Jam pulang kantor pun tiba, drama pencarian Alexa kini terulang kembali. Para pengawal Alexa, anak buah Indra dan juga Rian, benar-benar dibuat pusing 7 keliling karena harus menyusuri setiap sudut gedung perkantoran yang bertingkat tinggi 37 lantai tersebut.
Berkali-kali Daniel mencoba menelepon handphone Alexa, namun gadis itu tak kunjung mengangkat teleponnya.
"Bagaimana? Apa Alexa mengangkat teleponnya?" tanya Indra.
Daniel menggeleng cepat. "Alexa tidak mengangkat panggilan telepon dari saya," jawab Daniel dengan ekspresi wajah kecewa.
"Apa yang sebenarnya Alexa pikirkan? Kenapa ia selalu saja berbuat seenaknya sendiri dan sering membuatku merasa sangat khawatir?! Aku pasti akan memberikan hukuman yang sangat berat kepada anak nakal itu setelah aku berhasil menemukannya!" Indra kembali meradang, dan ia berpikir kali ini Alexa pasti akan mendapatkan hukuman yang benar-benar berat
"Leon, coba kamu lacak GPS handphone Alexa. Cari tahu dimana posisi anak itu sekarang juga," perintah Indra.
"Baiklah, saya mengerti," ucap Leon kemudian pergi meninggalkan kantor Indra.
Indra mendengus kesal, lelaki berwajah tampan tersebut menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursinya. "Daniel! Apa kalian kembali bertengkar?" tanya Indra penuh selidik.
"Tidak, Om Indra."
"Lalu kenapa Alexa tiba-tiba kabur?" tanya Indra curiga.
Belum sempat Daniel menjawab pertanyaan dari Indra, Leon tiba-tiba masuk ke kantor Indra. "Tuan Indra, nona Alexa sudah ketemu," lapornya cepat.
Indra dan Daniel seketika bereaksi.
"Di mana anak nakal itu sekarang? Cepat, suruh dia masuk ke ruanganku sekarang juga," suruh Indra dengan wajah yang terlihat kesal, ia sudah tidak sabar ingin mengomeli Alexa saat ini.
"Nona Alexa mengalami kecelakaan, dan sekarang sedang dibawa oleh ambulance menuju ke rumah sakit," jawab Leon.
Daniel dan Indra terlihat sangat terkejut setelah mendengar ucapan Leon.
"Apa!! Kecelakaan? Jelaskan kepadaku, apa yang sebenarnya telah terjadi kepada Alexa?" tanya Indra tidak sabaran.
"Rian–Sekretaris tuan Daniel lah yang pertama kali menemukan tubuh nona Alexa terkapar di tangga darurat yang menuju ke atap, kepala nona Alexa terluka parah. Menurut pengakuan salah seorang rekan tim desain sebelum kejadian itu terjadi, nona Alexa sempat mendapat sebuah surat dari orang tidak dikenal yang menyuruhnya untuk datang ke atap," papar Leon.
"Jadi, menurut saya. Ini bukanlah murni kecelakaan, tapi ada seseorang yang berniat untuk mencelakai nona Alexa," ungkap Leon.
'Apakah itu orang suruhan paman? Kalau memang benar paman yang sudah mencelakai Alexa, aku tidak akan tinggal diam,' batin Daniel seraya mengepalkan tangan, kali ini kesabarannya sudah benar-benar habis.
"Leon! Sekarang antarkan aku ke rumah sakit," suruh Indra cepat.
"Baik, tuan," ucap Leon.
Tanpa banyak membuang waktu, Daniel dan Indra segera pergi menuju ke rumah sakit.
Beberapa saat kemudian, Rumah Sakit Internasional.
Daniel dan Indra berjalan menyusuri lorong rumah sakit dan menuju ke UGD yang dipandu oleh Leon, di sana Rian dan pengawal Alexa terlihat sedang duduk di bangku yang tersedia di ruang tunggu UGD.
"Rian!"
"Tuan Daniel."
"Di mana Alexa sekarang?" tanya Daniel seraya mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan.
"Nona Alexa sedang ditangani oleh dokter," jawab Rian.
"Jelaskan kepadaku dengan detail kronologinya saat kamu menemukan Alexa," desak Indra.
Daniel hanya terdiam menatap setelan jas Rian yang berlumuran darah. "Apa itu darah Alexa? Apakah Alexa terluka parah? Katakan padaku, Rian!" Daniel mencengkeram kedua bahu pria muda berusia 25 tahun tersebut dengan erat.
Rian mengangguk pelan
"Aku mau bertemu Alexa! Aku harus melihat kondisi Alexa! Katakan kepadaku, dimana Alexa sekarang?" Daniel mengguncang tubuh Rian, saat ini Daniel benar-benar merasa sangat panik dan tidak bisa berpikir dengan jernih.
Indra menepuk bahu Daniel pelan. "Daniel, tenanglah! Alexa pasti baik-baik saja! Percayakan semuanya kepada dokter yang menangani Alexa," ucap Indra mencoba menenangkan Daniel. "S
"Sekarang, cepat jelaskan kepadaku kronologi kejadian yang sebenarnya," desak Indra kepada Rian.
Dan Rian pun menceritakan kronologis kejadiannya kepada Indra. "Dan saya sudah melihat nona Alexa terkapar di lantai kepalanya mengeluarkan banyak darah, dan ...." Rian menghentikan kata-katanya karena ia merasa ragu, tangan pria itu kemudian merogoh saku jasnya.
"Dan ....?" tanya Daniel.
Rian mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan menunjukkannya kepada Indra dan Daniel, dahi kedua lelaki itu mengernyit saat melihat kancing berwarna abu-abu yang kini berada dalam genggamannya.
"Kancing?" tanya Daniel dan Indra serentak.
Rian mengangguk pelan. "Nona Alexa terus menggenggam kancing baju ini, dan saya mengambilnya setelah kancing ini terjatuh dari genggaman tangan nona Alexa saat berada di dalam mobil Ambulance," jelas Rian. "Mungkin, sebelum nona Alexa terjatuh dari tangga. Nona Alexa sempat melawan dan berhasil mendapatkan kancing baju dari sang pelaku" paparnya lagi.
Indra menghela napas panjang, Ia kini telah menemukan satu titik terang. "Berarti Alexa tahu siapa pelakunya. Sekarang, yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu sampai dokter selesai menangani Alexa."
Daniel terduduk lemas di bangku, wajahnya terlihat sangat cemas dan ia tidak bisa berkata-kata lagi.
1 jam kemudian ...
"Maaf, keluarga pasien atas nama Alexa Prayoga?" tanya seorang dokter seraya mengangkat tangannya.
Daniel dan Indra segera berjalan menghampiri sang dokter yang berusia sekitar 35 tahunan tersebut.
"Saya! Saya orang tua dari pasien yang bernama Alexa Prayoga," ucap Indra. "Bagaimana keadaan putri saya, Dok?" tanyanya lagi.
"Putri bapak mengalami gegar otak ringan, karena luka di kepala Alexa lumayan lebar, kami harus menjahit lukanya. Dan tulang kaki kanan Alexa mengalami keretakan, tapi untungnya tidak sampai patah," papar sang dokter.
"Untuk sementara ini, hanya itu saja yang bisa saya sampaikan karena saya juga masih menunggu hasil pemeriksaan CT scan. Saya akan beritahu kepada anda jika terjadi sesuatu kepada putri anda," imbuh sang dokter.
Indra mengangguk pelan. "Baiklah, saya serahkan semuanya kepada dokter."
"Apa saya bisa bertemu dengan Alexa? Dimana Alexa sekarang?" tanya Daniel tidak sabaran.
"Masuk saja. Alexa masih berada di bangsal, sebentar lagi para perawat akan memindahkannya ke ruang perawatan. Kalau begitu, saya permisi dulu," ucap sang dokter.
"Terima kasih banyak, Dok," ucap Indra.
"Sama-sama," ucap sang dokter kemudian pergi.
Daniel segera masuk ke dalam ruangan dan mencari bangsal Alexa. Daniel menyingkap satu per satu gorden yang menjadi pemisah bangsal satu dengan yang lainnya.
Hingga Daniel berhasil menemukan keberadaan Alexa.
"Alexa!"
Alexa masih berada dibawah pengaruh obat bius, sehingga gadis itu masih belum sadarkan diri. Daniel mengambil tempat duduk persis di samping ranjang Alexa seraya menggenggam erat tangan gadis itu dan menempelkannya di pipi.
Sedangkan Indra hanya berdiri terpaku menatap putrinya dengan penuh rasa penyesalan. Karena untuk kedua kalinya, ia kecolongan dan membuat putrinya terluka parah.
"Leon! Periksa semua CCTV dan cari pelakunya sampai dapat. Setelah itu, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, bukan?"
"Baik, saya mengerti dengan maksud tuan Indra. Kalau begitu, saya permisi dulu," pamit Leon lalu pergi.
Kemudian, beberapa perawat datang dengan membawa brankar. Para perawat itu kemudian mengangkat tubuh Alexa dari ranjang lalu memindahkanya ke atas brankar. Setelah itu mereka membawa Alexa ke ruang perawatan.
***
Keesokan paginya ....
"Alexa! Kamu sudah sadar?" tanya Daniel kepada Alexa saat gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya.
Namun, gadis itu kembali menutup matanya karena kepalanya terasa sangat sakit. Alexa berpikir mungkin dengan cara ini bisa sedikit mengurangi rasa sakit di kepalanya.
"Pasti Alexa sekarang berada di rumah sakit, 'kan?
Suara Alexa terdengar parau.
Daniel mengangguk cepat. "Iya, Lex. Kamu sekarang berada di rumah sakit," ucap Daniel membenarkan perkataan Alexa. "Bagaimana keadaanmu? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Daniel.
"Kepalaku rasanya sangat sakit, dan sekarang aku tidak bisa menggerakkan tubuhku," lirihnya.
Indra berjalan mendekat ke ranjang Alexa, lelaki itu sekarang berdiri tepat di samping ranjang putri tunggalnya. "Alexa! Ceritakan kepada Papa, siapa pelakunya? Siapa yang telah membuatmu menjadi seperti ini?" tanya Indra dengan tatapan penuh selidik.
Alexa lalu membuka matanya dan menatap kosong ke langit-langit. Gadis itu menghela napas panjang. "Sepertinya Alexa berjodoh dengan rumah sakit! Bukankah ini adalah suatu tanda yang diberikan oleh Tuhan kalqu suatu hari nanti, impian Alexa untuk menjadi seorang dokter akan menjadi kenyataan?" Alexa mengalihkan pembicaraan, gadis itu merasa enggan untuk membicarakan tentang masalah ini.
"Jangan asal bicara! Cepat katakan siapa pelakunya? Papa yakin betul kalau kamu mengetahui siapa pelakunya yang telah membuatmu menjadi seperti ini." Indra terus saja mendesak Alexa, tapi gadis itu hanya menutup matanya untuk menghindari pertanyaan Indra.
"Kepala Alexa terasa sangat sakit, sekarang Alexa mau tidur," ujar Alexa.
"Om Indra, sebaiknya nanti saja kita tanyakan tentang hal ini kepada Alexa. Saat ini kondisi Alexa masih belum stabil," bujuk Daniel.
Indra hanya mendengus lalu pergi meninggalkan ruang inap Alexa dengan perasaan kesal, sungguh sangat sulit mengendalikan putri tunggalnya. Bahkan ia merasa diabaikan dan tidak dianggap saat ia menanyakan identitas sang pelaku penyerangan.
'Maafin Alexa, karena Alexa tidak akan memberitahu siapa pelaku penyerangan terhadap Alexa. Meskipun Alexa tahu siapa pelakunya, Alexa tidak akan pernah mau mengatakannya kepada siapapun,' ucap Alexa di dalam hati.
Lantas, siapakah pelaku penyerangan Alexa?? Dan juga apa alasan yang membuat Alexa menutupi identitas pelaku yang telah menyerangnya??
Ikuti terus kelanjutan ceritanya, ya?? dijamin makin seru loh?.
To be Continued