Chereads / I Want A Children / Chapter 8 - Lembaran delapan

Chapter 8 - Lembaran delapan

Tak ada bantahan untuk sekarang. Sebab semuanya terlanjur benar dengan apa yang di katakan, bahwa dia tak bisa melupakan masa lalu atau pun memulai hidup baru. Rafka selalu benar, tentang semuanya. Tentang bahagia Rajendra tak bisa lagi membuka hati atau pun tentang Rajendra tetap lah Rajendra yang tak bisa lagi jatuh cinta karna masa lalu yang begitu menyiksa.

Ada banyak ruang kosong di hati nya. Ruang yang dia harap kan terisi banyak, namun sayang tak semudah dengan apa yang dia harap. Terlalu banyak kecewa hingga dia lupa untuk bahagia. Terlalu banyak luka hingga dia takut untuk membuka. Sejujurnya, hatinya masih tetap sama. Ingin melihat bagaimana nanti nya dia tertawa bahagia dengan keluarga sederhana dan juga istri yang dia cinta.

Sayang, semua nya harus pupus saat sudah di depan mata. Semesta terus memberikan kejutan yang membuat hati tergores dalam setiap kisah nya. Memang benar kata orang, bahwa semesta punya banyak jalan cerita. Jalan yang terkadang tak tahu akan keman15-03-2022 instagram storya di arah kan nya. Sebuah cerita yang tak tahu akan di mana berlabuh nya. Atau bahkan sebuah akhir yang entah manis atau hanya begitu saja rasanya. Terlalu banyak kejutan hingga semesta tak bisa di tebak begitu saja. Ada banyak rongga yang di buat semesta sedemikian rupa, entah untuk hidup bahagia atau terluka.

Namun, untuk kali ini ada banyak rahasia yang harus bisa Rajendra pertahankan. Ada banyak hal yang harus dia nggak papa kan. Meski keadaan terus menuntut untuk segera mencari pasangan, dia akan berusaha meski mungkin tak akan ada cinta di antara hubungan mereka. Namun, mau bagaimana pun dia akan berusaha dengan sekuat tenaga. Mencoba mencari atau pun menumbuhkan sebuah cinta bukan hal yang sulit bagi nya. Hal mudah yang selalu Rajendra lakukan adalah membohongi perasaan nya yang terkadang selalu meminta untuk mengerti. Namun, Rajendra tetap lah dia yang keras kepala dan tak ingin tahu.

"Dra, lo mau makan apa?" tanya Rafka kali ini. Sejak tadi teman nya hanya meminum secangkir kopi yang bahkan tak tahu akan habis nya kapan.

"Gue nggak mau makan. Udah kenyang," jawab nya masih dengan tenang. Kali ini pikiran nya pun bercabang, hingga dia sedikit bingung ingin makan atau terus mencoba berpikir tentang banyak hal.

"Lo nggak mau makan karna kenyang? Gue tanya lo kapan makan? Gue udah pesenin apa aja yang ada. Mau nggak mau lo harus makan itu," ucap Rafka penuh penekanan.

Rafka tahu jika dia tak memiliki setitik atau pun sedikit hak untuk mengatur Rajendra. Bagaimana pun dia adalah atasan nya yang mau tak mau harus dia hormati sedemikian rupa. Namun, Rafka di sini bukan Rafka yang menjadi bawahan tetapi Rafka yang sedang mencoba menjadi teman beberapa tahun ke belakang.

Mereka sudah bersama bukan sebatas satu atau pun dua tahun. Ada banyak hari dan juga minggu yang kedua nya habiskan dengan cerita yang berbeda, ada banyak hal yang begitu saja yang bisa buat semua nya kembali bahagia. Semoga saja, Rafka berharap teman nya akan kembali bahagia. Entah untuk terhindar dari mata yang bosan memandang Rajendra setiap hari nya atau memang hati yang tak kuasa melihat teman nya menderita.

Tanpa mereka sadari, pikiran berkecamuk pada masing-masing kepala mereka memakan banyak waktu yang lumayan banyak. Hingga pelayan sudah datang membawa makanan pesanan yang menggiurkan air ludah, ada perut yang meminta di isi dengan makanan lezat yang sudah terasa enak nya.

"Nih makan, lo udah kayak anak gadis yang PMS yang perlu di kasih makan sama pacarnya." Rafka terkekeh sambil memberikan sepiring makanan kepada Rajendra.

"Gue bukan gadis." Masih perihal yang sama. Rajendra tak ingin di katakan seperti seorang gadis, namun hati nya sedikit menghangat karna bahagia yang bisa dia dapat kan dari teman nya. Mungkin sejenak dia bisa melupaka penat dan lelah yang terus menari-nari di atas pikiran nya yang sudah di tuntut untuk bekerja keras setiap hari nya.

Tak ada lagi percakapan di antara kedua nya. Hanya terdengar suara dari pertemuan sendok dan juga piring yang terdengar pelan. Hening dan sepi adalah dua hal yang mewakili keadaan hari ini. Kedua nya hanya fokus untuk makan dan memberikan cacing di perut mereka isi. Dengan pikiran dan juga harapan yang sama, kedua nya makan dengan tenang. Harap nanti akan ada bahagia yang datang, entah dengan sengaja atau pun tidak sengaja. Di harap kan akan ada hari esok yang lebih banyak tertawa dari pada terluka.

***

Seorang gadis tengah berlutut. Menatap anak nya dengan penuh kasih sayang, satu-satu nya semesta yang berusaha dia pertahan kan. Tak ada lagi hal lain yang berusaha dia jaga selain anak gadis yang tengah memegang pensil warna dengan bahagia. Kanaya selalu ingat saat dulu nya dia menjadi istri orang, tidak. Bahkan untuk kali ini status nya masih tetap sebagai istri, sayang nya semua nya tak terkendali begitu saja. Dia tak tahu di mana suami nya, dia harus bertahan hidup untuk anak gadis satu-satu nya.

Senyuman merekah saat Kanaya tahu bahwa gadis nya juga bahagia, Senetra lahir dengan banyak harap dan di besarkan dengan luka. Meski begitu Kanaya selalu berusaha berikan banyak harsa daripada kenyataan pahit dari dunia yang mungkin saja belum bisa ia terima. Anak kecil yang harus nya bahagia, sayang nya harus dapatkan lebih banyak jerit pada malam yang terlilit.

"Netra, kamu lagi gambar apa sayang?" tanya Kanaya dengan lembut. Mata nya menatap hangat pada gadis yang tersneyum secerah mentari.

"Netra gambar keluarga kita. Ada Ayah, Mamah dan juga Netra." Gadis dengan nama Senetra yang lahir nya di harapkan akan penub harap seperi sebuah mata. Menunjuk kan satu per satu gambar yang sedang dia buat dengan bahagia.

Namun, ada satu hal yang membuat hati Kanaya sedikit terluka. Saat Senetra lontarkan Ayah dan gambar kan sosok Ayah dalam kertas nya yang putih tanpa coret awal nya. Kanaya tak mau jika Senetra tahu bahwa hidup nya tak se indah yang dia gambar. Ada banyak rahasia dan luka yang berusaha Kanaya tutupi.

Senetra masih kecil, harus banyak bahagia bukan malah terluka. Semoga semua nya akan tetap seperti harapan milik Kanaya. Tak ada lagi sedih dan luka bagi Senetra, jika pun memang harus ada. Biarkan Kanaya yang menanggung luka hebat nya. Ada banyak hal yang Kanaya pelajari dari alur milik semesta, tak ada hal yang bisa selamanya bahagia. Kadang harus ada banyak harga mahal yang harus di bayar hanya untuk sekelebat bahagia yang tak seberapa lama nya.