Chereads / The Smell of Crime / Chapter 19 - Sesuatu Yang Mengerikan Tengah Di Rencanakan

Chapter 19 - Sesuatu Yang Mengerikan Tengah Di Rencanakan

Dalam dunia kriminal pastinya akan ada intimidasi dan ancaman yang berakhir dengan pemenjaraan, bahkan hingga kematian. Di masa sekarang ini, tak ada yang bisa menebak kriminal semacam apa yang berkeliaran di jalanan.

Sangat tak bijak membiarkan seorang anak kecil dan wanita berjalan sendirian di malam hari. Karena sebuah kriminalitas terjadi di akibatkan adanya sebuah kesempatan.

Suasana malam kali ini cukup berbeda dengan malam sebelumnya, karena sepertinya Benjamin merasakan bahwa ada bahaya yang mengintai mereka berdua dari tempat.

"Apakah tempat yang di maksud kertas itu masih jauh, Dev?" tanya Benjamin.

"Sepertinya tidak, Ben. Kurasa tinggal beberapa meter dari sekarang, mungkin kita akan tiba sekitar lima sampai lima belas menit, itupun jika kita bisa sampai disana dengan selamat,"

Benjamin yang merasa bingung dengan ucapan Devon segera menghampirinya lalu bertanya dengan suara berbisik.

"Kenapa kau berkata begitu, Dev?"

"Itu sudah jelas, Ben. Alasan pertama kita merupakan polisi, kita juga berada jauh dari daerah itu dan terutama kita sedang berada di jalanan, bahaya bisa saja muncul di depan kita,"

"Kali ini aku berpikiran sama denganmu, Dev. Apapun itu kita harus siap menghadapinya,"

Terlihat gedung-gedung yang menjulang tinggi dan lampu jalanan yang terlihat cerah, memberikan penerangan di antara jalanan kota.

Setelah beberapa saat mereka berdua berjalan-jalan di kota, seketika Devon menghentikan langkahnya.

"Ada apa Dev? Kenapa kita berhenti disini?" tanya Benjamin

"Kita sudah sampai, Ben," ucap Devon sambil menunjuk ke arah bar yang berjarak tiga gedung dari tempat mereka berdiri.

"Apa kau yakin disana tempatnya, Dev? Tapi sepertinya tempat itu terlihat sepi?" tanya Benjamin sedikit ragu.

"Tempat itu sudah lama tidak lagi beroperasi karena sebuah insiden yang terjadi dua tahun lalu,"

"Insiden?" tanya Benjamin.

"Aku tidak bisa menceritakannya sekarang dan kurasa sekarang juga bukan waktu yang tepat,"

"Tapi kenapa orang itu mengirimkan kita alamat tempat yang sudah tidak di gunakan ini?"

"Entahlah, Ben. Aku juga tidak mengerti,"

"Kurasa lebih baik kita segera mencari tahu sendiri, Dev,"

"Kau benar, kalau begitu, ayo, Ben ... Astaga!"

"Ada apa, Dev?" tanya Benjamin.

"Sepertinya aku tidak bisa menemanimu untuk pergi ke sana,"

"Tapi kenapa? Apa ada sesuatu?" tanya Benjamin.

"Aku lupa hari ini ada jadwal pertunjukan yang tidak bisa aku lewatkan,"

"Tapi Dev?"

"Semoga berhasil, Ben," ucap Devon sambil berjalan meninggalkan Benjamin.

Devon yang tengah berjalanpu akhirnya ia menghilang di antara pertigaan jalan kota, Mau tidak mau Benjamin harus tetap melanjutkan perjalanannya.

"Sialan, jika seperti ini itu tandanya aku harus menghadapinya sendiri," Benjamin yang terlihat ada keraguan di dalam dirinya "Bagaimanapun juga kau harus menghadapinya sendiri, Ben. Kau ini seorang laki-laki,"

Setelah berusaha meyakinkan dirinya sendiri, Benjamin melanjutkan langkahnya dan memberanikan dirinya sendiri. Setelah beberapa saat, Benjamin tiba tepat di depan bangunan bernama Le Mistral yang tertulis tepat di atas pintu masuk.

Tampak suasana di sekitar bangunan tersebut yang terlihat sepi, bahkan hanya segelintir orang yang masih melintas di area tersebut.

Dengan perasaan sedikit ragu, Benjamin memutuskan untuk segera masuk ke dalam.

"Ayo, Ben. Kita selesaikan sekarang juga,"

Benjamin mulai memasuki area tersebut. Setibanya di dalam bangunan, Benjamin mulai memperhatikan sekitar yang tidak ada orang atau tanda-tanda kehidupan sama sekali.

"Permisi, apa disini ada orang?" teriak Benjamin.

Tidak ada satu orangpun yang menjawab panggilan Benjamin, bahkan keadaan di dalam bangunan tersebut tampak berantakan dan sepertinya tempat itu tidak layak untuk di jadikan bar.

"Apa mungkin itu hanya alamat palsu, hmm ... sepertinya aku hanya di tipu. Sudahlah, sebaiknya aku segera kembali dari tempat ini,"

Akhirnya Benjamin berbalik arah menuju pintu, namun ketika hendak mendekati pintu, terdengar seseorang dari arah luar.

"Di tempat seperti ini? Ada seorang pengunjung?"

Benjamin mulai memperhatikan sekitar ruangan dan mencari tempat yang cocok untuk di jadikan tempat persembunyian.

"Hmm ... Sepertinya tempat itu sangat cocok,"

Akhirnya Benjamin memutuskan untuk bersembunyi tepat di meja yang biasa digunakan para pramutama bar bekerja.

Beberapa saat kemudian pintu terbuka, Benjamin segera melihat menggunakan pantulan dari botol minuman dan ternyata sekitar empat orang tengah memasuki bar.

"Aku merasakan aroma yang tidak asing disini, sudah jelas ini aroma para kriminal," batin Benjamin.

Mereka bertiga mulai berkumpul di satu meja. Benjamih terus memperhatikan mereka dari balik botol dan mendengarkan apa yang mereka

bicarakan.

"Apa kalian sudah mendapatkan tugas baru dari bos?"

"Belum, aku tidak mendapatkan perintah apapun saat ini dan bos sepertinya belum mengirimkan kita surat atau perintah baru, selain foto-foto yang ia kirim satu minggu yang lalu,"

"Sepertinya ia mengira tugas kita untuk memantau orang-orang ini belum usai,"

"Berarti kita harus segera menyelesaikan tugas ini atau bos akan sangat marah besar kepada kita,"

Benjamin yang mendengar hal tersebut merasakan bahwa akan terjadi sesuatu yang mengerikan.

"Aku harus mengetahu apa yang mereka rencanakan dan sebenarnya siapa bos yang mereka maksud?" batin Benjamin.

"Hey ... Coba kalian perhatikan foto-foto yang di kirimkan oleh bos ini,"

"Hmm ... Kita harus segera mencari keberadaan orang-orang ini, ngomong-ngomong bukankah orang ini sudah melenyapkan?"

"Tentu saja,"

"Aku rasa foto ini sudah tidak kita butuhkan lagi dan bos juga sudah pasti mengetahuinya dari surat kabar yang beredar di kota,"

"Lebih baik kita membuangnya saja,"

Salah satu dari mereka segera membuang foto tersebut, namun hal yang tak terduga terjadi. Foto tersebut mendarat tepat di bawah meja Benjamin bersembunyi. Benjamin sangat terkejut ketika melihat foto tersebut.

"Astaga! ... Apa benar yang kulihat ini, i-ini ... ini sepertinya foto dari Albert Dalton,"

Terlihat sebuah tinta hitam menyilang di antara foto tersebut, menandakan bahwa mereka sudah menyelesaikan tugas mereka.

"Aku rasa semuanya sudah jelas, mereka pasti pembunuh bayaran yang di kirim untuk membunuh orang-orang sesuai target di foto ini, aku harus melihat siapa korban selanjutnya," batin Benjamin.

"Apa kalian mendengar kabar tentang orang baru di kota ini?"

"Orang baru? Orang yang berasal dari italia itu kah?"

"Yah dia orangnya, bos mengatakan kepada kita berhati-hati terhadapnya karena ia merasa bahwa ia akan memberikan kita masalah yang serius,"

"Bos mengatakan itu? Aku rasa dia bergurau, jika dia berani berbuat macam-macam kita saja yang hanya menghabisinya,"

Benjamin yang mendengar hal itu sangat yakin bahwa mereka sedang menbicarakan dirinya.

"Bagaimana mereka tahu hal itu? Hmm ... Sekarang aku mengerti, sepertinya bos yang mereka maskud ternyata berada di sekitarku,

bahkan kurasa saat ini ia sengaja menyusup di antara para polisi, tapi kira-kira siapa orangnya? Mulai sekarang aku harus waspada ketika di dalam kantor,"

"Tapi bagaimana jika yang di katakan bos itu benar? Hal itu sangat jelas bahwa ia akan menghabat perkerjaan kita,"

"Kau tidak perlu panik, kita lihat saja bagaimana dia bekerja, jika dia mulai terlihat gerak-gerik mencurigakan disitu kita akan ada seseorang untuk membunuhnya,"

"Sudahlah, kau tidak perlu memikirkan apa yang di katakan, mungkin saja dia hanya polisi yang mudah di suap,"

"Hmm ... Kurasa yang kau katakan ini benar, Carl,"

"Sekarang apa yang akan kita lakukan?"

"Aku rasa semuanya sudah jelas dan kukira pertemuan ini sudah berakhir, kita sudah tahu siapa target selanjutnya yang akan kita pantau,"

"Kalau begitu aku permisi, tuan-tuan. Rasanya sangat haus sekali sampai-sampai aku ingin menikmati segelas abisthe,"

Salah satu dari mereka segera pergi dari tempat tersebut, di susul dua orang selanjutnya yang meninggalkan tempat terebut, kini hanya tersisa satu orang yang sepertinya sedang menyendiri.

"Sepertinya mereka semua tidak akan kembali, dengan begitu aku bisa menunggu kedatangan orang itu tanpa harus khawatir,"

"Aku rasa satu orang bukanlah hal yang sulit untuk di singkirkan," batin Benjamin.

Benjamin sedikit mengintip dari arah meja, terlihat orang tersebut sedang memperhatikan sebuah foto. Benjamin akhirnya menemukan sebuah cara yang dirasa cukup efektif.

"Aku harus mendapatkan informasi yang berguna dari orang ini dan aku tahu bagaimana caranya," Benjamin yang tersenyum sinis.