Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan Alexa, hari yang sangat dinantikan oleh semua siswa. Karena setelah kelulusan sekolah, pastinya mereka akan melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni bangku kuliah.
Tidak terkecuali Alexa, namun sayangnya hari ini Alexa hanya bisa terbaring lemah di rumah sakit. Pagi ini Daniel sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga lelaki itu tidak bisa menjaga Alexa di rumah sakit, namun setiap 30 menit sekali Daniel selalu menelepon Alexa untuk memantau keadaan gadis itu.
Perhatian dan kasih sayang Daniel yang ia curahkan kepada Alexa sungguh membuat iri hati para wanita yang melihatnya, termasuk Shella yang selalu terbakar api cemburu saat tahu Daniel selalu menelepon Alexa saat ia sedang bekerja bersama.
"Ran! Randi!" Alexa memanggil pengawalnya yang sedang berjaga di luar ruang inapnya dengan suara lemah, tapi tidak ada respons mungkin karena suara Alexa terlalu pelan sehingga tidak ada yang mendengar panggilannya.
Saat ini kerongkongan Alexa terasa sangat kering, ia kehausan tapi masalahnya tidak ada orang yang membantunya untuk mengambil minum. Alexa juga merasa kesulitan saat ia mencoba untuk bangkit, karena tubuhnya terasa sangat berat.
Gadis berambut panjang itu menjulurkan tangannya untuk meraih gelas yang diletakkan di atas meja, namun tidak sampai. Ia juga mencoba untuk meraih bel untuk memanggil suster, tapi tangannya juga tidak bisa meraih bel, hingga Alexa merasa sedikit putus asa.
Alexa menangis meratapi ketidakberdayaannya, saat ini ia sangat merindukan neneknya. Erna dulu tidak pernah meninggalkan Alexa barang sedetik pun saat Alexa sakit, tapi kini saat ia sakit tidak ada satu orang pun yang menjaga dirinya.
Indra yang selalu sibuk dengan pekerjaannya, juga Daniel. Kemarahan Alexa kian memuncak saat, namun saat ini tangisannya tidak banyak membantu.
Gadis berhidung mancung itu malah semakin kehausan, Alexa kembali berusaha meraih gelas yang berisi air putih yang terletak di atas meja tepat di sebelah kanan ranjangnya, ia memajukan tubuhnya sedikit tapi gelas itu masih jauh dari jangkauannya.
Ia terus mengangkat tubuhnya, tapi terganjal oleh selang infus yang tertancap di punggung tangan sebelah kirinya. Hingga ...
"Akkkh!!"
GEDEBUG!!
Tubuh Alexa terjatuh di lantai dan gadis itu seketika tidak sadarkan diri.
***
Daniel seketika meninggalkan ruang meeting saat mendapat kabar tentang Alexa yang jatuh dari ranjangnya, pria bertubuh tinggi tegap itu bergegas menuju ke rumah sakit untuk menemui Alexa.
Jantung Daniel tidak karuan, pantas saja dari tadi perasaannya tidak enak dan terus-terusan kepikiran Alexa. Tapi hari ini jadwal meeting begitu padat, ia pun sampai tidak makan siang karena ingin segera menyelesaikan semua pekerjaannya kemudian menemui Alexa.
"Untung saja Alexa jahitan di kepala Alexa tidak semua nya terbuka, dan kaki Alexa tidak mengalami cedera parah. Kalau tidak, terpaksa Alexa akan menjalani operasi karena cedera di otaknya. Dan juga tangan kiri Alexa sedikit mengalami pembengkakan karena infus yang tiba-tiba tercabut dari tangannya," papar dokter sembari berjalan duduk ke kursinya.
"Tapi pak Indra jangan terlalu khawatir, Alexa adalah gadis yang kuat dan tangguh. Jadi, tidak akan terjadi apa-apa. Sekarang, bapak sudah bisa menjenguk putri bapak," imbuh dokter.
Indra mengangguk pelan. "Terima kasih, Dok." Indra kemudian berjalan keluar dari ruangan dokter menuju ke kamar inap Alexa yang jaraknya tidak seberapa jauh.
Saat Indra hendak membuka pintu ruang inap Alexa, Daniel terlihat berlari menghampiri papa Alexa, napasnya ngos-ngosan dan wajahnya terlihat panik.
"Bagaimana keadaan Alexa, Om?"
"Sebaiknya kita masuk dulu untuk melihat keadaan Alexa."
Daniel dan Indra masuk ke dalam kamar Alexa, rupanya di dalam masih ada suster yang terlihat sedang merapihkan selang infus dan selimut Alexa.
Suster tersenyum. "Apa masih ada yang bisa saya bantu?" tanya suster ramah.
Bibir Alexa bergetar. "Minum, Alexa haus, Sus."
Suster itu langsung mengambil gelas yang berisi air putih dan menaruh sedotan di dalamnya supaya Alexa bisa minum dengan mudah, dengan bantuan suster akhirnya tenggorokan Alexa bisa kembali basah.
"Sudah?"
Alexa mengangguk lemah, "Jangan taruh gelas airnya jauh-jauh," pinta Alexa kepada Suster saat meletakkan gelas itu jauh di sudut meja.
"Apa?" tanya suster.
"Kalau suster taruh gelasnya jauh-jauh, nanti saya jatuh lagi dari ranjang karena berusaha meraih gelas saat Alexa kehausan. Suster sudah menyuruh pengawal saya untuk menjemput bik Minah, 'kan?" suara Alexa benar-benar lemah dan tidak bertenaga.
"Sudah, mungkin sebentar lagi juga sampai," ucap suster seraya meletakkan gelas di atas ranjang, seperti permintaan Alexa.
Daniel dan Indra seketika terkejut dengan perkataan Alexa, terutama Daniel. Pria itu merasa sangat bersalah karena telah mengabaikan Alexa dan malah sibuk bekerja.
"Suster, biar kami saja yang menjaga Alexa. Suster boleh pergi," suruh Indra.
"Baiklah kalau begitu, tolong jaga pasien baik-baik. Kalau bisa, harus ada 1 orang yang menjaga pasien, supaya bisa membantu pasien kalau membutuhkan sesuatu. Agar kecelakaan seperti tadi tidak terulang kembali," saran suster.
Daniel mengangguk cepat. "Iya, Sus. Maafkan kelalaian kami," ucap Daniel.
Setelah berpamitan, suster itu pun segera pergi meninggalkan ruangan. Indra duduk di kursi tepat di samping ranjang Alexa, sedangkan Daniel berdiri di sisi ranjang lainnya.
"Alexa, kamu tidak apa-apa?" tanya Indra penuh rasa kekhawatiran.
Pria itu memandang wajah Alexa yang terlihat lebam dan juga tangan Alexa sebelah kiri yang terlihat bengkak dan berwarna biru gelap. Pastinya gadis itu sedang menahan rasa sakit yang teramat sangat.
Alexa menutup matanya dan sedikit memiringkan kepalanya, Ia sungguh tidak ingin melihat wajah Daniel ataupun papanya saat ini.
"Alexa mau istirahat, jadi tolong, Papa dan kak Daniel tinggalkan Alexa sendirian," pinta Alexa dengan bibir bergetar.
Bulir-bulir bening tiba-tiba menggenang dari sudut mata Alexa lalu mengalir dan terjatuh. Gadis itu sedang menahan tangis, hatinya terasa sangat sakit karena ia mengingat kejadian tadi, Alexa merasa diabaikan oleh orang tua dan juga pria yang ia cintai.
"Tapi, Al–"
"Pergi." Alexa memotong perkataan Daniel dan tetap menyuruh Indra dan Daniel pergi meninggalkannya.
Daniel dan Indra saling menatap lalu Indra memberi isyarat anggukan kepada Daniel agar menuruti kemauan Alexa.
"Non Alexa!" Minah yang baru datang langsung nyelonong masuk dan berjalan tergopoh-gopoh mendekat ke arah Alexa dan tidak sengaja menjatuhkan tas yang terbuat dari kertas berukuran sedang yang berisi boneka teddy bear milik Alexa ke lantai.
Mendengar suara Minah, Alexa seketika membuka matanya dan menatap nanar wajah Minah yang terlihat begitu sedih.
"Maafin bik Minah, Non. Karena bik Minah baru datang sekarang," ucap Minah sambil menangis.
"Bik Minah ... tolong peluk Alexa, Bik," lirihnya seraya menatap wajah Minah.
Saat Minah memeluk Alexa, tangis Alexa pecah seketika. Alexa menangis pilu di dalam pelukan Minah dan membuat Daniel merasa sangat sedih.
Saat Daniel hendak mendekati Alexa, Indra menahan tangan Daniel dan menghentikan Daniel. Kedua lelaki itu hanya bisa memandang Alexa menangis dan menumpahkan semua unek-uneknya di pelukan Minah.
"Bik Minah jangan tinggalin Alexa sendirian, Alexa tidak mau sendirian."
"Bik, Alexa kangen Oma, Alexa mau ketemu Oma."
"Mama jahat, Oma jahat, kak eric juga jahat. Kenapa semua orang meninggalkan Alexa sendirian, apa salah Alexa? Kenapa semua orang meninggalkan Alexa, Bik."
Alexa menangis sejadi-jadinya dan terus saja memanggil mendiang Erna dan mamanya. Minah mencoba menenangkan Alexa, tapi gadis itu terus saja menangis pilu dan membuat Indra dan Daniel yang masih berdiri terpaku di dekat pintu merasa sangat bersalah.
1 jam kemudian.
"Bagaimana keadaan Alexa?" tanya Indra kepada Minah dengan nada suara lembut.
"Non Alexa sudah tertidur, Tuan. Mungkin non Alexa kelelahan," jawab Minah seraya membetulkan posisi boneka teddy bear yang ia letakkan tepat di samping wajah sebelah kanan Alexa sebagai bantalan pipi.
Dulu Erna selalu melakukan ini kepada Alexa saat gadis itu sakit atau saat Alexa terbangun di tengah malam karena selalu bermimpi buruk. Dan ini sudah menjadi kebiasaan Alexa.
"Kenapa, Bik?" tanya Indra kepada Minah yang badannya terus bergerak dan tidak tenang.
"A–anu, Tuan. Saya tidak tahan mau ke toilet," jawab Minah.
"Pergilah, biar saya dan Daniel yang menjaga Alexa," ucap Indra.
"Ta–tapi tuan," Minah ragu-ragu lalu menatap ke arah tangannya yang digenggam erat oleh Alexa.
Daniel mendekat ke arah Minah dan mencoba melepaskan tangan Minah dari genggaman tangan Alexa dengan perlahan. Kemudian Daniel menggenggam tangan Alexa, pria itu juga mengelus pipi Alexa lembut dan menghapus sisa-sisa air mata yang masih tertinggal di pelupuk mata Alexa.
***
2 hari kemudian ...
Keadaan Alexa sudah mulai membaik, namun ia masih saja mendiamkan Daniel dan juga Indra, jika ia butuh sesuatu pasti yang dipanggilnya Minah atau suster.
"Dok, kapan saya boleh boleh pulang?" tanya Alexa kepada dokter yang baru saja selesai memeriksanya.
"4-5 hari lagi, kalau keadaanmu sudah benar-benar stabil," jawab dokter seraya memasukkan stetoskop ke dalam saku jasnya.
"Besok adalah hari wisuda kelulusan sekolah, besok Alexa harus datang ke acara wisuda," ujar Alexa.
"Tapi ... kamu masih belum boleh banyak bergerak, kamu masih harus banyak beristirahat karena jahitan di kepalamu belum benar-benar kering untuk melakukan banyak aktivitas," jelas dokter melarang Alexa.
Tangan kanan Alexa meraih jaket putih dokter lalu mencekeramnya erat. "Besok Alexa menerima penghargaan karena lulus dengan nilai yang sangat sempurna, dan Alexa sudah berjanji kepada mendiang Oma untuk datang ke acara wisuda kelulusan." mata Alexa berkaca-kaca menatap wajah sang dokter.
"Tidak!! Kamu tetap tidak boleh datang," kukuh dokter tidak tergoyahkan.
"Alexa! Turuti saja perintah dokter, ini semua demi kebaikanmu," nasihat Daniel, namun perkataanya sama sekali tidak di hiraukan oleh Alexa.
Air mata Alexa terjatuh. "Baiklah kalau begitu! Alexa akan tetap pergi ke acara wisuda, Alexa bisa pergi sendiri karena tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi Alexa untuk pergi ke acara wisuda kelulusan besok," ucap Alexa mantap.
"Alexa! Jangan keras kepala, turuti saja nasihat dokter," ujar Indra tegas namun Alexa tetap kukuh pada pendiriannya.
"Tolonglah, Dokter. Alexa janji akan melakukan semua perintah dokter, tapi tolong izinkan saya datang ke acara wisuda besok. Tolong," pinta Alexa mengiba.
Dokter menghela napas panjang lalu mengangguk perlahan. "Baiklah! Saya akan izinkan kamu datang ke acara wisuda besok, tapi dengan beberapa syarat yang harus kamu penuhi." sang dokter memberi penekanan terhadap kata-katanya tentang syarat yang harus dipenuhi Alexa kalau ia ingin pergi ke acara wisuda besok.
Alexa mengangguk cepat. "Iya, baik. Alexa pasti akan menuruti semua perintah dokter, terima kasih. Terima kasih banyak, Dokter."
Alexa tersenyum dan merasa sangat bahagia setelah mendengar perkataan dari dokter.
Alexa merasa sangat lega, akhirnya ia bisa datang ke acara wisuda dan menerima penghargaan dengan kedua tangannya sendiri seperti janjinya yang telah ia ucapkan saat Erna masih hidup.
To be continued.