Ayu Lesmana menggigit bibirnya dan dia melihat ke arah Rangga Perdana yang diam saja belum melakukan apa-apa, bahkan jika dia memelas pun, dengan hembusan angin dia tidak bisa datang ke tempat itu lagi.
"Bolehkah aku bertanya, siapa yang disinggung oleh kak Rangga?" Ayu memandang Bang Edi dengan penasaran.
Begitu suara itu jatuh, ada suara dari dalam, "Dia menyinggungku!"
Ayu Lesmana menegang. Suara itu...
Ayu Lesmana tiba-tiba melihat ke dalam, ada Nadia Santoso dan Hardiono sedang berdiri di koridor.
Sebuah lampu kecil diatas mereka mencerminkan wajah Nadia Santoso dengan jelas.
"Adik Sigit Santoso, mengapa dia ada di sini?" Ayu bertanya-tanya dalam hatinya
"Ayu Lesmana, kamu kenapa ada disini?!" Nadia Santoso saat itu mengenakan kemeja kotak-kotak biru dengan celana panjang bell-bottom hitam.
Ayu teringat di kehidupan sebelumnya, Nadia akan menjadi panutan gaya bagi wanita-wanita pekerja perkotaan.
Tinggi badan keluarga mereka memang luar biasa. Nadia Santoso sekarang tingginya 170 cm. Dan dia memakai sepasang sepatu high heels di kakinya, caranya berjalan di atas kakinya seperti angin, yang membuat jantung berdebar-debar.
Ayu Lesmana selalu ingat bagaimana Nadia Santoso memarahinya karena telah membunuh Sigit Santoso saat masih berada di samping ranjang rumah sakit saat itu. Dan melihat Nadia Santoso lagi sekarang yang masih seorang gadis, Ayu Lesmana tiba-tiba gemetar.
Ayu Lesmana selalu berurusan dengan Nadia Santoso di kehidupan sebelumnya, karena Nadia Santoso selalu berpikir bahwa dia tidak layak untuk Sigit Santoso dan dia merasa Nadia Santoso orang yang keras. Mereka berdua kesulitan untuk akrab satu sama lain di rumah. Sampai kemudian Ayu Lesmana lumpuh dan Sigit Santoso masuk penjara.
Sigit Santoso kemudian mempercayakan sisa hidupnya kepada Nadia Santoso dan membiarkan Nadia Santoso merawatnya.
Perawatan itu berlangsung selama lima belas tahun. Meskipun perawatan Nadia Santoso adalah menyewa pengasuh dengan uang dan hanya untuk memastikan bahwa Ayu Lesmana tidak mati.
Tetapi selama bertahun-tahun di ranjang rumah sakit, Ayu benar-benar mengetahuinya dan ingin meminta maaf kepada Nadia Santoso dan juga pada keluarganya. Tapi sikap arogan dan keras pada diri Nadia Santoso membuat Ayu Lesmana merasa permintaan maafnya hanya sebuah kemunafikan bagi Nadia Santoso.
"Ayu, kamu tahu aku tidak suka denganmu. Kamu disini bersama pria lain dan menggantungkan Sigit. Memikirkan tentang kamu yang akan menjadi bagian keluarga setelah menikah dengan Sigit benar-benar menyebalkan!" Nadia Santoso berjalan mendekat dan meraih kerah baju Ayu Lesmana dan tiba-tiba mendorongnya ke pintu kaca di belakangnya.
Nadia Santoso terlihat galak dan terlihat seperti ingin membunuhnya.
Saat itu Nadia menerima telepon dari Hardiono yang mengatakan bahwa kakaknya telah pulang dan kemudian buru-buru kembali dari sekolah. Ketika dia kembali, dia menyadari bahwa kakaknya telah kembali ke barak militer. Jadi dia datang menemui Hardiono untuk menyelesaikan urusan. Dan tidak menyangka untuk melihat Ayu Lesmana di tempat itu sedang bersama dengan pria lain.
Tenggorokan Ayu Lesmana terkecat, merasa sedikit kesal karena dia nanti akan berurusan dengan Nadia Santoso sepanjang hidupnya, tapi dia tidak menyangka bahwa permulaannya akan tidak menyenangkan.
Ayu Lesmana menatap Rangga Perdana yang berdiri dan menatap kosong.
Dan kemudian Ayu mencoba menjelaskan kepada Nadia Santoso, "Aku tidak tahu apa yang kamu maksud, aku tidak menggantung Sigit."
"Justru aku sangat ingin bersamanya." Ayu menahan perasaannya.
Ayu Lesmana menarik napas dalam-dalam, "Dia menyukaiku."
Hardiono semula ingin datang dan mengajak Nadia untuk makan siang, menatapnya dengan tidak percaya.
"Jika kamu tidak merayunya, kakakku tidak akan menyukai gadis sepertimu?" Nadia Santoso mengangkat tangannya dan menampar wajah Ayu Lesmana.
"Apa kamu pikir kamu adalah dewa?" Nadia Santoso menghina dengan sangat marah.
Ketika Nadia melihat Ayu Lesmana, Nadia sangat marah dan merasa bahwa kebodohan kakaknya dalam hidup ini akan diberikan kepada Ayu Lesmana.
Ayu Lesmana kemudian mengangkat tangannya lalu menggenggam pergelangan tangan Nadia Santoso dan menarik tangannya ke bawah.
Gerakannya yang cepat dan tiba-tiba membuat Nadia Santoso nyaris tidak bereaksi dan hampir terjatuh.
"Nadia Santoso, ini urusanku, sebaiknya kamu tidak mencampuri urusanku." Ayu Lesmana menyisir rambutnya ke belakang telinganya, "Bahkan Sigit Santoso pun tidak pernah ikut campur dalam urusanku, apalagi kamu!"
"Ayu Lesmana, beraninya kamu berkata seperti itu!"
Nadia Santoso mengulurkan tangannya untuk menangkap Ayu, tapi Ayu Lesmana kemudian mengangkat tangannya dan menahan.
Ayu Lesmana kemudian menatap ke arah Hardiono. "Kak Hardiono, apa kamu tidak peduli padanya? Bukankah dia melanggar hukum dengan melakukan hal seperti ini? Kamu sudah dewasa, bukankah kamu harus bertanggung jawab atas yang dilakukannya."
Ayu mengatakan itu dengan nada bicara yang cukup keras dan penampilannya yang tegas sangat mirip dengan Sigit Santoso.
Hardiono mengerutkan keningnya, kemudian dia meraih Nadia Santoso, "Jangan membuat keributan disini, Nadia."
Wajah Nadia Santoso terlihat sangat marah, dan dia berbalik dan berteriak pada Hardiono.
Tapi Hardiono mencoba tetap menahannya.
"Ayo pergi, kamu tidak bisa melakukan apapun padanya bahkan jika kamu menyerangnya lagi." Hardiono menyeret Nadia Santoso, dan kemudian berkata dengan pelan di telinga Nadia Santoso, "Jika kamu menyerangnya seperti sekarang, kakakmu pasti tahu dan dia pasti akan marah denganmu."
Nadia Santoso menggigit pipi Hardiono dengan kuat, lalu menginjak kaki Hardiono.
Hardiono berteriak, tapi tidak melepaskan tangan Nadia Santoso.
Ayu Lesmana menurunkan pandangannya, "Kamu bisa menelepon Sigit Santoso kalau kamu mau, tapi biarkan Rangga masuk."
Nadia Santoso melebarkan matanya dan menatap tajam ke arah Ayu Lesmana, "Ayu Lesmana, beraninya kamu! Jangan biarkan dia masuk. Apa kamu akan membiarkan dia menyinggung kakak laki-lakiku?"
Nadia melihat Rangga Perdana bersembunyi di belakang Ayu Lesmana, dan membuat dia sangat membenci Ayu Lesmana dalam hatinya, bahkan jika dia memang tidak menyukai Sigit Santoso.
Ini merupakan penghinaan bagi Nadia Santoso dan kakaknya.
Ayu Lesmana tertegun sejenak, dan ekspresinya sedikit bingung. Dia tidak menyangka bahwa itu adalah keputusan Sigit Santoso untuk tidak membiarkan Rangga Perdana memasuki tempat itu.
Berpikir tentang perlakuan Sigit Santoso terhadap Rangga Perdana di kehidupan sebelumnya, Ayu Lesmana menarik napas dalam-dalam. Sebenarnya, sikap Sigit Santoso terhadap Rangga Perdana adalah karena dia.
Hati Ayu Lesmana tiba-tiba melunak.
"Mengapa Sigit Santoso tidak mengizinkanku masuk? Apakah dia yang memulai permainan ini? Dia menindas orang seperti ini karena kekayaan dan kekuatannya." Rangga Perdana mungkin telah melihat Hardiono menahan Nadia Santoso dan merasa bahwa Nadia Santoso tidak dapat melakukan apa-apa. Sikap arogan nya segera muncul.
Ayu Lesmana mengepalkan tangannya, rasanya dia ingin menampar Rangga Perdana saat itu juga. Tapi belum sempat Ayu bertindak, Nadia Santoso sudah melangkah duluan dan menampar wajah Rangga Perdana.
Dan dalam sekejap.
Nadia Santoso mengangkat jarinya ke wajah Rangga Perdana, "Aku tidak berani memukul Ayu Lesmana, bukan berarti aku juga tidak akan memukulmu!"
Tetapi jika Nadia Santoso menyerang Rangga Perdana sekarang, kakak laki-lakinya mungkin akan mengatakan bahwa dia telah melakukan hal yang bagus.
Ayu Lesmana hampir tertawa, tamparan itu benar-benar terlihat sangat keren.
Tapi Ayu Lesmana kemudian berjalan dengan lemah untuk menghalangi Rangga Perdana, "Bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu?"
Nadia Santoso sangat marah ketika melihat Ayu Lesmana mencoba menghalanginya, "wanita jalang ini sudah merayu kakakku!"