Chereads / The Smell of Crime / Chapter 22 - Menjadi Target Pembunuh Bayaran

Chapter 22 - Menjadi Target Pembunuh Bayaran

Setelah bernegosiasi cukup lama dan bahkan sampai dengan menggunakan kekerasan, akhirnya dengan terpaksa Carl akan memberikan informasi yang ia ketahui dengan syarat Benjamin melepaskannya.

Namun ternyata Benjamin masih menahan Carl menggunakan borgol, alasannya karena Benjamin tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Lepaskan borgol ini dariku, bocah sialan. Ini tidak sama dengan apa yang sudah kita sepakati,"

"Kau tidak perlu banyak bicara, pak tua. Aku hanya meminta kau untuk jalan," ujar Benjamin sambil terus mendorong Carl berjalan.

Tak lama kemudian mereka sampai di luar ruangan tadi, dengan segera Benjamin menyuruh Carl untuk duduk disalah satu bangku disana.

"Memangnya informasi apa yang ingin kau tanyakan kepadaku?" tanya Carl yang terlihat kesal.

"Aku ingin kau mengatakan kepadaku semua informasi yang kau tahu,"

"Memang siapa Anda ini sebenarnya? Sepertinya saya tidak asing lagi dengan wajah Anda,"

"Aku? Hmm ... Baik akan kutakan yang sebenarnya, aku adalah seorang detektive dari kepolisian, namaku Benjamin dan Anda bisa memanggilku Ben,"

"Benjamin? Apa kau pendatang dari italia itu? Aku sering mendengar para penjahat diluar sana selalu membicarakan seorang pendatang baru dari italia,"

"Hmm ... Aku tidak punya waktu untuk basa-basi, langsung saja kita bicara ke intinya, katakan semua informasi yang kau tahu dan apa rencana yang akan kau lakukan dengan teman-temanmu,"

Benjamin hanya terdiam dan menatap tajam ke arah Carl dengan wajah datar.

"Teman-teman saya? Mereka bukan teman saya, sejujurnya aku sangat membenci mereka,"

"Apa maksudmu mereka bukan teman-temanmu?" tanya Benjamin kebingungan.

"Sebenarnya aku ini seorang mata-mata yang sedang ditugaskan di kota ini dan aku bukan seorang penjahat,"

"Lucu sekali, pak tua. Aku tidak akan tertipu dengan perkataanmu meskipun kau orang tua," ucap Benjamin sambil tersenyum sinis.

"Kali ini aku berkata jujur, tuan. Karena aku kira kau ini seorang penjahat yang dikirim untuk menangkapku,"

Senyum Benjamin

yang tadi terlihat sinispun segera menghilang dari wajahnya, seketika Benjamin

kembali berpikir.

"Aku bisa memberitahu Anda identitasku yang sebenarnya dan Carl bukanlah namaku, namaku yang asli adalah George,"

"Apa kau serius dengan perkataanmu? Lalu untuk

siapa kau bekerja?" tanya Benjamin.

"Aku tidak bisa mengatakan hal itu lebih jauh lagi, karena aku tidak mau membahayakan tuanku,"

"Hmm ... Baiklah aku mengerti, memangnya apa yang sedang kau rencanakan?" tanya Benjamin.

"Saat ini saya sedang menjalankan tugas untuk memata-matai sebuah organisasi kriminal,

"Organisasi kriminal?" tanya Benjamin.

"Mereka adalah sebuah organisasi kriminal yang menamai kelompok mereka dengan nama Costra Nosa,"

"Apa? costra nosa? Kau tidak salah menyebutkan, pak tua?" Benjamin yang sangat terkejut mendengar nama tersebut.

"Apakah Anda mengenal organisasi itu? Sepertinya Anda merasa tidak asing dengan mereka?"

"Hmm ... Costra Nosa merupakan sebuah gangster berbahaya di italia, Anggota mereka menyebut diri mereka pria hormat, namun masyarakat menyebutnya sebagai Mafiosi yang berarti manusia pengacau,"

"Sepertinha Anda tau lebih banyak mengenai organisasi itu, bagaimana jika kita bertukar informasi, tapi sebelum itu kau lepaskan borgol ini dariku.

Aku berjanji tidak akan berbuat aneh-aneh karena kita bisa saling menguntungkan," ucap Carl berusaha membalik keadaan dengan bernegosiasi.

Tanpa ragu sedikitpun Benjamin segera melepaskan borgol tersebut.

"Aku ingin mengetahui lebih dalam tentang organisasi itu, katakan semua yang kau tahu tentang mereka, berapa jumlah anggota mereka dan apa yang mereka lakukan selama ini,"

"Akan ku katakan kepadamu semua yang aku ketahui ... Costra Nosa mempunyai sekiranya seratus lima puluh ribu anggota afiliasi di seluruh dunia,

Cosa Nostra disebut melakukan berbagai kegiatan kriminal dari pemerasan hingga transaksi ilegal bahkan mereka tidak akan segan untuk membunuh lawannya," Jelas Benjamin.

"Aku tidak menyangka jika mereka sebrutal itu dan juga memiliki anggota sebanyak itu, benar-benar mengejutkan,"

"Aku juga cukup terkejut, aku baru tahu jika mereka juga sedang bergerak di prancis, sepertinya aku akan bentrok lagi dengan mereka secara langsung ataupun tidak,"

"Hmm ... Sepertinya ini cukup menarik, bagaimana jika kita berkerja sama dan saling membantu satu sama lain?" tanya Carl.

"Kerja sama? Aku sangat membenci aliansi karena selalu berakhir buruk, oleh karena itu aku memilih untuk bekerja sendiri.

Aku sangat berterima kasih atas tawaran Anda, pak tua, tapi aku tidak bisa menerimanya saat ini,"

"Sayang sekali, anak muda. Jika kita bekerja sama, mungkin kita bisa saling membantu satu sama lain,"

"Oh iya, pak tua. Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu, aku tidak sengaja sempat mendengar Anda membahas pembunuhan tentang seseorang bernama Albert Dalton, apa kau tahu sesuatu tentang itu?"

"Albert Dalton? Yah ... Bisa dikatakan dia adalah korban yang tak berdosa dan yang melakukan hal itu merupakan ulah mafia itu,"

"Apa kau tahu siapa pembunuhnya?" tanya Benjamin.

"Sejujurnya aku tidak mengetahui siapa pembunuh yang sebenarnya, dari keempat orang yang berada disini tidak dari mereka yang mengetahui pembunuhnya,"

"Apa maksudmu kau tidak tahu pembunuhnya? Lalu bagaimana kau menjelaskan foto ini?" tanya Benjamin yang memperlihatkan foto Albert Dalton yang sudah disilang dengan tinta.

"Dari mana kau mendepatkan foto itu?" tanya Carl.

"itu tidak penting, yang aku butuhkan adalah jawaban,"

"Baik, akan kukatakan ... Sebenarnya disini kami hanya memiliki tugas untuk mengawasi para korban sebelum mereka di eksekusi dan juga kami yang menyuap para polisi agar membuat berita kematian mereka layaknya seperti bunuh diri,"

"Berarti kau tahu siapa pembunuhnya?" tanya Benjamin.

"Sayangnya kami tidak di perbolehkan berada di tkp saat kejadian itu sedang berlangsung, aku tidak tahu apapun tentang hal itu, ngomong-ngomong ada hal apa kau menanyakan hal itu kepadaku?"

"Tidak ada, aku hanya ingin menanyakan itu saja karena aku sering mendengar namanya di surat kabar," Benjamin yang terlihat pura-pura tidak tahu "Kenapa mereka melenyapkan pria bernama Albert Dalton ini? Apa kau tahu alasannya?"

"Sesuai yang saya dengar, Albert Dalton dinilai cukup menghambat pekerjaan para mafia karena untuk membiarkan masuk anggota costra nosa ke prancis harus mendapatkan izin dari pria itu.

Sementara pria itu sangat membenci dan menolak mentah-mentah dalam menerima suapan, hal itu justru mendatangkan malapetaka baginya,"

"Benar-benar kejam, para mafia sialan itu, mereka bukanlah manusia normal yang mempunyai hati nurani," tanya Benjamin

.

"Walaupun mereka seperti itu, tapi masih banyak pihak yang mengandalkan Costra nosa untuk menyelesaikan sebuah permasalahan,"

"Mereka selalu saja membuat masalah, Sudah terlalu lama Costra nosa menebar kekhawatiran di Italia dan kini mereka datang ke prancis, benar-benar menjengkelkan,"

"Waktu berjalan begitu cepat, Ben. Aku sangat ingin tinggal disini lebih lama dan mengobrol dengamu, tapi sepertinya aku harus segera pergi.

Walapun kerja sama diantara kita batal, tapi kau tidak perlu khawatir, aku akan berusaha membantu jika kau kesulitan atau membutuhkan bantuan,"

"Terima kasih banyak, pak tua. Aku harap kau tidak membocorkan apapun yang kita bicarakan ini,"

"Justru aku sangat berterima kasih, karena dengan pengetahuanmu, kau mau berbagi informasi rinci mengenai organisasi cosa nostra ini,"

"Tidak masalah,"

"Aku harap kita dapat bekerja sama suatu hari nanti, kau harus berhati-hati, anak muda. Kau harus selalu membuka mata karena kejahatan bisa saja terjadi di depan mata kita, "

"Anda tidak perlu mesehatiku seperti itu, aku tahu apa yang harus aku lakukan,"

"Kalau begitu saya permisi, saya tidak bisa berlama-lama lagi disini,"

Akhirnya Georgepun segera meninggalkan Benjamin sendirian di dalam bar, terlihat pria tua itu mulai melangkahkan kakinya keluar pintu.

Namun tak lama kemudian, terdengar sesuatu yang mengejutkan.

Dor... Dor... Dor...

"Argghhh... "

"Suara apa itu?"

Benjamin yang kaget pun segera menghampiri pintu dan mengintip dari sana untuk melihat apa yang sebanarnya terjadi.

"Suara apa itu tadi? Sepertinya suara itu tidak jauh dari sini, "

Alangkah terkejutnya Benjamin saat melihat kebawah, tampak George yang terbaring bersimbah darah dijalanan.