Chereads / Kembali pada Pelukan Sang Pria Yang Tertinggal / Chapter 8 - Mengantar Ke Sekolah

Chapter 8 - Mengantar Ke Sekolah

Ayu Lesmana mengetahui pikiran Widya Perdana. Di kehidupan sebelumnya, alasan Ayu menceraikan Sigit Santoso, sebagian besar karena Widya Perdana yang ada di belakangnya. Dan dia hanya mendengarkan Widya Perdana pada saat itu, sampai dia benar-benar menceraikan Sigit Santoso kemudian, dan tidak berniat untuk bertemu Widya lagi. Pesan ambigu yang dikirim Widya kepada Sigit Santoso, membuat Ayu akhirnya menyadari kekejian Widya Perdana.

Ayu Lesmana melipat tangannya dan berkata, "Dia di sini untuk menjemputku!"

Widya Perdana tercengang, tidak menyangka Ayu Lesmana akan bereaksi seperti itu.

Widya menoleh dan menatap Sigit Santoso diam-diam, melihat pria itu dengan ekspresi terkejut, matanya yang sipit menatap lurus ke arah Ayu Lesmana, dia merasa tidak nyaman. Widya Perdana menggigit bibirnya, lalu berkata, "Ayu... tapi kita kan satu sekolah, dan kakak Sigit juga bersedia mengantarku. Kenapa kamu tidak mau kita berangkat bersama? Bukankah kita adalah teman yang baik... "

Ayu Lesmana merasa mual ketika dia melihat penampilan Widya Perdana yang berkata seperti itu. Sayangnya aktingnya tidak membuatnya terkenal di industri hiburan.

Ayu Lesmana tersenyum dan menatap Widya, "Bisakah teman yang baik tidak duduk di samping pacarku?"

"Pacar?" Mata Widya Perdana membelalak.

Ayu Lesmana memandang Sigit Santoso, mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah posisi Widya Perdana, "Aku akan duduk di situ."

Sigit Santoso mengangkat alisnya dengan tersenyum. Dia mengetuk setir dengan ujung jarinya lalu dengan santai berkata, "Widya Perdana, duduklah di kursi belakang."

Wajah Widya Perdana mencoba menahan senyumnya. Dia lalu menjawab dengan suara lembut dan menunduk dengan sedih, mengulurkan tangannya untuk membuka pintu mobil dan setelah keluar dari mobil, dia menarik tangan Ayu Lesmana, "Ayu, aku tidak bermaksud begitu. Hanya saja kupikir kamu tidak ingin duduk dengan Sigit dan kamu selalu membiarkanku duduk disampingnya."

Di masa lalu, Ayu memang selalu mencoba menghindari Sigit seperti ular dan bahkan juga menolak untuk duduk di mobil Sigit Santoso.

Sigit Santoso yang berada di dalam mobil dengan jelas mendengar kalimat itu, dia meremas setir dan ekspresi di wajahnya menunjukkan apa yang dia pikirkan dengan jelas.

Ayu Lesmana buru-buru melirik ke arah Sigit Santoso, kemudian merasa sudah mengalahkan Widya Perdana, dengan aktingnya yang buruk. Padahal dia dulu tidak seperti itu, selalu mengatakan hal-hal buruk tentang Sigit Santoso di depannya dan bagaimana dia begitu membencinya. Membuatnya merasa bahwa dia dan Sigit Santoso adalah takdir buruk yang hanya bisa dicapai dalam 800 tahun. Untungnya, sekarang Ayu Lesmana sudah tidak seperti dulu lagi.

Ayu Lesmana kemudian tersenyum, "Karena aku tidak tahu hubunganmu sebelumnya, jadi aku merasa tidak enak, tapi sekarang berbeda. Sigit dan aku sekarang berhubungan. Jadi kamu harus memperhatikan untuk menjaga jarak di masa depan." Setelah Ayu selesai berbicara, dia berjalan ke sisi mobil, mengangkat kakinya dan duduk di kursi depan, lalu membanting pintu hingga tertutup.

Widya Perdana tidak bereaksi untuk waktu yang lama, sampai Ayu Lesmana memandangnya dengan tidak senang, "Apakah kamu masih ingin ikut bersama ke sekolah?"

Widya Perdana menggigit bibirnya dan akhirnya duduk di kursi belakang.

Ayu Lesmana melihat wajah Widya Perdana di kaca spion dan memutar matanya dengan jijik, Ayu merasa Widya Perdana ingin mempermainkannya lagi sekarang. Dan dia tidak akan membiarkannya lagi dalam hidupnya yang sekarang dan tidak peduli lagi dengan siapa pun.

Sigit Santoso kemudian mulai mengendarai mobil, selama perjalanan dia diam dan ekspresinya datar.

Ada rasa tidak nyaman di dalam mobil selama perjalanan itu, Sigit Santoso mengemudi dengan tenang, tetapi Ayu Lesmana merasa sangat khawatir. Apa yang dikatakan Widya Perdana tadi pasti membuat Sigit Santoso marah.

Ayu duduk mendekat di sampingnya sambil memegang tas sekolahnya dan menyenggol kaki Sigit Santoso dengan hati-hati.

Sigit Santoso mengangkat alisnya dan mengabaikannya.

Ayu Lesmana kemudian menyenggolnya lagi.

Sigit Santoso masih tidak bergerak. Ayu Lesmana menggigit bibirnya sejenak dan memikirkan sesuatu, lalu mengulurkan tangannya, tetapi begitu dia mengulurkan tangannya, Sigit Santoso langsung menggenggam tangannya.

Sigit Santoso mengalihkan pandangannya, perasaan aneh melonjak di hatinya yang dalam, dia setengah memperingatkan dan setengah malas berkata, "Jangan membuat masalah."

Wajah Ayu Lesmana penuh dengan senyuman, tapi hatinya berteriak.

Ayu Lesmana duduk di sampingnya, tetapi Sigit Santoso merasa hatinya tidak enak, membuatnya cemas dan mudah tersinggung.

Widya Perdana yang duduk di belakang dan menyaksikan seluruh kejadian itu, merasa sangat kesal dan marah. Dan merasa ibunya benar, Ayu Lesmana benar-benar tidak tahu malu, dia mencoba merayu pria di usia yang masih begitu muda.

"Apakah dia layak untuk pria seperti Sigit Santoso! Pria seperti itu seharusnya menjadi milikku!" Widya Perdana membatin dengan kesal dalam hatinya.

Ketika mobil akhirnya sampai di persimpangan jalan dekat sekolah, Sigit Santoso menghentikan mobilnya, dia tahu bahwa Ayu Lesmana tidak suka dia diantar langsung ke gerbang sekolah.

"Terima kasih, kak Sigit!" Widya Perdana berkata dengan manis di belakang sambil memegang tas sekolahnya dan berkata lagi, "Ayu, ayo pergi."

Ayu Lesmana menggelengkan kepalanya, "Kamu pergi duluan saja."

"Tapi… Kalau kamu mau kamu bisa menungguku di luar mobil. Ada yang ingin aku katakan kepada kak Sigit." Ayu Lesmana berkata kemudian menatap Sigit Santoso.

Widya Perdana hampir bisa dengan jelas merasakan tujuan Ayu Lesmana.

Wajahnya menjadi pucat, seolah-olah dia telah merasakan kesedihan yang hebat dan tubuhnya yang kurus bergetar, "Baiklah, aku tidak akan mengganggumu. Selamat tinggal dan terima kasih lagi kak Sigit."

Widya Perdana kemudian keluar dari mobil.

Ayu Lesmana melihat Widya Perdana yang sudah berjalan jauh dari jendela mobil dan kemudian melihat Sigit Santoso dan berkata, "Sayang ..."

Sigit Santoso melihat ke arahnya, alisnya terangkat, seolah-olah dia terkejut mendengar nama yang baru saja dia panggil, tetapi sudut bibirnya dengan jelas menunjukkan bahwa nama itu terdengar menarik.

Ayu Lesmana tidak bisa menahan perasaan kesalnya, "Apakah kamu tidak suka orang memanggilmu seperti itu?"

"Menurutmu aku menyukainya?" Sigit Santoso terdiam lama sebelum dia bertanya kembali.

Hati Ayu Lesmana melonjak, "Kamu tidak menyukainya?"

Sigit Santoso menatapnya dengan dalam, "Betul!"

Ayu Lesmana terkejut dan bereaksi lambat terhadap apa yang dimaksud Sigit Santoso. Dulu ketika Widya Perdana mencoba menarik perhatian Sigit Santoso, Ayu tidak pernah melihat Sigit merespon atau bahkan tersenyum pada Widya Perdana. Dan Ayu merasakan itu sekarang.

Hati Ayu Lesmana tiba-tiba terasa sesak saat memikirkan itu.

"Mengapa kamu mencuri dengan Widya Perdana dan kakaknya?" Sigit Santoso bertanya begitu dia berbalik. Sebenarnya dia ingin menanyakan tentang hal itu kemarin, tapi dia tidak punya waktu.

Ayu Lesmana tiba-tiba melebarkan matanya ketika dia mendengar pertanyaan itu, "Aku tidak mencuri! Itu semua perbuatan Rangga Perdana, dia yang ingin mencuri dan malah menyalahkan aku." Balas Ayu Lesmana.

Kemudian dia mengerutkan kening dan bertanya-tanya, "Bagaimana kamu tahu tentang semua itu?"

Mata Sigit Santoso terlihat curiga tapi tidak menjawab, lalu menatapnya sambil berpikir, "Sungguh, kamu tidak mencuri?"

"Tentu saja tidak!" Ayu Lesmana menyipitkan matanya, memang kejadian itu karena Rangga Perdana menjebaknya. Dia tidak hanya mencuri, tetapi juga sudah merusak banyak hal lain di kehidupan sebelumnya, dan Ayu merasa harus membetulkan semuanya satu per satu.

Dia telah terbaring di ranjang rumah sakit selama lima belas tahun, tapi bagaimana dia bisa melunasinya dalam semalam.

Melihat ekspresi Ayu Lesmana, Sigit Santoso mengangkat alisnya dengan heran.