Asap rokok mengepul ke udara, mengisap dan mengepulkannya lagi. Sungguh nikmat bagi Auris. Gadis itu sesekali memejamkan matanya, sensasi manis itu terasa sangat nikmat di mulutnya.
"Malamnya yang indah," gumam gadis itu mematikan rokoknya pada asbak.
Penghinaan dan bentakan kasar Pragma masih sangat tergiang di dalam pikirannya. Harga dirinya terasa diinjak-injak dan Auris sangat benci itu.
"Secepat itu kau melupakan aku Pragma, padahal kita adalah teman masa kecil. Kamu sama sekali tidak mengingatku?" Cairan bening itu kembali merombak keluar dari matanya. Auris mengusapnya dengan kasar.
Auris sangat mengingat pertama kalinya ia bertemu dengan Pragma. Dadanya begitu sesak, melihat Pragma sangat bertekuk lutut pada istrinya.