Pikiran Aya melayang entah ke mana, harus bahagia atau sedih mendengarkan pengakuan dari Marvel. Namun, ini hal yang dia tunggu untuk menutupi rasa pada hati yang lain, secara sengaja Aya mencoba memahami apa yang Marvel inginkan. "Aku pikir juga demikian, kejujuran itu penting, aku enggak mau tahu perihal masa lalumu."
"Terus sekarang? Kamu mau apa dariku?
"Iya, maaf," Aya memberi jeda sesaat, "Enggak ada alasan untuk menolakmu."
Mimik bahagia terpancar jelas di wajah tampan Marvel tanpa aba-aba segera dia memeluk Aya. "Love you, Ay!" teriaknya kegirangan.
"Udah-udah aku enggak bisa napas nih," ucap Aya merasa tak nyaman dengan hal itu.
Marvel melepaskan pelukannya yang membuat Aya sesak. "Sorry, saking senangnya."
Aya tak butuh alasan mengapa Marvel memilihnya dari sekian banyak gadis cantik yang dia kenal. "It's okay enggak masalah."
