Chereads / Kembali pada Pelukan Sang Pria Yang Tertinggal / Chapter 21 - Pulang Sekolah Dan Tempat Bermain Biliar

Chapter 21 - Pulang Sekolah Dan Tempat Bermain Biliar

Rangga Perdana sudah mendengar Widya Perdana mengatakan bahwa Ayu Lesmana mengakui di depan umum bahwa Sigit Santoso adalah pacarnya."Apa kamu tidak takut dia memperlakukanmu sebagai orang bodoh?"

Ayu Lesmana mengangguk dengan santai, "Ya"

Rangga Perdana mengangkat dagunya dan menatap Ayu Lesmana dengan sedikit jijik. Dia memikirkan Sigit Santoso malam itu, bagaimana dia memiliki mobil dan wanita yang disukainya ternyata tidak jujur ​​di luar, Rangga Perdana mendengus dingin dan setelah beberapa saat dia mengulurkan tangannya untuk merebut botol susu dari tangan Ayu Lesmana Susu.

"Sana, pergi!"

Ayu Lesmana menjilat bibirnya, lalu tersenyum, "Oke, bisakah kita pergi bersama sepulang sekolah?"

"Tidak." Rangga Perdana kemudian membuka botol susu itu dan meminumnya sampai habis.

Di masa lalu, Ayu Lesmana selalu membawakannya sebotol susu setiap hari, tapi sejak kejadian pencurian itu, Rangga tidak pernah melihat Ayu Lesmana membawakan botol susu lagi untuknya.

Tapi Rangga Perdana tidak berpikir Ayu Lesmana akan membawakannya botol susu hari ini, seorang gadis bodoh bisa berubah pikiran begitu cepat.

Ayu Lesmana menyipitkan matanya, "Aku akan menunggumu sepulang sekolah nanti dan kita akan pulang bersama."

"Jangan ganggu aku." Rangga Perdana memelototinya dan memasuki ruang kelas.

Ayu Lesmana berdiri di koridor sebentar, menatap penuh kasih pada Rangga Perdana yang duduk di dalam kelas melalui kaca, bertindak seolah-olah dia terluka dan kemudian perlahan pergi.

Berjalan keluar dari koridor, raut wajah Ayu Lesmana berubah menjadi senyuman penuh ejekan.

_ _ _ _ _ _

Sepulang sekolah di sore hari, Ayu Lesmana bergegas keluar menunggu Rangga Perdana di gerbang sekolah begitu bel berbunyi.

Hanya pada hari Rabu, Rangga Perdana akan pergi sendiri. Ayu Lesmana membawa tas sekolahnya dan berlari ketika dia melihatnya lewat, "Kak Rangga!"

Melihat Ayu berlari mendekatinya, Rangga Perdana mengerutkan dahi kesal, "Aku sudah bilang aku tidak mau pulang bersamamu!"

"Apakah kamu akan bermain biliar?" Ayu Lesmana berkedip padanya.

Rangga Perdana terkejut dan kemudian dia mengulurkan tangan dengan panik dan menarik Ayu ke samping, "Apa yang kamu bicarakan!"

"Kak Rangga, biarkan aku pergi dan ikut bersamamu. Aku akan mendukungmu dan menghiburmu dari samping." Ayu Lesmana mengangkat tangannya dan membuat aksi sorak-sorai yang lucu, wajahnya terlihat sangat lucu dan cantik.

Lalu kemudian Ayu meluruskan punggungnya dan membetulkan rambut di samping telinganya. Dia tinggi dan cantik, semua kelebihan seakan ada dalam dirinya.

Karakter Rangga Perdana yang cuek dan lurus, selalu mengobjektifkan wanita dan memperlakukan wanita sebagai sebuah piala miliknya, yang melekat padanya dan membuatnya bangga. Setara dengan uang dan ketenaran.

Jadi Rangga Perdana berpikir tentang Ayu Lesmana yang menyemangati dirinya di sisinya, kecemburuan macam apa yang akan terjadi pada pria yang saat ini bersamanya, Rangga kemudian mengangkat tangannya dan menyentuh dagu Ayu, dengan jelas menyetujui, tetapi masih berkata dengan malu, " Bagaimana kamu akan bersorak, apakah kamu bisa menari?"

Ekspresi wajah Rangga yang berminyak membuat Ayu Lesmana mual. Untungnya, dia juga terbiasa berakting dan kemudian mengangguk malu-malu , "Aku bisa menari, aku telah melihat banyak tarian di televisi."

Rangga Perdana memandangnya dari atas ke bawah. Mengapa dia tidak berpikir bahwa kaki Ayu Lesmana sangat panjang dulu, padahal Ayu sering mengenakan rok untuk memperlihatkan betisnya saat musim panas.

Rangga Perdana kemudian tertawa, mengulurkan tangan dan meletakkan tangannya di bahu Ayu Lesmana, "kalau begitu ayo pergi. Sungguh, kamu seharusnya tidak mendatangiku lagi." Rangga Perdana masih merasa tidak nyaman, dan masih mengancam dengan beberapa patah kata.

Ayu Lesmana tersenyum dan mengangguk, "Jangan khawatir, kak Rangga!"

Setelah Ayu selesai berbicara, dia dengan malu-malu menunduk dan menghindari tangan Rangga Perdana di bahunya.

Rangga Perdana ingin melakukannya lagi. Ada lebih banyak teman sekelas di belakangnya. Dan Ayu merasa tidak nyaman baginya untuk dilihat. Jadi Rangga kemudian menyeret tas sekolahnya dan membiarkan Ayu Lesmana mengikutinya dan berjalan ke tempat biliar.

Tempat bermain biliar itu berjarak sekitar dua kilometer dari sekolah mereka dan mereka membutuhkan lebih dari 20 menit untuk tiba disana.

Jalan menuju tempat biliar itu penuh dengan rumah-rumah bertingkat dan juga ada toko bunga, toko alat musik, kedai kopi... ini adalah jalan paling komersil di kota itu.

Tempat bermain biliar berada di ujung jalan. Ada beberapa pot tanaman di luar rukonya. Dinding luar gedung terlihat eksklusif dengan tampilan batu bata merah. Terlihat sangat industrial. Ayu Lesmana dan Rangga Perdana kemudian mempercepat langkah menuju tempat itu.

Mendorong pintu kaca hingga terbuka, lonceng angin di pintu bergerak menanggapi pintu yang terbuka, membuat suara yang nyaring dan orang-orang di dalam melihat mereka.

"Bang Edi." Rangga Perdana berjalan mendekat dan menyapanya.

Raut wajah Bang Edi samar, "Oh, kamu datang hari ini."

Rangga Perdana tercengang dan Ayu Lesmana yang mengikuti juga terkejut, mengapa tiba-tiba menanyakan kalau Rangga Perdana datang.

"Bang Edi, acara hari ini sudah selesai?" Rangga Perdana menunduk, ekspresinya sangat sopan.

Orang bernama Bang Edi mendengus, "Masih berlangsung, tetapi aku tidak bisa membiarkanmu ikut bergabung."

"Kenapa?" ​​Rangga Perdana tiba-tiba menjadi tidak senang.

Bang Edi menjadi tidak sabar ketika mendengar nada bicara Rangga Perdana, "Ini adalah tempatku. Kalau aku tidak ingin kamu masuk, jadi kamu tidak bisa masuk. Memangnya ada apa? Apakah kamu masih mencari sesuatu?"

Rangga Perdana melihat ke arah Ayu Lesmana dengan wajah cemberut, tampak galak tapi terlihat agak memalukan. Kesombongan di wajahnya tadi langsung padam.

Ayu Lesmana terkekeh pelan dalam hatinya, Dia benar-benar belum pernah melihat Rangga dinasihati seperti itu oleh orang lain selain orang tuanya. Ayu Lesmana melangkah dan memandang Bang Edi sambil tersenyum, "Bang Edi, kenapa kak Rangga tidak boleh masuk? Bukankah dia pernah bermain di sini sebelumnya?"

Penampilan manis Ayu Lesmana sangat menipu.

Tidak mau mempermalukan seorang gadis yang sopan dan cantik, Bang Edi merubah ekspresinya dan bertanya dengan baik, "Adik, apakah Rangga Perdana itu saudara laki-lakimu?"

Bang Edi belum pernah melihat Rangga Perdana membawa seorang gadis ke tempat itu sebelumnya.

Ayu Lesmana mengangguk lebih dulu, tapi kemudian menggelengkan kepalanya. Dan setelah menggelengkan kepalanya, dia merasa sangat malu.

Orang-orang seperti Bang Edi tahu apa artinya sikap malu-malu seperti itu. Dia mendengus dan mengangkat alisnya untuk melihat Rangga Perdana, "Kamu ternyata nakal juga, bisa melakukannya."

Rangga Perdana menggaruk kepalanya, karena merasa tersinggung dan malu tetapi dia tetap cuek di depan Bang Edi, tersenyum kecut.

"Oke, aku akan mengatakan yang sebenarnya, apakah kamu tahu bahwa kamu sudah menyinggung perasaan seseorang? Tempat ini tidak akan menerimamu lagi disini."

Bang Edi tidak ingin berbicara lebih banyak, lalu mengangkat tangannya dan menunjuk ke pintu, "Ayo perg sekarangi."

Rangga Perdana mendengarkan kata-kata Band Edi ketika dia menyinggung seseorang, wajahnya sedikit pucat dan ekspresinya sedikit bingung.

Dia tanpa sadar berpikir bahwa perilakunya telah menyinggung orang lain.

Ayu Lesmana terpana di sampingnya. Hal-hal berantakan yang dilakukan Rangga Perdana di kehidupan sebelumnya tidak terusik sama sekali. Ayu Lesmana ingat bahwa Rangga Perdana telah memenangkan banyak uang di tempat ini dan dia juga bertemu dengan banyak orang di dalamnya.

Ini juga menyebabkan Rangga Perdana menaikkan statusnya nanti dan bergabung ke dalam lingkaran orang kaya di kota itu dengan satu lompatan.