Chereads / Kembali pada Pelukan Sang Pria Yang Tertinggal / Chapter 4 - Jebakan Dibalas Jebakan

Chapter 4 - Jebakan Dibalas Jebakan

Sekarang Darto Perdana bekerja disitu sebagai direktur pabrik. Itu adalah perusahaan milik negara. Ada beberapa orang di desa itu yang meminta pekerjaan pada Darto Perdana. Mereka bekerja di perusahaan itu dan akhirnya hidup dengan baik. Situasi itu membuat para pekerja disitu menghormati Darto Perdana dan Keluarganya.

Tetapi Ayu Lesmana tahu bahwa akan terjadi reformasi dan datangnya PHK, orang-orang yang bekerja di perusahaan milik negara itu semua akan menghadapi pengangguran.

Memikirkan hal itu, Ayu Lesmana kemudian berpikir tegas. Dia harus memanfaatkan kesempatan itu dengan cepat dan memberikan orang tuanya menjalani kehidupan yang lebih baik.

Ayu Lesmana memasukkan jagung ke dalam keranjang, dan membawanya pulang, ketika dia sampai di pintu rumah, Teddy Lesmana bergegas keluar.

"Kakak, Widya Perdana ada di sini!" Teddy Lesmana langsung berteriak menunjukkan ketidaksukaannya pada Widya Perdana.

Mata Ayu Lesmana langsung berkedip-kedip tidak menyangka.

Ayu masuk dan melihat Widya Perdana sedang duduk di kursi halaman.

Widya Perdana mengenakan rok katun biru sepanjang pergelangan kaki dan kemeja putih sebagai atasan nya. Dia memiliki rambut hitam panjang dan berkilau. Meskipun tinggi badannya hanya 160 cm, dia terlihat cantik dengan penampilan seperti itu. Membuat banyak anak laki-laki mengejarnya di sekolah.

"Ayu, akhirnya kamu pulang, aku sudah lama menunggumu disini." Nada suara Widya Perdana terdengar mengeluh.

Ayu Lesmana meletakkan keranjang, menuangkan jagung dan dengan lemah menjawab, "Apakah ada masalah? Ada perlu apa mencariku?"

Widya Perdana tertegun. Ini tidak seperti sikap Ayu Lesmana yang biasa terhadapnya. Di masa lalu, Ayu Lesmana selalu hormat dan berusaha menyenangkannya, jika Ayu berbuat salah sedikit saja, dia akan langsung datang untuk meminta maaf.

Mungkinkah apa yang terjadi tadi malam membuatnya berubah.

Widya Perdana memutar matanya dan menunjukkan ekspresi jijik di wajahnya, tapi dia tetap tersenyum, lalu kemudian membungkuk dan memegang tangan Ayu Lesmana, "Ayu, apakah kamu marah?"

Ayu Lesmana kemudian menatap tangan Widya, "Aku baru saja membersihkan kandang sapi dan memandikan sapi di sungai tadi."

Widya Perdana lalu dengan cepat melepaskan tangan Ayu Lesmana, "Mengapa kamu seperti ini? Kenapa kamu menjijikkan?"

Ayu Lesmana memperhatikan Widya mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan mulai mengelap tangannya dengan cepat. Ayu juga memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dari Widya Perdana. Jadi bisa dengan jelas melihat ekspresi penghinaan di wajah Widya Perdana yang tidak bisa diabaikan.

"Apa yang tidak kamu suka? Bukankah semua yang ada di desa ini kotor? Kamu juga pasti pernah jatuh ke dalam lubang kotoran ketika kamu masih kecil!" Teddy Lesmana tidak tahan dengan tatapan sok Widya Perdana.

Teddy Lesmana juga tidak mengerti mengapa saudara perempuannya mau berteman dengan wanita seperti itu.

Ayu Lesmana langsung tertawa saat mendengar apa yang dikatakan adiknya.

Pipi Widya Perdana langsung memerah karena menahan malu dan marah, lalu dia menatap Ayu Lesmana dengan tatapan emosi, "Ayu Lesmana!"

"Ada apa? Aku tidak membencimu setelah kamu jatuh ke lubang kotoran. Kenapa kamu masih galak padaku? Ayu Lesmana berkedip dengan santai, terlihat sangat polos.

Ada emosi berlebih di hati Widya Perdana yang hampir menyulutnya. Membuatnya mengepalkan tinjunya dan menahan keinginannya untuk memukul Ayu Lesmana. Tapi kemudian hanya berkata dengan kesal dalam hati, "Dia harus menanggungnya."

Widya Perdana dan saudara laki-lakinya terluka parah karena aduan Ayu Lesmana malam itu.

Widya Perdana menarik napas dalam-dalam dan langsung kembali ke tatapannya yang lembut, imut dan polos, "Ayu, aku tahu kamu marah pada aku dan kakakku sekarang, dan dia juga sebenarnya marah karena dia meninggalkanmu sore itu, tapi aku tidak menyalahkanmu, jadi aku hanya berharap kita masih bisa berteman baik."

Ayu Lesmana mendengarkan kata-kata itu dengan sangat serius dan berkata, "Tapi aku menyalahkanmu."

Widya Perdana hampir tidak bisa menahan emosi lagi, dia lalu mengeluarkan catatan kecil dari sakunya dan berkata dengan terus terang.

"Terserah! Aku datang ke sini hari ini untuk membantu kakakku memberimu sesuatu. Ayu, kamu tahu temperamen kakakku, aku juga pernah dimarahinya. Jika kamu ingin dimarahi juga itu terserah padamu." Widya kemudian pergi dengan kesal, sikap arogannya sepertinya hanya menolak untuk mengaku kalau dia kalah.

Senyum di wajah Ayu Lesmana menghilang seketika. Dia melihat sekilas catatan yang ada di tangan Widya. Awalnya, Ayu mengira Rangga menulis surat cinta untuknya dan menghabiskan uangnya untuk membeli amplop merah muda. Tapi Rangga Perdana hanya memberinya secarik kertas robek.

"Kakak, bukankah kamu masih sering pergi dengan Rangga Perdana?" tanya Teddy Lesmana yang kemudian meraih tangan Ayu Lesmana.

Ayu Lesmana menyipitkan matanya, membuka catatan itu dan membaca, "Tiga hari lagi, pada jam 8 malam, di bawah pohon beringin di pintu masuk desa."

"Kakak!"

Ayu Lesmana lalu mengangkat tangannya dan memegang kepala Teddy Lesmana, "Percayalah, aku tidak akan bermain bersamanya lagi." Teddy Lesmana ingin membantah, tetapi begitu dia melihat mata Ayu Lesmana yang penuh keyakinan, tiba-tiba menghentikan keraguan dalam hati Teddy Lesmana.

"Mungkin adikku benar-benar sudah tahu kali ini?"

Ayu Lesmana meremas catatan itu di tangannya, tidak diduga ia menerima catatan itu di kehidupan yang sekarang dan catatan itu juga muncul di kehidupan sebelumnya. Pada saat itu, dia menunggu dalam rumah, dan akhirnya keluar melalui jendela. Tapi tertipu lagi, karena Rangga Perdana tidak pergi saat itu.

Di tempat itu yang menunggunya ternyata salah satu penduduk yang lama tidak menikah. Dan jika bukan karena Sigit Santoso, kepolosannya malam itu sudah hancur.

Memikirkan apa yang dialami di kehidupan sebelumnya, Ayu Lesmana bergidik.

Tapi karena dia mengirim surat itu lagi kali ini, Ayu tidak keberatan memberikan sebuah hadiah besar kepada pihak lain.

Tiga hari berlalu dengan cepat, dan pada sore harinya, Ayu Lesmana mengajak Teddy Lesmana untuk berjaga-jaga, jangan sampai dia melarikan diri secara tidak sengaja.

Sekitar pukul 7.30 malam, Ayu Lesmana mengajak Teddy Lesmana keluar.

Langit di luar sangat gelap dan tidak ada lampu jalan seperti di kota, Ayu Lesmana memegang senter kecil di tangannya dan berjalan menuju pintu masuk desa dengan lengannya melingkari leher Teddy Lesmana.

Teddy Lesmana mengikuti Ayu Lesmana perlahan, menata curiga padanya, sampai mereka berjalan ke pintu masuk desa, Teddy merasa Ayu Lesmana hanya akan datang menjemput ayahnya, bukan untuk menemukan Rangga Perdana.

Saat itu, lampu rumah Rangga Perdana menyala.

Sekar Ningrum merajut sweater di bawah cahaya lampu dengan pikiran gelisah. Saat itu hampir musim hujan. Dan dia harus merajut sweater untuk Darto Perdana dan kedua anaknya untuk menjaga kesehatan.

Tapi Darto Perdana pulang terlambat malam itu dan Wijaya Lesmana, yang juga berada di pabrik yang sama dengan Darto Perdana, sudah pulang duluan. Memang Darto Perdana adalah direktur bengkel, masuk akal bahwa dia harus pulang kerja lebih larut dari Wijaya Lesmana. .

Sekar masih merajut sambil memikirkan ketika dia pergi untuk mencuci pakaiannya di sore hari, dia tidak sengaja mendengar Ayu Lesmana sedang berbicara dengan Sumiati.

Sumiati tampaknya memiliki seorang laki-laki.

Saat itu suara Ayu Lesmana terdengar cukup keras. Sumiati mendengar bahwa semua yang dikatakan Ayu Lesmana kepadanya adalah tentang masa depan dan dia tidak bisa mempertahankan status janda itu seumur hidup. Jika dia menemukan pasangan yang baik, tentu seluruh desa akan berbahagia untuknya.