Chereads / I Want A Children / Chapter 4 - Lempar keempat

Chapter 4 - Lempar keempat

Naya telah pulang sejak tadi dan menatap anak gadisnya yang sedang menggambar. Dengan hati-hati Naya menghampiri Netra dan memeluknya dari belakang. Netra yang di peluk oleh Naya terkejut namun langsung tertawa saat perutnya di kelitiki oleh Naya.

Mereka berdua terbahak-bahak bahagia di sana. Naya menghentikan tingkahnya yang jail dan duduk di samping Netra sambil menatap gambar yang sedang dia gambar.

"Netra, kamu gambar apa sayang?" tanya Naya sambil memperhatikan gambar yang telah di buat oleh Senetra.

Matanya hampir meneteskan air mata namun dia menahannya agar anaknya tak merasakan kerinduan atau kesakitan yang sama seperti apa yang dia rasakan. Meski begitu Naya tak mau harapan Senetra putus untuk menatap dan mempunyai seorang ayah? Mungkin, itu keinginan kecil Senetra namun bagi Naya itu adalah hal yang sangat sulit untuk di kabulkan.

Naya tak ingin membuat gadis kecilnya ikut merasakan kesakitan yang sangat dalam. Tidak, semoga Senetra tetap bahagia meskipun nyawa Kanaya adalah pertaruhannya dirinya sudah sangat berani memberikan semuanya untuk Senetra.

"Ahhh iyah Netra. Mama punya sesuatu buat kamu," ucap Naya dengan nada bahagianya.

Senetra merasa penasaran. Dia mengerutkan kedua keningnya bingung. Apa yang ibunya punya untuknya? Senetra semakin penasaran ketika ibunya menyuruh dia menutup matanya dengan kain.

Namun, daripada memperlambat waktu. Senetra hanya mengikuti apa yang ibunya suruh. Dia menutup matanya dengan hati yang berdebar. Tunggu, apa yang akan di berikan oleh ibunya kali ini? Senetra tak ingin berharap terlalu banyak memang. Tapi, apakah dia tidak boleh memiliki sedikit harapan.

Terdengar suara derap kaki seseorang dan suara seolah membawa sesuatu membuat Senetra yang penasaran semakin di buat penasaran oleh hadiah yang akan di berikan oleh Mamanya.

"Mama, ini apa sih? Netra penasaran banget," rengek Netra.

Mendengar Senetra yang merengek Naya hanya terkekeh seolah puas dengan apa yang dia lakukan. Tanpa Senetra ketahui bahwa dia juga sedikit meraskan penasaran.

"Oke!! Boleh buka matanya sekarang," teriak Naya.

Perlahan tangan Senetra membuka kain yang menutup matanya. Dia terlihat sangat bahagia ketika melihat banyak hadiah di depannya, matanya berkaca-kaca. Senetra bukan menangis sedih tapi dia menangis dengan bahagia.

"Mamah, buat aku?" tanya Senetra tak percaya.

Naya menganguk. "Iyah, emangnya anak Mama siapa lagi selain kamu hm?"

Senetra memeluk erat Naya. Naya tersenyum bahagia melihat anaknya bahagia, tangannya mengelus pelan puncak kepala Senetra dengan penuh kasih sayang. Sesekali menciuminya.

"Kamu suka kan?" tanya Naya.

"Aku suka banget!" teriak Senetra dengan kegirangan.

Naya mencari sesuatu di kantungnya. Membuat Senetra kembali mengerutkan keningnya.

"Mamah nyari apa? Mau Netra bantu?"

"Nggak usah, udah ketemu nak," ucap Naya memperlihatkan tiket menuju taman dufan. Melihat itu Senetra meloncat-loncak kegirangan karena bahagia. Ia akan bermain seperti teman-temannya ke taman hiburan. Akhirnya Senetra bisa bermain, Senetra bersyukur jika ia memiliki Ibu seperti Naya.

"Mamah. makasi banyak," teriak Netra sambil menciummi kedua pipi Kanaya.

Senetra berlari menuju kamarnya dengan jalannya yang terlihat sangat senang. Melihat Senetra tersenyum senang saja sudah mampu membuat hati Netra menghangat. Ia ikut senang ketika melihat Senetranya senang.

Sekarang dia harus tidur. Karena besok adalah hari besar, Kanaya dan Senetra akan bermain seharian di luar rumah. Di sisi lain Senetra bersyukur dan akan membalas semua hal baik dari Acha.

Benar, semuanya dari Acha. Dari baju sampai hadiah tiket ke dufan. Dengan baik hati Acha memberikan gaji pekerjaan dan banyak bonus untuk besok hari. Karena Acha besok Kanaya tidak harus pergi bekerja dan bisa menghabiskan banyak waktunya untuk bermain dengan anaknya.

Hari esok adalah hari yang selalu Naya impikan sejak memiliki Senetra di kehidupannya. Karena pekerjaan selalu menuntut Naya. Dia jarang mempunyai waktu bersama anaknya dan terkadang mereka berdua seolah sangat jauh. Namun, nyatanya tidak. Keduanya sangat dekat, bahkan keduanya sangat suka dengan hal-hal sederhana.

***

Hari ini keduanya terlihat bahagia, mereka telah bersiap untuk pergi menuju taman hiburan. Senetra sudah bersiap sejak tadi, mereka akan berjalan kaki untuk pergi ke dufan. Karena jarak dufan dan rumah mereka tidak terlalu jauh.

"Netra, kamu udah siap sayang?" teriak Naya dari luar.

Senetra berlari menghampiri ibunya dan menganguk. Mereka berangkat menuju dufan dengan perasaan yang sangat senang. Keduanya telah sampai dan bermain-main dengan riangnya.

Senetra terlihat merasa senang ketika mereka berdua mengelilingi pemandangan indah di sana. Naya yang melihat anaknya tersenyum ikut bahagia apalagi dengan itu Naya bisa menghabiskan banyak waktu untuk anaknya.

Mereka telah puas mengelilingi banyak wahana permainan. Sekarang keduanya merasa lelah dan duduk di bangku taman. Naya terlihat lelah namun saat wajahnya menatap raut bahagia Senetra seolah energinya kembali terisi dan menjadi penuh energi lagi.

"Netra, ayo masuk ke rumah hantu!" ajak Naya pasa Senetra.

Senetra yang di ajak awalnya ragu tapi dia tidak takut sedikitpun. Senetra mengangguk dengan riang, akhirnya mereka masuk menuju rumah hantu.

Naya menatap Senetra yang tidak memiliki rasa takut sedikitpun. Sekarang kenapa dirinya yang takut dengan wahana ini? Padahal dia sendiri yang mengajak Senetra masuk. Jantung Naya sudah berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya, namun dia sedikit bersyukur bahwa bukan hanya mereka berdua yang masuk ke ruangan ini.

"Mama takut yah?" tanya Senetra.

"Nggak, cuman deg deg gan aja."

"Bohong! Mamah takut yah?" tanya Netra sekali lagi sambil terkekeh menertawakan Kanaya.

Setelah pengantrian yang panjang akhirnya mereka masuk ke dalam rumah hantu. Baru saja masuk Kanaya sudah sedikit merasakan ketakutan, saat hantu-hantu bermunculan dia berteriak. Namun, anehnya Senetra tetap tenang. Bahkan dia tertawa ketika melihat hantu.

Di saat Kanaya ketakutan dan hantu bermunculan. Dia tak sengaja memeluk seseorang. Namun, mengapa rasanya seolah Dejavu? Kanaya merasakan jantungnya semakin berdegup kencang. Bahkan hantu yang menakuti nya saja sekarang sudah tak mempan.

Laki-laki itu malah memegang bahu Kanaya erat. Hangat, satu kata yang Kanaya rasakan. Seolah masa remaja nya kembali pada hari itu. Dia merasakan jatuh cinta pada laki-laki ini? Namun, mengapa sangat cepat?

"Kamu baik-baik saja?" tanya seseorang yang membantu Kanaya. Dia hanya menganggukan kepalanya menjawab pertanyaan lelaki itu.

Kanaya tidak dapat melihat dengan jelas wajah laki-laki yang dia sukai itu. Hanya saja, suaranya seolah musik yang terus berputar indah di kepalanya. Kanaya mengingat dengan jelas suara itu di dalam pikiran dan hatinya.

Hari semakin petang. Kanaya dan Senetra berpulang menuju rumah. Keduanya telah bersenang-senang selama seharian ini dan sekarang membutuhkan istirahat yang cukup untuk menghadapi hari esok. Besok Senetra akan memulai harinya sebagai anak sekolah dan Kanaya harus bersiap untuk mengantar anaknya pergi sekolah untuk pertama kalinya.