WARNING TYPO!
.
"Ada yang mau kamu makan? Aku bisa suruh Mamat datang kesini."Galang tidak menjawab pertanyaan Laras.
Dia tidak suka ketika dirinya sedang bersama Laras, tapi sang kekasih malah bertanya perihal istrinya secara tidak tersirat.
Laras sadar pertanyaannya salah, tapi itu memang di sengaja.
"Aku nggak enak, ini tengah malam. Kemarin kamu baru pulang dari rumah sakit, katanya Arsa habis dirawat. Masa kamu sudah disini saja."Katanya masih ingin menambah minyak ke dalam api.
"Kamu lebih milih aku tetap di rumah daripada nemenin kamu di sini begitu?"
Laras bingung, dia seharusnya menjawab 'ya', tapi dia ingin Galang ada di sisinya. Dia tidak ingin ketika pada kru film dan yang lainnya menjenguk dia dalam keadaan seperti sekarang ini akan membuat mereka berpikir untuk mengganti dirinya dengan yang lain, dia ingin mempertahankan peran sebagai tokoh utama filmnya.
Jika Galang ada di sini, dia juga hanya akan mengijinkan beberapa orang saja untuk menjenguknya. Selebihnya tidak diijinkan, dengan tangan Galang dia bisa melakukan apa yang tidak bisa dia lakukan selama menjadi artis junior.
"Kamu ingin aku di sini, sudah pasti."Ujar Galang menjawab sendiri dari pertanyaannya.
Laras tersenyum malu, dia memang menginginkan Galang di sini.
"Aku besok aku di ijinin pulang."Katanya kepada Galang.
"Oke, nanti kita pindah ke rumah yang ada di luar kota, biar kamu juga istirahat. Akhir-akhir ini aku lihat kamu sering banget terima kontrak sampai full time seharian dan bikin aku tunggu lama buat ketemu kamu."Keluh galang kepada kekasihnya ini.
Laras tertawa kecil, dia memang sedang mendorong dirinya sendiri lebih jauh agar menjadi puncak teratas dan memperlihatkan pada mereka yang dulu merendahkan dan mencelanya tahu kalau mereka sudah membuang orang yang salah.
"Aku mau pisang, ambilin..."Pintanya dengan suara manja ke arah Galang yang terkekeh karenanya.
"Mau berapa?"
"Satu saja."
"Punyaku mau?"Tanya Galang dengan tiba-tiba.
Hal itu membuat suasana menjadi beku, keduanya diam saling memandang sebelum Laras menjadi malu dan menutup wajahnya dengan tanganyang tidak di infus.
"Kamu kok bicara begitu!!!"Teriak Laras membuat tawa Galang pecah.
Jika Dita melihat hal ini, dia mungkin akan segera menerjang untuk menampar Galang yang begitu jahat padanya. Bahkan untuk tersenyum dan tertawa bersama saja cukup sulit, pulang sebulan sekali bahkan tidak pernah. Itu sungguh menyakitkan untuk di liat, menusuk dada sampai rasanya mau pecah.
....
Keesokan paginya, kamar rawat inap Laras kedatangan seorang tamu tampan. Dia memiliki aura yang begitu megah dan mewah, alirnya yang tajam mengerut, matanya yang indah itu menatap merendahkan kearah Laras yang langsung merasa terintimidasi dan meminta bantuan Galang dengan meremas tangannya yang ada di dekat ranjang, kemudian matanya beralih ke arah Galang yang seakan di telanjangi.
Dia adalah sahabatnya, teman dekat juga teman yang selalu ada kala dia belum menjadi orang besar seperti saat ini. Sosoknya selalu mendapatkan kebanggan dan penghargaan spesial di hati Galang, masih tidak menyangka dia bisa tau jika dia berada di sini. Apakah ada orang lain yang memberitahukannya?
Sampai sosok Cita masuk dengan wajah takut sekaligus tidak enak, dia tidak menyangka ketika dia datang ke lokasi syuting untuk mengambil beberapa barang yang ketinggalan dia bertemu dengan teman dari CEO mereka yang belum mengetahui apapun soal hubungan Laras juga Galang, dia datang ke lokasi syuting untuk mencari Laras dengan mendatanginya langsung.
Padahal kenyataannya, dia memang mendengar rumor yang mengatakan jika Laras memiliki hubungan dengan Galang sahabatnya. Dia hanya ingin langsung mengkonfirmasi lebih dulu pada Laras sebelum bertanya pada Galang. Karena jika dia bertanya dahulu pada Galang, lelaki itu akan melindungi kekasih tersembunyinya daripada mengatakan kejujuran di depannya.
Dia adalah Petra Devi Mahendra, seorang pengusaha muda yang mengikuti jejak ayahnya dengan terjun di dunia bisnis perusahaan tekstil juga memiliki andil besar pada kain bahan terbaik internasional. Dengan pengetahuannya tentang serat kain dan bahan yang paling terbaik, namanya menjadi besar bersama nama Mahendra di belakangnya.
"Saya kria itu cuman rumor, jadi benar seperti ini kelakuan kamu di belakang istrimu?"Suara Petra seperti sebuah pernyataan.
Cita di belakangnya mengusapkan dua tangannya menatap Laras yang menatap kesal, tanpa suara dia berkata.
'Maafin gue, dia maksa datang dan ngancem buat gue nggak bisa kerja lagi!!'
Tentu saja Cita lebih sayang dengan pekerjaannya, dia bukan maksud mengkhianati Laras. Dia realistis dan tau jika Petra sama berkuasanya dengan Galang dan tidak akan mungkin membantu dia kalau mendapatkan masalah yang bukan siapa-siapa selain manajer dari kekasih simpanannya.
"Petra, ini nggak seperti yang lo liat."Galang mengelak walau bukti sudah nyata di depan mata.
Dia cukup terkejut karena Petra menggunakan bahasa baku padanya, tidak biasanya tapi dia sadar jika bahasa formal itu keluar dari mulutnya mengertikan jika Petra dalam suasana hati yang buruk dan dia tengah marah.
"Kamu seharusnya tahu bagaimana dulu kita membuat sebuah kesepakatan, tapi ternyata kamu melakukan kesalahan jadi jangan salahkan saya kalau memulai untuk mendekat dna mengusik!"Ujarnya dengan penuh peringatan segera di pahami oleh Galang.
Matanya melotot, dia tidak terima jika sampai Petra masuk ke dalam kehidupannya untuk mengusik rumah tangga yang dia miliki.
"Nggak begitu!! Lo nggak bisa ambil siapapun dari sisi gue, ingat kesepakatan kita adalah hal mutlak Petra!!"Galang bersuara dengan nada tinggi sampai membuat Cita dan Laras terkejut.
Ada sesuatu yang mereka sembunyikan dan hanya milik keduanya, Laras melihat bagaimana kekasihnya itu kehilangan emosi menghadapi Petra yang malahan tidak terusik dengan kemarahannya. Dia tetap tenang dengan kaso santai dan celana bahan panjang yang membalutnya bersama sandal keluaran terbaru dari brand terkenal yang hanya ada 10 di dunia.
Laras merasa tidak nyaman, dia seakan merasakan jika setelah ini mungkin dia akan sulit mendapatkan perhatian Galang. Dia harus tau apa masalah di antara keduanya, jika ingin menyelam di keduanya untuk bisa menjadi sandungan.
Petra memiringkan kepalanya dengan tampan dan anggun, dia lelaki bertubuh kekar, otot ada di hampir seluruh bagian tubuhnya terbentuk dengan indah bahkan kaos rumahnya pun tidak bisa menutupi itu. Tonjolan otot yang indah dengan bentuk tubuhnya yang proporsional menggugah mata siapapun yang melihatnya, dia menyeringai untuk melihat kearah Laras yang memucat seakan mulai sadar situasinya tidak akan lagi aman.
"Kamu sudah sadar sebelum dijelaskan oleh kekasihmu sendiri, baguslah."Ucapnya dengan senyuman yang menawan.