"Bu, berhati-hatilah." Ayu Lesmana memanggil.
Yati Wulandari menoleh untuk melihat Ayu Lesmana dengan sedikit keheranan. Dia tidak mengira Ayu Lesmana akan mengatakan untuk berhati-hati padanya. Gadis itu adalah gadis yang kurang peka. Dia selalu melakukan hal-hal yang berlawanan dari mereka. Hari ini, dia tampaknya berbeda.
Yati Wulandari hanya berharap besok Ayu Lesmana sudah tidak akan menangis dan tidak membuat masalah lagi. Yati Wulandari menghela nafas dan mengangguk, "Aku tahu."
Ayu Lesmana memandang Yati Wulandari yang buru-buru pergi dan hatinya tidak nyaman. Jari-jari Ayu Lesmana menutup, secara tidak sadar sudah mengepalkan tangannya. Dan bertekad dalam hidup yang baru ini, dia tidak akan lagi sebodoh itu. Dia pasti akan melindungi orang tua dan saudara laki-lakinya! Dan Sigit Santoso juga, jika Sigit masih memiliki perasaan yang kuat padanya dalam hidup ini, dia akan menerima Sigit.
_ _ _ _ _ _
"Ayu Lesmana, kemari lah" Wijaya Lesmana memanggilnya dan Ayu Lesmana kembali dari lamunan nya dan dengan cepat mengikuti ayahnya.
Setelah kembali ke rumah, Ayu Lesmana melihat ke pintu dan jendela yang sudah lama dikenalnya dalam ingatan, tirai biru bermotif bunga di ruangan depan dan cangkir enamel di atas meja, semuanya masih dia ingat dengan sangat baik.
Dan begitu masuk ke ruang makan, masih ada makanan hangat yang baru saja dimasak di atas meja. Ayu berpikir ibunya baru saja memasak makanan tapi tiba-tiba Panca memanggil untuk mencarinya tadi.
"Kakak! Kamu akhirnya pulang juga!" Seorang anak laki-laki kecil tiba-tiba melompat keluar dari ruang belakang.
Teddy Lesmana, anak laki-laki yang masih berusia sebelas tahun, memiliki semangat selayaknya anak-anak dimanapun ia berada. Tapi dia libur sekolah saat itu dan ingin pergi ke pabrik untuk membantu ayahnya bekerja, namun tidak dibolehkan oleh ayahnya.
Mata Ayu Lesmana sembab dan kemudian mengulurkan tangannya untuk menjewer telinganya, "Ke mana saja kamu pergi bermain hari ini, lihat pakaianmu sangat kotor. Apakah kamu sudah menyelesaikan pekerjaan rumahmu?"
"Iya sudah. Aku sudah menyelesaikan semuanya tadi sore. Dan aku sekarang hanya bermain-main saja dan aku rindu denganmu." Teddy Lesmana memohon belas kasihan.
Ayu Lesmana menghela nafas dan kemudian menoleh ke arah Wijaya Lesmana lalu berkata, "Ayah, aku akan memanaskan makanan dulu, agar kamu dan Teddy bisa makan nanti."
Ayahnya memang baru saja keluar dari pabrik pada malam hari itu dan dia merasa lapar dan sangat kelelahan.
Tapi kemudian Wijaya Lesmana menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa, aku saja yang akan memanaskan makanannya." Setelah mengatakan itu, dia kemudian membawa sayuran ke dapur.
Teddy Lesmana meraih tangan Ayu Lesmana dan melihat ke belakang, lalu bertanya, "Ke mana ibu pergi?"
"Ibu sedang ada urusan penting." Ayu Lesmana mengerutkan keningnya lalu bertanya lagi. "Jangan khawatirkan tentang ibu, sekarang yang kamu perlu khawatirkan adalah nilaimu. Berapa nilai yang kamu dapat dalam ujian terakhir? Tahun depan kamu akan masuk sekolah menengah pertama!"
"Kakak, apa yang kamu katakan?" Teddy Lesmana tiba-tiba mengomel, "Nilaiku lebih baik daripada nilaimu dulu, bahkan matematikaku dapat nilai 100!"
Jawab Teddy Lesmana bersemangat, tapi dia kemudian menatap Ayu Lesmana dan melihat wajah Ayu Lesmana yang merah, "Kakak! Kamu! Apa yang terjadi dengan wajahmu, siapa yang memukulmu?" Ekspresi wajah Teddy Lesmana tiba-tiba berubah menjadi sangat marah, seolah-olah dia sudah siapa berkelahi saat itu juga.
Hati Ayu Lesmana terenyuh, sudah lama dia tidak mendengar perhatian seperti itu. Terlebih lagi perhatian itu datang dari adiknya yang sangat disayanginya.
"Tidak apa-apa, tidak sengaja terluka. Tidak usah dipikirkan. Sekarang kamu masuk kamar dan belajar saja dan aku akan mencuci muka dulu." Ayu Lesmana mendorong Teddy Lesmana ke dalam ruangan, lalu pergi untuk mencari handuk dan keluar untuk mengambil baskom berisi air dingin dan meletakkan handuk di wajahnya.
Wijaya Lesmana saat itu telah memanaskan makanan yang ada di meja.
Dia tidak langsung makan, tapi menunggu untuk Ayu Lesmana dan Teddy Lesmana makan dulu. Tapi Ayu Lesmana juga tidak mau makan dulu, dia ingin mereka makan bersama saat itu.
Pada malam itu juga, Yati Wulandari akhirnya pulang setelah hampir dua jam tadi pergi bersama Panca ke rumah keluarga Sekar Ningrum. Dia tertawa ketika sampai di rumah dan menceritakan kejadiannya pada Ayu dan Wijaya Lesmana.
Ketika mereka tiba tadi, Rangga Perdana sedang berganti pakaian dan Widya Perdana sedang duduk di kamar makan jeruk. Widya panik dan menyembunyikan sekantong jeruk, tapi dia berkata dia hanya mengikuti Rangga saja.
Panca lalu menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Darto Perdana, lalu kemudian Rangga dan Widya dimarahi selama lebih dari satu jam. Dan setelah itu Darto Perdana membayar ganti rugi sebesar lima puluh ribu kepada Panca.
Ayu Lesmana yang mendengar cerita itu akhirnya merasa lega.
Di kehidupan sebelumnya, Ayu membantu Rangga Perdana mencuri makanan yang akhirnya membuat Panca kehilangan uang dan kemudian hal itu terjadi...
Dan setelah pergi ke sekolah keesokan harinya, salah satu guru berbicara dengannya dan berkata bahwa dia memiliki masalah dengan pendidikan ideologisnya. Dan kemudian putus sekolah tidak lama setelah itu...
Penyesalan terbesar dalam kehidupan terakhir Ayu Lesmana adalah tidak masuk universitas.
"Ayu Lesmana, kamu harus lebih berhati-hati saat berurusan dengan keluarga mereka lagi di masa mendatang." Kata Yati Wulandari sambil mendorong kepala Ayu Lesmana dengan sendok.
Yati Wulandari benar-benar khawatir Ayu Lesmana akan berdamai dengan Widya dan Rangga Perdana besok, dan main bersama lagi.
Ayu Lesmana melihat ekspresi sedih di wajah ibunya dan mengangguk dengan mata ekspresi sedih, "Aku tahu, jangan khawatir, aku tidak akan bermain dengan mereka lagi."
Yati Wulandari menatapnya untuk beberapa saat, dan akhirnya menggelengkan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Sebuah keluarga beranggotakan empat orang ini kemudian makan malam dan ngobrol beberapa saat sebelum kemudian mandi dan pergi tidur.
Meskipun banyak gosip berterbangan tentang kejadian semalam keesokan harinya, Ayu Lesmana tidak peduli sama sekali. Dia tetap membantu Yati Wulandari bekerja di kebun.
Karena Wijaya Lesmana pergi bekerja di pabrik, Yati Wulandari yang melakukan semua pekerjaan kebun sendirian.
Dan hari ini adalah saatnya memanen jagung, Ayu Lesmana mengenang bahwa saat itu di kehidupan sebelumnya, dia masih bermain dengan Rangga dan Widya Perdana setiap harinya. Ayu Lesmana tidak hanya tidak membantu Yati Wulandari bekerja di kebun, dia juga membuat Yati Wulandari mengkhawatirkannya sepanjang hari.
Ayu Lesmana teringat saat itu dan sangat ingin menampar dirinya sendiri.
Saat Ayu Lesmana berada di kebun pada siang hari, dia masih mendengar beberapa kata yang tidak menyenangkan.
Dia mendengar orang berkata bahwa dia lah yang mencuri di rumah Panca dan mengajak Rangga Perdana. Setelah itu, Rangga Perdana melangkah untuk membantunya.
Ayu Lesmana tahu bahwa gosip semacam itu pasti dibuat oleh Widya Perdana yang tidak terima tentang kejadian semalam. Dan Widya Perdana benar-benar tahu bagaimana membuat gosip seperti itu.