta Laras untuk casting dan dia berhasil mendapatkan posisi sebagai tokoh utama.
"Kita sedang mencari satu orang lagi untuk posisi protagonis kedua, sangat sulit mencarinya karena sosoknya yang manis bermuka dua. Terlalu banyak artis muda yang belum cocok dan belum bisa menjiwai, kita perlu yang sudah berpengalaman."Kata sutradara kepada mereka yang sudah berada di ruang meeting saat ini.
"Tidak apa, kita bisa bedah naskah lebih dulu karena tokoh untuk protagonis kedua nggak muncul di awal."Kata Arman yang dia angguk.
"Masalah untuk protagonis kedua, dua hari dari sekarang kita bakalan adain lagi dan coba hubungi beberapa artis yang mirip dengan tokoh Deluna, saya yang casting mereka nanti."Kata Arman lagi menambahkan.
Kemudian menoleh ke arah Laras yang ada disisinya, dia suka dengan artis satu ini yang selalu cocok untuk memerankan tokoh film yang disutradarai. Dia juga profesional dan selalu totalitas memerankan perasaan dan mimik wajah tokoh dalam filmnya. Hanya satu hal yang tidak dia sukai, ini sudah rahasia umum, yaitu Laras yang seorang simpanan CEO agensi mereka.
Sangat di sayangkan, walau begitu dia profesional selagi Laras bisa diandalkan dan masalah ini tidak menjadi besar sampai ke publik dan merusak rating film yang disutradarai.
"Baik, kalau begitu kita mulai tahapan untuk naskah ini pada...."