Pembunuh!
Allesio kecil rasanya benar-benar ingin menangis. Dadanya terasa sesak. Tangannya tiba-tiba bergetar. Kakinya pun terasa lemas. Apalagi setelah mendengar apa yang Rin katakan kepadanya tadi.
Rin, adik yang baru ia sayangi ini tiba-tiba memanggilnya dengan sebutan pembunuh, padahal sebelumnya Rin sama sekali tidak pernah bisa lepas dari Allesio kecil walaupun hanya sejenak saja. Rin seakan-akan sangat menyayanginya dan ia ingin selalu menjaga Rin.
"Aku tidak membunuh siapapun!" seru Allesio sedikit keras. Kata-kata itu langsung terlontar begitu saja dari mulut Allesio kecil. Bagaimana ia bisa membunuh seseorang yang bernama Ryu itu, Allesio kecil saja sama sekali tidak mengenal atau bahkan hanya untuk sekedar melihat wajah Ryu.
Sementara itu, di belakang Rin yang sedang berdiri di depan Allesio, ada beberapa anak kecil yang menatap sinis ke arah Allesio. Kebanyakan dari mereka adalah laki-laki, sepenglihatan Allesio kecil hanya ada satu orang anak perempuan di ujung sana, jauh dari Allesio kecil.
Allesio kecil yang masih setia duduk di sana hanya bisa melihat mereka semua dengan kepala mendongak. Dadanya tambah sesak, tiba-tiba laju napasnya sedikit tersendat.
"Kau membunuh kakakku dan mengambil jantungnya. Kau gunakan jantung itu untuk bernapas dan kau biarkan kak Ryu terbunuh!" Kata-kata yang Allesio kecil dengar sekarang bukanlah kata-kata yang seharusnya keluar dari mulut anak perempuan berusia 9 tahun. Allesio yakin ada seseorang yang menghasutnya atau mengajarinya untuk mengatakan hal buruk seperti itu.
"Kak Ryu tidak akan mungkin semudah itu meninggal. Kau pasti merebut jantungnya!" sorak anak laki-laki lainnya yang berdiri di belakang Rin. Anak laki-laki dengan jas warna maroon dan tatapan mata yang sinis ke arahnya.
"Kau adalah iblis. Kau adalah orang jahat yang harus dijauhkan dari Rin!" sorak anak lainnya. Anak itu menarik tangan Rin, sangat kasar. Allesio ingin menghentikannya, tapi, sebelum itu terjadi, seseorang langsung bersorak ke arah Allesio kecil yang sangat tidak berdaya.
"Bahkan kau tidak pantas menggantikan kak Ryu untuk menjadi pemimpin perusahaan!"
Seorang anak laki-laki yang mengunakan jas berwarna biru gelap berjalan mendekati Rin, berdiri tepat di belakang Rin. Tatapan matanya menghunus ke arah Allesio yang masih terduduk di lantai. Allesio benar-benar tidak berdaya jika harus melawan Rin, tapi mungkin berbeda jika ia harus melawan laki-laki di depannya ini
"Jangan bilang kau ingin merebut harta keluarga kami!" soraknya dengan suara yang datar dan tatapan kebencian yang membuat amarah Allesio tiba-tiba timbul. Merebut harta? Hal itu sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Allesio. Allesio menghela napasnya, ia harus sabar.
Semua kata-kata itu sudah Allesio dengar dari dulu hingga sekarang. Kata-kata memojokkan itu mungkin ada benarnya juga. Kalau seandainya papa dan mama tetap membiarkan Ryu di rumah sakit, seandainya papa dan mama membiarkan Ryu masih memiliki jantung ini, mungkin Ryu masih bisa bernapas sekarang. Bahkan mungkin, Allesio sudah sudah bertemu dengan kedua orang tuanya sekarang.
Itupun kalau orang tuanya benar-benar sudah meninggal. Mungkin saja dia malah dibuang oleh kedua orang tuanya. Menyedihkan sekali.
Anak laki-laki berjas biru gelap itu pun menarik kerah baju Allesio kecil, membuat Allesio kecil terpaksa harus berdiri dari posisinya. Semua anak-anak di sana tiba-tiba terkejut dengan apa yang dilakukan oleh kakak tertua mereka setelah Ryu. Nash, itu namanya.
"Kak Nash,"
"Kak Nash," sorak mereka semua serentak.
Tiba-tiba Nash dan Allesio kecil malah terlibat adu tinju yang membuat mereka harus berguling-gulingan di lantai. Nash yang memang tidak bisa berkelahi harus merasakan sakit karena tinjuan Allesio yang membuat sudut bibirnya robek. Bukan hanya itu, sekarang, Allesio malah terlihat seperti orang yang sedang melampiaskan amarahnya. Tidak tahu siapa yang memulai adu tinju itu, tapi sepertinya tidak akan ada yang bisa menghentikan mereka.
Tiba-tiba suara tangisan Rin makin besar, seperti suara teriakan. Semua terjadi dengan cepat, anak perempuan yang jauh dari Allesio itu pun juga ikut menangis. Para orang tua sudah kembali dan mengandeng anak mereka masing-masing.
Orang tua Nash langsung memisahkan Nash dan Allesio kecil. Laki-laki yang mungkin adalah papa Nash itu langsung mendorong Allesio sampai ia terjatuh di lantai, menarik Nash menjauh dari Allesio dan memeluk Nash erat. Semua anak dipeluk oleh orang tuanya dan dijauhi dari Allesio.
Tidak ada satu orangpun yang mengandeng atau memeluk Allesio. Allesio masih dengan pose duduk dan hanya bisa mendongak melihat mereka semua yang sepertinya lebih tinggi darinya.
Rin pun dipeluk oleh mama. Mama yang beberapa waktu lalu menjadi orang tuanya. Tatapan kecewa mama berhasil membuat Allesio lagi-lagi merasa ketakutan. Tangannya bergetar lagi, tapi ia berhasil menyembunyikan kedua tangannya di belakang tubuhnya. Tidak boleh ada satu orang pun yang mengetahui kelemahan seorang Allesio Aten.
"Ada apa ini? Kenapa kalian malah berkelahi?" tanya laki-laki yang sedang memeluk Nash erat, laki-laki itu melihat ke arah sekitarnya, tidak ada satu anak pun yang menjawab. Sementara itu, Rin sudah dibawa pergi oleh mama.
Mama pun hanya diam saja di saat Allesio malah harus menanggung amarah dan tatapan kesal dari semua orang tua yang ada di sini.
Mungkin, pilihan Allesio yang sekarang juga salah. Seharusnya ia tidak perlu hidup dan menerima tawaran mereka untuk diangkat menjadi anak. Apa mungkin Allesio hanya sedang mengisi kursi kekosongan anak pertama mereka yang baru saja meninggal dunia?
Allesio adalah Allesio. Ryu adalah Ryu. Mereka berbeda.
Sedang asik termenung. Tiba-tiba seorang datang dan memeluk Allesio erat. Mata Allesio melebar, rasa hangat langsung ia rasakan dari balik tubuh orang itu yang sedang terduduk di depannya sambil memeluknya erat.
"Apa yang kau lakukan kepada anakku, Nash?" Papa terdengar sangat marah, apalagi dari nada suaranya itu. Allesio tidak bisa melihat ekspresi papanya karena papa yang masih asik memeluknya erat.
"Aku— Aku tidak melakukan apapun," Nash bersembunyi di belakang tubuh papanya. Papa Nash pun malah menatap Papa Allesio dengan ekspresi terkejut.
"Kenapa kakak malah menuduh anakku? Anak laki-laki itu yang memukuli anakku. Anakku tidak bisa berkelahi, mana mungkin dia mau memukuli anak itu!" Papa Nash berusaha untuk membelah Nash. Tapi, dari semua wajah anak kecil yang menyaksikan apa yang terjadi tadi, para orang tua sudah mendapatkan jawaban pastinya.
Papa Allesio membantu Allesio untuk berdiri. Allesio hanya sibuk menudukkan kepalanya. Ia tidak merasa bersalah. Ia tidak takut dengan apapun, sungguh. Kecuali, dengan sesuatu yang benar-benar tidak bisa diubah. Seperti sekarang ini contohnya. Seberapapun papanya berusaha untuk meyakinkan semua orang, Allesio tetaplah hanya anak panti asuhan yang tidak jelas asal usulnya.
"Nash, jawab pertanyaan om dengan jujur! Apa Allesio yang mencoba untuk mendekat dan memukulimu terlebih dahulu?" tanya papa Allesio dan menatap Nash dengan tatapan penuh peringatan. Nash merasa ketakutan.
Apa mungkin Nash akan berbohong?
***
Bersambung