Chereads / The Arrogant CEO. / Chapter 5 - CHEATING COUPLE

Chapter 5 - CHEATING COUPLE

WARNING TYPO!!

.

"Papah, nanti beliin aku mainan ya... jangan pergi lagi, papah di sini aja ya..."Suara sang putra ketika tangan kanan nya selesai di infus.

Dengan tampang lemas dan pucat, Arsa memegangi tangan sang ayah tanpa mau melepaskannya. Galang mengangguk sambil mengusapkan tangannya pada kepala sang putra, sungguh mengiris dada melihat putra kecilnya dalam keadaan paling kepayahan.

Mamat sudah melakukan administrasi untuk kamar vip, tinggal menunggu suster membawa anaknya ke ruangan mereka. Dita dengan mata memerah memegangi tangan Arsa sedang anaknya memegang tangan sang ayah, dia tidak mau bangun tanpa ayahnya lagi. Cukup lama dia tidak melihat sang ayah, dia hanya seorang anak kecil yang merindukan sentuhan orang tua lelakinya. Bocah yang tidak tahu apapun prahara orang dewasa dalam rumah tangga orang tuanya.

"Iya, papah di sini."

"Janji?"Tanya suara serak itu.

"Tentu, papah tetap di sini."

Arsa tersenyum sebelum matanya yang berat kembali terpejam, nafasnya teratur sepertinya begitu melelahkan hanya untuk sekedar membuka matanya saja. Tapi tangan itu masih menggenggam tangan Galang tanpa mau dilepaskan, di bawah alam sadarnya dia masih menahan ayahnya untuk tetap di sisi.

Mamat datang tidak lama kemudian, membuka hordeng sekat di UGD bersama seorang suster yang membawa kertas di tangannya.

"Mari pak, saya antar ke kamar pasien."Begitu ucapnya.

Kemudian Galang mengangguk, dia membawa tubuh sang putra dalam gendongan menuju lift mengikuti sang suster. Sampai di kamar mereka, suster itu mengecek kembali selang infus sebelum meninggalkan kamar rawat itu.

Galang bersandar segera di sofa panjang yang tersedia di kamar vip, Dita tetap di sisi putranya setelah menarik kursi dan duduk di sana dalam diam. Wajahnya letih, lingkar mata yang sedikit tebal memberitahukan jika beberapa malam dia tidak tidur dengan baik karena tangisan anaknya.

Kedua orang itu melupakan pertengkaran mereka terakhir kali, melihat wajah letih sang istri yang diam dengan punggung ringkihnya di dekat ranjang Arsa yang tertidur. Anak itu mungkin karena demam dan obat yang disuntikkan, dia menjadi ngantuk karena efek samping obat. Galang merasakan sakit di sudut dadanya, seperti sayatan kecil namun terasa nyata nyerinya. Menghela napas, dia dengan reflek berdiri dan memegang pundak Dita yang ketika dia angkat untuk bangun dari kursi, Galang berniat untuk memindahkan istrinya ke sofa.

Ketika matanya menangkap wajah sang istri yang lesu, ada basah di sudut matanya.

"Dita..."Panggilnya dengan suara tercekat.

"Arsa... Arsa yang..."Suaranya, menyebutkan anaknya.

Matanya memerah, dia mulai menangis, bahunya kembali bergetar dan isakan kecil itu terdengar dalam rungu Galang. Dia memeluk tubuh sang istri yang langsung membalasnya, dia mengusap bahu dan punggung sempit ini. Wanita yang sudah menunggu dan mengurusi anaknya dengan sepenuh hati, Sedikitnya ada rasa bersalah tetapi tidak banyak.

Ada banyak hal yang bisa ditepis dengan alasan yang membenarkan dirinya sendiri secara egois, seperti sebelum dia di minta pulang dengan alasan anaknya. Dia sudah berburuk sangka, mengira jika itu hanya akal-akalan istrinya. Setelah bertengkar dan diusir dengan ucapan sarat akan kesedihan dan emosi agar dia sekalian tidak pulang, maka Galang menuruti ucapan istri nya itu untuk tidak pulang.

"Gapapa, Arsa kuat dan nanti dia bakalan bangun sambil tersenyum."Kata Galang penuh omong kosong, karena entah apa yang harus dia lakukan untuk menenangkan Dita selain ucapan yang dia sendiri saja tidak bisa pastikan.

Cukup lama Dita menangis dalam pelukan suaminya dan karena lelah yang merajai tubuh dan beban dalam pikiran, membuat dia tanpa sadar tertidur dan Galang segera membawa tubuh itu ke dalam gendongan untuk dia pindahkan.

...

Dita bangun ketika mendengar suara tertawa yang nyaring, terganggu dia membuka matanya dan segera tersadar dengan mendadak bangun dari sofa. Matanya terbuka dengan lebar menemukan Galang menggendong anaknya yang tangannya terpasang selang infus, kedua tertawa dan menoleh bersamaan melihat Dita yang duduk dengan tiba-tiba.

"Kamu kenapa?"Tanya Galang menarik tiang infus anaknya mendekat kearah Dita.

Sedang yang ditanya kembali memerah matanya, melihat sosok suaminya masih berada di sini. Tidak meninggalkan mereka lagi seperti sebelumnya, Galang menetap untuk mereka tidak lagi pergi tanpa kabar. Bukannya menjawab jika 'dia hanya terkejut' yang keluar bukanlah kalimat itu, tetapi isakan tangis rasa syukur Dita.

Dia menyadari tetapi mencoba buta, dia mendengar tetapi menjadi tuli karena dia mencintai sosok suaminya. Walau kecewa dengan sifatnya yang begitu kasar dalam ucapan, dia kuat karena rasa cinta itu sendiri. Dalam rumah tangga bukan hanya sekedar manisnya saja, tetapi kepahitan dalam mahligai ini harus Dita terima begitupun sifat buruk sang suami seperti manusia kebanyakan yang memiliki sisi buruknya masing-masing.

"Hey, kenapa nangis?"Galang mengusap air mata di pipi istrinya tanpa menurunkan Arsa dari gendongan.

Dita menggeleng mengusap air matanya dan memegang tangan sang suami di pipinya."Senang saja..."

Galang diam, tidak lama dia tersenyum dan meminta maaf."Maaf ya, buat kamu khawatir. Maaf karena nggak percaya untuk segera pulang."Akunya segera, walau wajahnya sedikit berat karena malu untuk mengakuinya.

Dita mengangguk, dia selalu begitu. Mudah memaafkan dan menerima kembali suaminya yang sempat pergi tanpa kabar, pergi meninggalkan luka padanya dan kembali dengan ucapan yang memang dia katakan sampai hati. Bukan sekedar di mulut.

"Iya..."Jawabnya dengan senyuman walau matanya masih berkaca-kaca.

Mulut Galang akan terbuka menjawab, tetapi pintu kamar ruang inap itu terbuka dan menampilkan Nisa dan Eno dengan plastik berisi makanan. Ini sudah masuk makan siang dan keduanya diberi perintah untuk membeli makanan untuk sang istri dan dirinya, keduanya belum makan dan terlalu lelah pun khawatir sampai lupa dengan perut kosong mereka.

Apalagi Dita, sama sekali belum sarapan pagi. Dia mungkin benar-benar terguncang dan capek sampai tertidur dengan begitu pulas setelah menangis.

Mereka akhirnya makan dengan perlahan setelah Nisa mempersiapkan dan Eno juga memberikan baju ganti untuk istri majikannya, kemudian menunggu sampai Dita keluar dari kamar mandi.

Nisa, dia adalah pengasuh Arsa yang Dita kerjakan. Di rumah mereka ada banyak pembantu dan hanya beberapa yang di ingat oleh majikannya, termasuk mereka yang dekat dengan Arsa. Seperti Nisa, dia ada di kubu Dita sebagai nyonya rumah dan akan membela apapun keadaan nyonyanya sebab pekerjaan ini didapat karena pertolongan Dita.

Kemudian Eno, dia adalah pembantu bagian yang sering mempersiapkan baju orang di rumah. Dia adalah kepalanya, bagian menggosok dan mencuci sudah ada lagi yang memegang. Dia adalah pembantu yang dipekerjakan oleh Galang dan dia berada di belakang tuanya tentu saja. Pembantu di rumah besar itu seakan memiliki kubu untuk mereka dukung. Dan begitulah adanya, mereka semua saling menutupi kesalahan majikan mereka di depan pasangannya. Seperti yang dilakukan Mamat, Nisa dan Eno akan menutupi dan tidak membuka mulut jika itu akan merugikan majikannya.

Arsa yang begitu ringas dan aktif seakan tidak terjadi demam tinggi sebelumnya walau wajahnya masih menyiratkan pusat, semuanya makan dalam kebahagiaan walau ada beberapa ganjalan yang ingin ditanyakan namun terhalang oleh suasana yang tidak tepat.

Sangat jarang menemukan kebersamaan seperti saat ini, nyaman, aman dan damai. Jadi pertanyaan itu disembunyikan dan di telan untuk diri mereka sendiri-sendiri.

Tidak menyadari jika di akun anonim yang cukup terkenal, tengah memposting sebuah foto tanpa nama namun cukup jelas untuk diketahui dan dilihat siapa dua orang yang tengah bermesraan sambil berciuman di depan mobil mewah berwarna merah itu.

...

Arsa sudah pulang, hanya tiga hari dokter menyarankan untuk rawat inap. Diagnosis dikatakan karena Arsa dalam keadaan lelah, kemudian ada radang parah di tenggorokannya. Menyarankan untuk tidak memakan, makanan manis lebih dulu untuk penyembuhan lebih baik lagi.

Galang juga pulang teratur setelah bekerja, tidak ada lagi ketegangan itu di rumah mereka sejak Arsa pulang dari rumah sakit. Dita sendiri juga merasakan dadanya penuh dan perutnya geli karena bahagia, suaminya selalu menyempatkan diri untuk mencuri ciuman padanya ketika akan berangkat bekerja.

Rumah tangga mereka kembali di sirami hangat musim semi, para pembantu juga merasakan itu bersyukur dan terus berdoa agar kedepannya tetap seperti ini.

****

"Ayah janji nemenin aku dan bakalan ada di lumahkan?"Tanya Arsa yang duduk di atas sofa, melihat pengasuhnya membereskan barang-barang mereka untuk pulang.

"Iya, ayah janji bakalan ada di rumah terus."Jawab Galang dengan yakin.

"Yehehehehee... Mah, ayah bilang bakalan ada di lumah telusss!!"Arsa senang mendengar jawaban sang ayah.

Menatap ibunya yang baru saja selesai memotong buah apel, karena mobil jemputan mereka belum datang jadi sambil menunggu Dita memotong buah untuk di cemil karena dia sedikit merasa lapar.

Arsa diizinkan pulang setelah tiga hari perawatan di rumah sakit, hal itu sempat diposting oleh Dita di akun sosial medianya, dia cukup terkenal karena sang suami dan dirinya dulu adalah seorang artis yang kini sudah tidak lagi begitu aktif setelah menikah, apalagi Galang waktu itu sudah di sibukkan dengan pembangunan agensi miliknya.

Dulu, ketika Dita mengenal Galang berpikir bahwasannya dia adalah gunung himalaya yang dingin dan tinggi untuk menggapai. Tidak mungkin dia yang hanya seorang perempuan biasa tanpa hal mencolok lainnya, seperti para jajaran mantan Galang ketika masih bujang dan menjadi artis yang mulai melejit namanya di berbagai acara tv dan perfilman. Hanya tidak menyangka, kala itu Galang mendekat padanya.

Mulai melakukan komunikasi yang baik sampai di mana, dia pikir ini seperti keajaiban.

Galang yang begitu dingin padanya di awal akan mengajaknya menikah di dua tahun mereka kenal sebagai teman dan sebelum itu terjadi, dia sempat meminta, jikalau Galang bukanlah jodohnya maka jauhkan jika memang dia jodohnya maka dekatkan. Di menunggu dan melihat tidak ada jarak di antara mereka, malahan dari waktu ke waktu kedekatan mereka semakin lengket.

Maka Dita menerima lamaran Galang, sebelum kemudian menikah dengan janji suci yang ditawari untuk siaran di televisi. Galang sempat meminta pada Dita untuk menerimanya, karena itu lumayan menghasilkan uang tapi Dita sempat tidak mau. Karena dirinya tidak pernah suka muncul terlalu sering dan di suruh membaca skrip di televisi, dia lebih suka hal yang bebas dia ekspresikan.

Langit masih gelap, seorang perempuan berambut panjang itu baru saja selesai beribadah dan melipat semuanya menjadi rapi dan menaruh di atas meja. Dia melihat ke arah sang suami yang tertidur lagi, berjalan mendekat kearah jendela. Dita membuka hordengnya, di sana benar-benar masih gelap. Menoleh ke arah jam dinding di sana menunjukkan pukul lima pagi kurang.

Membuka jendela balkonnya, udara sejuk langsung masuk dan menabrak tubuhnya. Segar rasanya,kaki tanpa alas kaki itu berjalan menuju svingante swing sofa atau sofa ayunan.Dia duduk di sana, menyandarkan punggungnya dan mulai menarik napas.

Dia bahagia, karena suaminya ada di sini.

...