Allesio kecil merasa sedih sekaligus senang. Entahlah, ia juga bingung dengan dirinya sendiri. Betapa bodohnya dia dan betapa tidak berdayanya dia sebagai seorang manusia.
Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, hal ini sama seperti saat ia bekerja. Ia harus menundukkan kepalanya, membuang rasa malunya agar diberikan uang. Orang yang memberikannya uang pun merasa terbantu dengan apa yang ia lakukan. Tidak, laki-laki yang ada di depannya ini tidak memperlakukannya seperti itu, malah ia terkejut karena hal itu. Apa laki-laki ini hanya berpura-pura baik kepadanya? Sangat sulit mempercayai orang lain.
Apakah semua hal di dunia ini harus memiliki prinsip win-win solution?
Apa dia harus mau menjadi anak mereka karena secara tidak langsung anak mereka merenggang nyawa karena telah menyelamatkannya?
Jadi, dialah yang membunuh anak itu? Tidak! Mereka yang memutuskan untuk memberikannya jantung, bukan dia yang meminta mereka untuk menolongnya dan memberikannya jantung.
Tunggu, jika ia punya semua itu. Harta, kekuasaan dan kekuatan, ia bisa membantu panti asuhan tempat ia tinggal, kan?
Jantungnya makin berdegup kencang, rasanya mudah sekali bagi laki-laki itu untuk menariknya dari sini.
Allesio bangkit dari ranjangnya, lalu dengan tiang infus yang selama ini menjadi temannya, ia malah berjalan menuju laki-laki dewasa itu dan memeluk laki-laki itu erat. Rasanya ia sekarang memiliki rumah untuk tinggal dan menetap. Ia punya tempat untuk berteduh dan berlindung. Tapi, sungguh, ia kurang suka dengan cara mereka membawanya.
Laki-laki itu ikut membalas pelukan anak laki-laki yang barunya itu. Rasa sayang langsung ia rasakan di dalam dadanya, mengalir dengan begitu derasnya. Tanpa Allesio kecil tahu, banyak sekali hal yang laki-laki ini akan hadapi nanti hanya untuk mengangkat seorang Allesio sebagai anak angkatnya.
Tapi, saat melihat Allesio kecil sedang tidak berdaya di atas ranjang rumah sakit yang kebetulan sedang lewat di depannya saat itu. Saat ia sedang berdiri di depan ruang ICU sambil menunggu kabar dari dokter atas pemeriksaan anak laki-lakinya. Laki-laki itu langsung luluh, apalagi saat dokter di rumah sakit ini benar-benar sudah pasrah dengan keadaan Ryu.
Pelukan ini terasa benar-benar hangat, tidak ada kebohongan di antara keduanya. Baru beberapa detik mereka bertemu, tapi mereka rasanya seperti anak dan orang tua yang baru dipisahkan dan malah bertemu lagi beberapa waktu yang lalu. Apa ini adalah pengaruh dari jantung yang ada di dada Allesio kecil?
Pantas saja dadanya sering terasa sakit, laki-laki dewasa yang sekarang ia sebut papa itu berkata kalau jantung itu masih berusaha untuk beradaptasi degan tubuhnya yang ternyata cocok dengan jantung itu.
Allesio kecil ingin menolak, sungguh. Diberikan kekuatan, kekuasaan dan harta tidak serta merta menjadikan alasan Allesio kecil menerima tawaran laki-laki dewasa itu, tapi rasa kasih sayang yang entah datangnya dari mana inilah yang membuatnya mau menjadi anak dari kedua orang tua barunya ini. Bahkan adik perempuan barunya ini pun juga langsung menyayanginya.
Awalnya selalu terasa mudah, kan?
Setelah Allesio kecil dan adik perempuannya sehat, setelah semua urusan hukum mengenai anak angkat dan pemberian nama belakang telah usai, papa dan mama baru Allesio langsung membawa Allesio menuju ke rumah mereka. Rumah besar, salah satu kerajaan keluarga Raesha.
Oh iya, bahkan nama Allesio pun sudah berganti. Allesio Aten Raesha. Allesio sangat senang, ia akan memiliki keluarga yang benar-benar akan sangat menyayanginya.
Tapi, sesampai mereka di rumah, Allesio malah harus menerima tatapan sinis dari semua orang yang ada di sana. Keluarga besar Raesha.
Tidak seperti mama dan papa yang memandangnya dengan kasih sayang, mereka yang ada di sini malah melihat Allesio kecil seperti hama yang harus dihilangkan. Sinis, jijik dan benci.
Allesio sudah kuat sejak kecil, apalagi hanya dengan tatapan itu. Tapi, Allesio kecil tetaplah anak laki-laki berusia belasan tahun yang sama sekali bisa merasakan takut.
"Papa bersamamu, jika mereka tidak menerimamu maka papa tidak akan menerima mereka," Allesio melihat ke arah papanya yang masih setia berdiri di sampingan, jangan lupakan tangan papanya yang setia mengelus bahunya hangat.
"Baik, Pa!" Allesio tidak boleh mengecewakan papanya. Allesio harus bisa membanggakan papanya. Papanya saja tidak pernah menyerah atas dirinya, lalu kenapa ia bisa dengan mudah menyerah seperti ini?
"Ini anak yang akan kau angkat sebagai pengganti Ryu, kak?" Seorang laki-laki yang mirip dengan papa baru Allesio kecil berjalan mendekatinya, tepat berdiri di depannya dan tak henti menatapnya. Tatapan itu tidak biasa, tatapan kasihan, tidak ada tatapan kasih sayang.
"Allesio Aten Raesha, dia adalah anak keduaku setelah Ryu Putra Raesha," Papa memperkenalkan Allesio dengan percaya diri, tak lupa papa tersenyum kepada Allesio hangat. Mama pun ikut tersenyum kepada Allesio.
"Kenapa kak Ryu terlihat berbeda, apa kak Ryu mengganti wajahnya?" tanya seorang anak laki-laki itu kepada laki-laki dewasa yang masih berdiri di depan Allesio kecil.
Mau Allesio kecil jelaskan bagaimana situasi di sini?
Sangat ramai. Ada dua orang wanita dewasa, dua orang pria dewasa dan juga anak-anak kecil yang mungkin seumuran dengan Allesio. Awalnya saat melihat ada teman, Allesio merasa sangat senang, tapi tatapan mata mereka membuat Allesio yakin kalau dia tidak akan mungkin mudah mendekati mereka semua.
Rin, Adik perempuan Allesio masih menggenggam tangannya erat, tapi tiba-tiba seorang anak laki-laki menarik Rin dari samping Allesio. Papa dan mama sudah ikut pergi mengobrol dengan para orang dewasa lainnya. Sekarang Allesio hanya ditinggal sendirian di sini.
Allesio sama sekali tidak bergerak sejak tadi, hanya berdiri sambil melihat sekitaran. Ternyata hidupnya tidak pernah mudah. Ia pikir, setelah ada orang baik yang mau menanggung hidupnya maka ia akan dijauhkan dari penderitaan, tenyata dia salah besar.
Padahal ia selalu menderita sejak kecil, tapi kenapa tuhan seakan-akan membuatnya selalu menderita? Sungguh Allesio kecil tidak sekuat yang Tuhan pikirkan.
Allesio belum pernah menangis kecuali ketika melihat adik-adiknya yang merengek minta makan atau ibu panti yang sedang terpojok karena ditagih hutang, tapi sekarang berbeda.
Ia ingin menangis, dikucilkan seperti ini benar-benar membuatnya ketakutan. Apa ia salah menerima tawaran orang baik seperti orang tuanya sekarang?
Aneh, setelah beberapa saat kemudian, Allesio yang sudah kelelahan memilih duduk di tempat ia berdiri dan ia hanya bisa termenung sambil melihat sekitar sambil dikejutkan dengan kelakuan adik barunya yang sangat ia sayang itu.
Ya, Rin tiba-tiba datang dan memukuli kepalanya berulang kali.
"Dasar pembunuh! Kau membunuh Kakakku, kau membunuh kak Ryu dan mengambil kedua orang tuaku!!" Rin menangis dan Allesio rasanya juga ingin menangis. Dada Allesio terasa sesak, mendengar perkataan Rin tadi, Allesio rasanya ingin mati saja.
***
Bersambung