Chereads / Kembali pada Pelukan Sang Pria Yang Tertinggal / Chapter 27 - Tangan Patah Akibat Berbuat Kecurangan

Chapter 27 - Tangan Patah Akibat Berbuat Kecurangan

Sigit Santoso sedikit tidak tertarik, dan bertanya dengan santai, "Siapa yang kamu lihat?"

"Ayu Lesmana." Nadia Santoso mencibir.

"Dan dia bersama Rangga Perdana." Nadia Santoso melanjutkan.

Ekspresi wajah Sigit Santoso mendadak muram dan tangannya mengepal tanpa sadar.

_ _ _ _ _

"Kakak, bukankah kamu sudah melarang Rangga Perdana untuk memasuki tempat biliar, tetapi Ayu Lesmana ternyata membawa Rangga Perdana masuk hari ini. Dia bahkan memintaku untuk menelponmu. Dia berkata kamu yang telah membiarkan mereka masuk." Nadia Santoso mengeluh.

Dewi Sastro mengerutkan kening dan mengedipkan mata pada Nadia Santoso, tetapi Nadia mengabaikannya.

Cara berbicara seperti ini pernah diajarkan kepadanya oleh Hardiono sebelumnya. Awalnya dimaksudkan untuk digunakan di depan kakeknya nanti. Sekarang setelah kakaknya menelepon, Nadia mencoba kepada kakaknya terlebih dahulu.

Sigit Santoso menarik napas dalam-dalam, dan tersenyum sedikit licik dan sinis.

Dokter di sebelahnya yang sedang membalut lukanya dengan perban melihat sekilas ekspresi Sigit dan bergidik.

"Kakak, apakah kamu mendengarkan apa yang aku bicarakan?" Nadia Santoso menunggu lama sebelum kakaknya berbicara dan tidak bisa tidak bertanya.

Sigit Santoso mengguncang gagang telepon, "Iya aku mendengarkan."

Sigit melanjutkan, "Apa lagi yang dia katakan padamu ?"

"Dia mengatakan kalau kamu mengganggunya, dan mengatakan lagi bahwa orang yang disukainya adalah Rangga Perdana." Nadia Santoso memikirkan Ayu Lesmana. Dan jawaban itu yang dia sampaikan.

Setelah Nadia Santoso selesai berbicara, dia mendengar suara keras dari telepon, diikuti oleh suara seram lainnya.

"Sigit, kamu baik-baik saja?" Dokter memucat ketika dia melihat darah Sigit Santoso mengucur di tangan nya, dan semua peralatan medisnya terjatuh ke lantai.

Mata Sigit Santoso terlihat muram, dia berkata dalam hati, "Mengapa Ayu Lesmana tiba-tiba mengubah sikapnya beberapa hari yang lalu, apakah dia benar-benar tidak mencintainya?"

"Nadia Santoso! Lebih baik pastikan kamu mengatakan yang sebenarnya." Sigit bertanya dengan nada bicara yang tegas.

Nadia Santoso mengangkat alisnya, "Kakak, meskipun aku tidak suka Ayu Lesmana, aku tidak akan mengatakan hal semacam ini untuk menipumu. Jika kamu tidak percaya padaku, kamu bisa bertanya kepada orang-orang yang ada di tempat itu dan bertanya kepada mereka apa benar Ayu Lesmana bertemu denganku hari ini. Dan membawa Rangga Perdana ke tempat itu!"

" Oke." Sigit Santoso kemudian menutup telepon.

Sigit Santoso duduk diam mencoba memikirkan bagaimana dia dulu menolaknya dan berpikir kalau taktik Ayu Lesmana yang digunakan kali ini bisa dibilang sangat pintar.

Ekspresi wajah Sigit Santoso dipenuhi dengan amarah.

Dokter di sebelahnya memandangnya dengan gemetar, "Sigit...?"

Sigit Santoso kemudian bergegas keluar dengan tangan berlumuran darah.

"Sigit, tanganmu!"

Nadia Santoso kemudian juga menutup telepon, dan ibunya berbicara kepadanya.

"Nadia Santoso, kamu tidak bisa berkata begitu." Dewi Sastro berkata dengan sedih.

Bahkan jika Ayu Lesmana memiliki masalah dengan Sigit, mereka harus menyelesaikannya sendiri. Tapi ternyata Nadia Santoso memberi tahu Sigit Santoso tentang apa yang terjadi hari ini.

Nadia Santoso, "Bu, saya baru saja memberitahu fakta yang terjadi, kakak juga berhak tahu."

Dewi Sastro ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba terdengar suara keras di luar, dan Nadia Santoso berdiri, "Kakek sudah kembali." Dia tidak mempedulikan Dewi Sastro dan langsung mengatakan sesuatu pada kakeknya. Kakek adalah senjata ajaib yang diajarkan Hardiono untuk menang.

Dewi Sastro mengerutkan kening dengan sedih melihat telepon.

_ _ _ _ _ _

Keesokan harinya, Rangga Perdana tidak masuk sekolah. Ketika makan di kantin pada siang hari, Ayu Lesmana mendengar bahwa Rangga Perdana telah masuk rumah sakit.

Bawahan anak-anak orang kaya di kota tidak pernah menunjukkan belas kasihan.

Ketika Ayu Lesmana pulang sekolah, ibunya sedang memasak, dan Teddy sedang belajar soal matematika. Dia akan terus belajar sampai waktunya makan malam.

Begitu Ayu masuk ke kamar, Teddy bergegas masuk ke kamar Ayu Lesmana, "Kakak! Jamal selesai hahahahaha."

Ayu Lesmana terkejut ketika dia mendengar itu, dia meletakkan tangannya yang sedang memegang rambutnya dan mengangkat matanya dan melihat ke arah Teddy, "Apa?"

"Jamal mencabut semua lobak dan gandum di rumah kepala desa! Sekarang keluarga kepala desa meminta ganti rugi di rumah Jamal!" Kata-kata Teddy Lesmana penuh dengan kegembiraan.

Dia selalu bisa mengingat hal-hal buruk yang dilakukan Jamal.

Bibir Ayu Lesmana bergetar, "Sungguh, apakah kamu tahu berapa banyak kerugiannya?"

"Sepertinya kurang lebih lima ratus ribu." Jawab Teddy Lesmana sambil menggaruk kepalanya.

Ayu Lesmana kemudian berkata, "Bagus."

Pada tahun 1990 - an, orang-orang yang bekerja di pabrik hanya berpenghasilan lima ratus ribu sebulan. Karena keluarga Jamal tidak bisa mengasuh anak-anak mereka, mereka harus meminta bantuan orang lain untuk membantu biaya pendidikan mereka.

"Jamal juga mengatakan bahwa dia hanya membantu, dan kepala desa harus memberinya uang. Apakah menurutmu dia tidak berpikir dengan baik."

"Ya." Ayu Lesmana tertawa.

Kepala desa adalah orang yang tidak mudah untuk diprovokasi, apalagi istri kepala desa yang memiliki ciri khas sebagai orang yang pemarah. Dia pernah berteriak marah pada kepala desa selama tiga hari karena ada orang yang mengambil mentimun di rumahnya. Ayu merasa keluarga Jamal habis kali ini.

Teddy Lesmana heboh menceritakan hal itu cukup lama, sampai akhirnya dia dipukul oleh Ayu Lesmana agar mulai mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Keesokan harinya adalah hari Sabtu dan Ayu Lesmana bangun pagi-pagi untuk membantu memasak untuk hari itu, sedangkan Ibunya pergi ke pasar sayur untuk berjualan dan mencari uang.

Pada pukul tujuh, dia membuat sarapan dan meminta Teddy Lesmana untuk membangunkan ayahnya.

Wijaya Lesmana kemudian pergi ke pabrik untuk bekerja setelah sarapan. Dan Ayu Lesmana akan mengerjakan pekerjaan rumahnya saat itu. Sebelum dia sempat mengambil bukunya, dia mendengar gerakan di luar. Pintu rumah yang dia tutup barusan tiba-tiba didorong terbuka, dan ada Widya Perdana disitu.

Rambut Widya Perdana berantakan, pakaiannya tidak rapi, lingkaran hitam di matanya terlihat jelas karena dia tidak tidur selama beberapa hari.

"Ayu Lesmana, kamu orang jahat, kenapa kamu melakukan ini pada kakakku?!" Widya Perdana terlihat marah dan berusaha untuk menangkap Ayu Lesmana.

Ayu Lesmana mundur tiba-tiba. Widya Perdana kemudian mencoba meraih Ayu Lesmana lagi. Ayu Lesmana meraih tangannya duluan dan tiba-tiba mendorong punggungnya. Widya Perdana terhuyung-huyung dan terjatuh ke lantai.

"Siapa yang jahat?" Ayu Lesmana menatapnya dengan dingin.

"Kamu membunuh kakakku!" Widya Perdana berteriak dengan marah.

Ayu Lesmana terkejut, "Rangga Perdana mati?" dan berkata dalam hatinya, "Apakah anak muda itu berani melakukan itu?"

"Tangannya hampir tidak berguna, tahukah kamu!" Tangan Rangga Perdana hampir patah. Keluarganya menghabiskan ratusan ribu untuk menyembuhkan tangan Rangga Perdana lagi.

Widya Perdana kemudian melompat, "Apakah kamu tidak menyukai kakakku, aku membantumu mengejar kakakku, mengapa kamu menyakitinya sekarang, Ayu Lesmana, mengapa kamu begitu jahat!"

"Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan." Ayu Lesmana menarik napas lega, mengetahui Rangga Perdana ternyata tidak mati.

Ayu Lesmana kemudian mengangkat wajahnya dan berpura-pura bodoh, "Seperti yang kamu katakan, aku sangat menyukai Rangga Perdana. Tapi itu dulu dan sudah terlambat bagiku untuk merasa kasihan padanya. Apa yang aku lakukan padanya adalah karena dia menyakiti hatiku terlebih dulu.."

Belum selesai berbicara, tiba-tiba pintu yang setengah terbuka itu ditendang dengan keras, dan pintu kayu itu membuat suara yang sangat keras.

Ayu Lesmana sangat terkejut dan ketakutan sehingga dia hampir melompat, dia mengerutkan kening dan melihat ke pintu. Ketika dia akan mengutuk, dia melihat wajah muram Sigit Santoso.

Hati Ayu Lesmana tiba-tiba berdegup dengan kencang.