Usai makan malam, kedua pria minum-minum di taman.
"Aku tidak menyukainya," ucap Min Seok terang-terangan mengaku kalau dia tidak suka dan tidak setuju dengan Rafida.
"Biarpun Rafida itu terlihat seperti gadis lugu yang tidak menginginkan apapun darimu, tapi dia itu sebenarnya sangat pintar," lanjutnya lagi.
"Kenapa kau berpikir seperti itu?" tanya Mr.Wil heran.
"Coba pikir deh, wanita mana yang tidak menyukai uang huh? Dan kau tiba-tiba menikahinya karena dia ingin semua kekayaan yang kau punya bukan? Aku sering banget melihat cewek semacam ini. Makanya, sebaiknya kau memikirkan segalanya dengan baik dan jangan terpedaya olehnya," jelas Min Seok sangat percaya diri.
Mr.Wil geli mendengarnya.
"Apa kau pernah melihat aku ditipu?" tanya Mr.Wil.
"Aku tidak mencemaskan hal lain, tapi dalam masalah cinta, kau itu seperti papan tulis kosong dengan pengalaman yang sangat sedikit. Siapa yang tahu kau akan gila?"
"Mana mungkin. Menikah adalah keputusanku sendiri."
"Lalu apa kau secara pribadi tahu seperti apa dia?"
"Siapapun dia, aku tetap menyukainya."
"Kurasa kau sudah dibodohi."
"Kalau dia benar-benar membodohiku, aku rela."
Min Seok tak percaya mendengarnya. Temannya yang masih lugu ini benar-benar sedang dimabuk cinta.
"Aku harus ke toilet," ucap Mr.Wil dan pergi dari sana. Sementara Min Seok yang semula tersenyum lebar langsung berubah datar.
***
Min Young mendekati Min Seok yang masih duduk di taman.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini? Kak Min Seok apa kau tidak lihat tadi? Bagaimana bisa Oppa Wil berubah hanya dalam dua bulan. Aku benar-benar tidak habis pikir," ucap Min Young sedih.
"Sudahlah. Lupakan saja dia. Kenapa kau masih terus menempel padanya. Sementara kau tau, kalau dia benar-benar sudah melupakanmu Min Young," bujuk Min Seok frustasi.
"Tidak akan. Aku tidak akan pernah melepaskan Oppa Wil. Kak Min Seok, bagaimana jika kau menjadikan wanita itu artis? Maksudku, buatlah dia sibuk hingga tak punya waktu untuk bersama dengan oppa Wil."
"Aku tidak bisa. Lihatlah betapa bucinnya si Wil itu!" Min Seok pergi dan meninggalkan Min Young yang merajuk kesal.
Keempatnya sudah rapih hendak pulang. Nenek sangat senang dengan kehadiran keempatnya. Terlebih dengan kehadiran keluarga baru.
"Nenek harap kau Min Seok dan Min Young juga akan membawa pasangan kalian saat pertemuan kita berikutnya. Oke," ucap Nenek dengan penuh harap.
"Ah nenek, aku belum ada pikiran kesana," ucap Min Seok dan langsung mendapatkan pukulan keras.
"Ahh sakit nek," keluh Min Seok merengek.
"Kau ini bagaimana? Usiamu sudah hampir empat puluh tahun tapi masih bertingkah layaknya anak muda yang berusia dua puluhan. Lihat lah Wil, dia akhirnya mengakhiri masa lajangnya dan menikahi gadis akhir dua puluhan. Bagaimana dengan Min Young? Dia bahkan baru menginjak dua puluh enam tahun. Kau suka padanya?"
"Nenek!" teriak Min Young protes.
"Sudah pergi kalian. Buat hati ku sakit saja."
Nenek tersinggung karena mendapatkan bentakan dari Min Young dan langsung masuk ke kamarnya.
Ke empat orang itu pun saling diam bingung.
"Hei apa kita bisa ke ronde berikutnya di rumahmu?" tanya Min Seok yang seolah tak ingin pulang.
"Tidak!" tolak Mr.Wil tegas dan langsung menarik Rafida keluar dari rumah tersebut.
Rafida yang kaget tak bisa menyeimbangi langkahnya dengan langkah kaki Mr.Wil. Ia bahkan menutupi bagian atasannya yang tertepa angin karena cepatnya dirinya berjalan.
Mr.Wil menyadari itu. Namun, ia terus menarik tangan Rafida hingga pintu keluar. Said sudah menunggu dengan sangat antusias.
"Silahkan masuk," ucap Said. Sebelum Rafida masuk ke dalam mobil. Mr.Wil melepaskan jas birunya dan melemparkannya ke Rafida.
"Seharusnya kau pakaian dalaman. Memangnya mau pergi ke mana pakai gaun yang seperti itu," ucap Mr.Wil dengan dingin dan masuk duluan ke mobilnya. Rafida pun menyusulnya dengan membawa jas itu.
Sebelum mobil itu berangkat, tiba-tiba saja Min Seok datang dan duduk di bangku samping supir. Dan diikuti oleh Min Young yang duduk di samping Mr.Wil. Membuat Mr.Wil terpaksa duduk di tengah-tengah.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Mr.Wil tidak suka.
"Sudah kubilang. Kita akan ke ronde ke dua. Pak supir ayo jalan," ucap Min Seok semangat dan menyuruh Said untuk melajukan mobilnya.
***
Kini keempatnya pun mulai minum bersama. Min Seok sangat antusias. Mr.Wil hanya diam dan tak minum.
"Oppa kau tidak minum?" tanya Min Young dan menyodorkan segelas bir.
"Sejak kapan aku minum?" jawab Mr.Wil dingin. Rafida terkekeh geli.
Baru beberapa gelas Min Seok sudah mulai mabuk dan bersikap seenaknya.
"Pulang sana!" suruh Mr.Wil merasa semua sudah mulai mabuk.
"Tidak aku mau tidur di sini saja. Tak masalah biarpun tidak ada kamar kosong, aku bisa tidur di sofa," tolak Min Seok sambil berakting mabuk dan ngotot mau tidur di rumah ini saja.
"Aduh! Kepalaku sakit!" teriak Min Seok lagi berpura-pura.
Namun, Mr.Wil tak terpedaya sedikitpun.
"Aturan keluargaku adalah menutup pintu jam 10 malam. Sekarang jam 9.30, kau cuma butuh waktu setengah jam untuk bangun dan pergi," ucap Mr.Wil tegas.
"Apa? Sejak kapan ada peraturan seperti itu?" ucap Rafida kaget, dia baru tahu kalau ada aturan semacam itu di rumah ini.
"Ahh perutku, perutku sakit sekarang," keluh Min Seok pantang menyerah dan langsung jejeritan lebay mengklaim dirinya sakit perut sekarang.
"Aku ... akan ke toilet sebentar. Di mana toiletnya?" ucapnya dan berdiri dengan sempoyongan.
Mr.Wil yang sudah jengah pun menuntun Min Seok untuk pergi ke toilet.
"Apa yang sedang kau lakukan? Jangan macam-macam dan pulanglah! Jika tidak aku tak mau bertemu denganmu lagi!" ucap Mr.Wil tegas.
"Apa kau tidak kasian padaku?" ucap Min Seok lagi dengan memelas. Sementara Mr.Wil yang tidak perduli hanya mendorong Min Seok ke dalam toilet dan menunggunya di depan.
***
Mumpung cuma berduaan, Min Young memanfaatkannya untuk ngobrol dengan Rafida.
"Unni, apa kau tau kalau aku dan Oppa Wil sudah lama saling kenal. Karena itulah aku selalu penasaran wanita seperti apa yang Oppa Wil sukai," ucapnya sok akrab.
"Sebaiknya kau tidak berpikir kalau wanita itu aku, aku juga takut," lanjut Min Young lagi geer.
"Kupikir dia akan memilih Rachel. Ahh atau mungkin unni mempunyai karisma yang tidak dimiliki oleh wanita seperti Rachel?" sindir Min Young dengan melirik Rafida dari atas sampai bawah.
"Ya mungkin saja," saut Rafida dengan sinis.
"Ah apa unni juga tau kalau oppa Wil itu suka pilih-pilih makanan dan punya beberapa kebiasaan. Kalau unni mau tahu, unni boleh tanya padaku saja," tawar Min Young bersikap baik. Membuat Rafida bingung.
"Tidak perlu, aku tidak akan mengganggumu," tolak Rafida.
"Aku bisa tanya langsung padanya," lanjutnya lagi.
Min Young mendengus kecewa mendengarnya.
"Baiklah. Tapi aku tidak punya banyak teman, bolehkah aku menelepon Unni Rara kalau kapan-kapan aku ingin shopping?"
"Tentu, tidak masalah."
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Mr.Wil penasaran dengan kedekatan dua wanita itu.
"Ah tidak ada. Biasalah. Pembicaraan wanita. Oppa tidak usah tau," jawab Min Young manja.
"Min Seok sudah merasa baikan. Min Young, kau bisa pulang bersamanya," perintah Mr.Wil dan mengantar keduanya hingga pintu.
"Kau serius akan mengusir kami?" tanya Min Seok lagi masih ingin berada di sana.
"Aku ... harus bermalam dengan istriku bukan?" ucap Mr.Wil dengan merangkul lengan Rafida dan membuat Rafida gugup dan wajahnya semu merah.